02 RUANG LUKA

2 0 0
                                    


Dunia itu luas, maka jangan pernah menyimpulkan sesuatu dari satu sudut pandang, karena manusia sejatinya sangat banyak bicara, manusia tidak pernah diam dan memerankan satu tokoh, maka cari tau sebelum mempercayai karena manusia tidak hanya tentang si pintar dan si bodoh namun ada juga si licik_Author

.........









Setelah jam sekolah usai, para siswa terburu-buru pulang ke rumah, entah  setelah hampir seharian di sekolah merek merindukan kasur empuk mereka.

Namun berbeda dengan Aksa, Ia memilih pergi ke sudut kelas, meletakan tasnya untuk menjadi bantal di lantai, Ia menidurkan tubuhnya di sana, sambil memejamkan mata, Ia terlihat amat lelah.

Kara yang juga masih belum pulang, menyaksikan tingkah Aksa dengan pasangan heran, sebenarnya Ia ingin sekali bertanya namun Ia mengurungkan niatnya. Sebelum Kara pergi, Ia meninggalkan sebungkus roti serta air mineral ni atas meja bersama selembar kertas di sana. Kara sengaja melakukan itu, karena Ia tau sedari jam pelajaran berlangsung, Aksa terus memegangi perutnya.

Sebenarnya Kara semakin heran, karena kata orang, Aksa dari keluarga kaya, bahkan Ayahnya merupakan salah satu donatur di SMA ini.

"Sebenarnya apa sih yang terjadi sama Aksa," Batinnya. Ia pun melangkah keluar dari gedung sekolah.

Jam menunjukkan pukul 05.00 sore, terhitung sudah lebih dari satu jam Aksa tertidur di sana, Aksa pun bangkit dan berniat untuk pulang, saat Ia melewati mejanya, Arkan melihat sebungkus roti dan satu botol air beserta surat fi atas mejanya.

Tanpa ragu Ia mengambil surat itu lalu membacanya.

...

Entah apa yang membuat kamu jadi seperti ini, Intinya, roti ini kamu makan ya _ Kara

...

Membaca surat itu, Aksa malah kembali meletakan surat itu tanpa mengambil roti dan air pemberian Kara, Aksa keluar dari gedung sekolahnya menuju rumah.

Sesampainya Aksa di rumah, Ia sudah di sambut dengan tatapan panik Bik Inah, asisten rumah tangga sekaligus orang yang merawat Aksa dari kecil. Dari tatapan itu, Aksa sudah tau apa yang akan terjadi padanya sekarang, dan benar saja..

"BAGUS BARU PULANG! KEMANA SAJA KAMU HAH! KAMU MAU KABUR DARI SAYA? SAYA TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN KAMU, SEBELUM KAMU MATI DI TANGAN SAYA DENGAN PERLAHAN!!," Ucap sang Ayah (Aksa) penuh penekanan, "Segera masuk ke ruangan itu, kita perlu bermain-main sebentar," Lanjutnya dengan senyum penuh arti.

"Bregsek!," Batin Aksa

Aksa masih diam mematung, melihat itu, sang ayah makin tersulut emosi, tanpa aba-aba Ia menarik tangan Aksa kencang, membawanya menuju ke ruangan 'itu'. Seperti sedang kerasukan Iblis, sanga Ayah memukul anaknya tanpa henti, yang Ia pikiran adalah kepuasan.

Plak!
Brak!
Ctas!
Bugh!

Di dalam sana, sang ayah memukul anaknya dengan membabibuta.

Sura itu membuat Bik Inah gemetar ketakutan, Ia menangis meratapi nasib Aksa yang di jadikan pelampiasan amarah Ayahnya.

"Andai Nyonya masih hidup, dan bisa menemukan bukti fitnah itu, Tuan tidak akan melakukan ini pada Aksa, anak kandungnya sendiri" Gumamnya.

Sudah hampir setengah jam, suara gaduh itu berlangsung, setelah puas melampiaskan amarahnya, Arkan keluar dari rumah meninggalkan Aksa sang anak, yang dalam keadaan sudah sekarat.

"Den Aksa!," Teriak bik Inah dengan lirih, segera Ia menghampiri anak majikannya itu. Bik inah menatap nanar laki-laki yang terkapar lemas dengan begitu banyak luka di tubuh nya itu, seketika tangis Bik Inah pecah, memecah kesunyian di ruangan dingin tanpa lampu itu.

RUANG LUKA Where stories live. Discover now