Chapter 12 : ALUNA ZIDAN DAN HUJAN

Mulai dari awal
                                    

Aluna sungguh merasa lega sekarnag. Cewek itu menghapus air matanya. Menyandarkan tubuhnya di dinding sana.

"Sampai kapan gue gini?"

***

Saat ini, kantin sudah sangat ramai di huni oleh murid murid SMA Galaksi. Ada beberapa dari mereka yang berkelahi karena tidak kebagian makanan, dan ada juga dari mereka yang tertawa entah karena apa.

Keadaan sekarang seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Kejadian di lapangan basket kemaren seperti tidak pernah terjadi. Mereka seakan melupakan itu semua.

Aluna menatap seluruh murid di kantin yang tertawa lepas. Ia ingin merasakan tawa itu lagi, ia ingin hidup tanpa harus mengikuti perintah Sagara. Hidupnya akhir akhir ini begitu hancur karena harus berurusan dengan Sagara.

Aluna tersenyum miris, lebih tepatnya menertawakan hidupnya sekarang. Dimana ia terlihat begitu lemah, dimana ia menjadi bahan tawaan seluruh murid disekolah ini. Capek? Jangan tanyakan itu lagi, Aluna begitu capek sama keadaan.

"Aluna?!"

Teriakan dari arah pintu masuk kantin mengalihkan pandangan Aluna. Senyumnya terukir saat Fronna berjalan mendekat kearahnya.

"Lun, gimana keadaan lo? Kenapa lo gak bisa dihubungi kemaren?" Fronna langsung mengecek keadaan Aluna. Cewek itu mendaratkan bokongnya di samping Aluna.

"Gue baik baik aja. Maaf kemaren ponsel gue mati," ucap Aluna tersenyum.

Fronna menghembuskan napasnya. "Kebiasaan lo. Gue khawatir banget sama lo."

"Gue baik baik aja, Na."

"Pasti ini sakit banget kan? Udah kerumah sakit?" tanya Fronna menunjuk lengan Aluna.

Aluna tersenyum manis. Lukanya sudah ia perban kembali setelah keluar dari ruang basket tadi. Ia menyempatkan diri memperban lukanya agar lebih nyaman.

"Udah, kata dokter ini bentar lagi juga sembuh." Fronna mengangguk. Ia merasa lega jika Aluna baik baik saja.

Fronna menatap tidak suka keadaan kantin sekarang. Bagaimana bisa mereka bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Lun, kenapa sih lo gak pernah lawan Sagara?" tanya Fronna. Aluna menatap baksonya sekilas hingga akhirnya kembali menatap Fronna.

"Lo tau gue gak bakal bisa. Sagara terlalu berkuasa," ucapnya.

"Sesekali lo harus lawan, Lun. Lama lama lo bisa mati karena terus di buly sama mereka," ucap Fronna.

"Gak bakal. Gue gak bakal mati secepat itu."

"Ini bener bener udah keterlaluan, Lun. Bahkan Aletta main benda tajam."

Aluna hanya tersenyum menanggapi ucapan Fronna itu. Andai ia bisa melawan, Aluna juga akan melakukannya.

"Gak apa-apa. Lo tenang aja, gue bakal baik baik aja. Sagara kan pacar gue, gue yakin dia gak sejahat itu," ucap Aluna. Bahkan Aluna tidak yakin dengan ucapannya sekarang.

"Gue tau dia pacar lo. Tapi seorang pacar gak mungkin ngelakuin itu."

"Lo bener bener cinta sama Sagara?" pertanyaan itu mampu membuat Aluna terdiam hingga akhirnya ia tersenyum miris.

'Gak. Gue benci dia' batinnya.

***

Saat ini hanya keheningan yang menyelimuti Sagara. Setelah berlatih tadi, cowok itu memilih untuk menenangkan diri di rooftop. Cowok itu hanya menghembuskan asap rokoknya dengan perlahan. Pikirannya tarus tertuju pada Sinta sekarang. Melihat bagaimana keadaan Sinta kemaren membuat hati Sagara kembali retak. Sudah sepuluh bulan lamanya mamanya berada di rumah sakit jiwa. Mamanya kehilangan kewarasan setelah kejadian malam itu.

SAGARALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang