STAND

10 2 0
                                    

Makima membasuh mulutnya di wastafel setelah rasa mual di dirinya menghilang, tidak seperti biasanya, Makima benar-benar muntah sangat banyak di malam hari ini.

Makima sadar kalau ini adalah hal yang sangat wajar terjadi pada wanita yang sedang hamil sepertinya, hanya saja Makima baru pertama kali  mengalami hal seperti ini. Jadi Makima belum terlalu terbiasa menghadapinya.

"Sudah?" Himeno mengusap-usap kepala Makima yang sedang menunduk.

"Emm" gumam Makima.

"Tidak apa-apa, aku dulu juga begitu" tutur Himeno.

Himeno mencoba untuk menenangkan Makima yang terlihat sangat khawatir dengan kondisinya. Tidak, lebih tepatnya Makima hanya khawatir dengan kandungannya, bukan pada dirinya sendiri.

"Apa kau masih merasa mual?" Tanya Himeno pada Makima.

"Sedikit, tapi aku sudah lebih mendingan sekarang" jawab Makima.

Setelah di rasa kondisi Makima sudah mendingan, Himeno pun membawa pergi keluar dari kamar mandi menuju ke ruang tamu.

Di sana, sudah ada secangkir teh hangat yang sudah di siapkan oleh Asa untuk Makima. Asa yang awalnya duduk di sofa pun langsung bangkit ketika melihat Makima datang dengan di tuntun oleh Himeno.

"Hati-hati, pelan-pelan saja" ucap Himeno ketika mendudukkan tubuh Makima di sofa.

"Terima kasih, maaf sudah merepotkan kalian berdua" ujar Makima dengan senyuman di wajahnya.

"Kau ini bicara apa? Tidak usah mengatakan hal seperti itu!" Desis Himeno.

Ia tidak setuju jika Makima menganggap dirinya sebagai beban di rumah ini. Himeno ingin temannya itu tidak berpikir macam-macam dan fokus saja dengan kehamilannya agar Makima tidak stress dan terjadi sesuatu pada janinnya.

"Mau bagaimana lagi? Kenyataannya memang begitu bukan?" Tutur Makima.

Himeno menggelengkan kepalanya "Sudahlah, tidak usah berpikir macam-macam, aku tidak ingin kau dan anakmu kenapa-kenapa".

"Nona Makima, ini teh nya" Asa menyodorkan teh hangat yang ia buat kepada Makima.

"Terima kasih" ucap Makima.

Makima pun menerima secangkir teh tersebut dan meminumnya. Rasa hangat dari teh herbal buatan Asa mampu membuat pikiran Makima sedikit lebih tenang.

Setidaknya teh itu berhasil membuat rasa mualnya benar-benar hilang dari tubuh Makima.

"Makima, kalau kau butuh apa-apa katakan saja kepada Asa, jangan malu" ujar Himeno.

"Benar, nona Makima tidak usah sungkan kalau ingin meminta sesuatu" tambah Asa.

Makima meletakkan tehnya ke atas meja, ia merasa sangat senang karena Himeno dan Asa memberikan perhatian seperti itu kepadanya.

Namun entah mengapa Makima masih merasa ada sesuatu yang hilang di dalam hatinya. Seolah-olah ada satu kepingan yang menghilang begitu saja sehingga membuat hati Makima tidak kokoh seperti dulu.

"Terima kasih dan maaf sudah mengganggu waktu tidur kalian, aku bisa menjaga diriku sendiri kalau kalian ingin lanjut tidur lagi" ujar Makima.

"Asa, tidur lah kembali, aku akan menemani Makima" tutur Himeno pada Asa.

"Baik, saya pamit dulu" Asa membungkukkan badannya dan langsung pergi ke kamarnya.

Himeno tidak enak jika harus merepotkan Asa lagi, Himeno tahu kalau pembantunya itu sangat lelah dan butuh istirahat. Karena itu lah Himeno memerintahkan nya untuk tidur duluan.

Chainsaw Man : Your Beauty Never Ever Scared Me (SEASON 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang