20. AGEN B.I.N AND BLACK RUBY

Start from the beginning
                                    

Jendral Gavin berdiri dari duduknya menatap satu persatu wajah semua orang yang sedang duduk di meja bundar Jendral Gavin berdiri dengan penuh wibawa.

"saya selalu bangga dengan geng Black Ruby dari generasi pertama yang di ketuakan oleh William Sakala yang berkerja sama dengan anggota FBI menangkap kriminal berdarah dingin Amerika serikat yang melarikan diri ke Indonesia, generasi kedua yang di ketuakan oleh Zean Letvinzor yang bekerja sama dengan BIN memberantas penjualan human di Bandung"

Zean berdiri dari duduknya merasa namanya terpanggil. setelahnya dia duduk kembali saat ini Zean berkerja sebagai Agen intelijen. pakai hitam itu sangat cocok untuk Zean.

"Generasi ketiga yang di ketuakan oleh Fajar Pradipta yang berkerja sama dengan polisi melawan teroris di DKI Jakarta. generasi ke empat yang di ketuakan oleh Steven yang berkerja sama dengan polisi untuk menangkap kanibalisme di Jakarta dan sekarang generasi kelima yang di ketuakan oleh Filzan Pradipta yang sedang mengalami teror Tatto mawar di anggota geng yang di bunuh"

Filzan berdiri karena nama nya di panggil oleh jendral Gavin untuk menghormati. Filzan mengangkat tangan tanda bahwa dia ingin membuka suara.

"Jendral teror ini semakin menggila korban tidak hanya anggota geng melainkan rakyat biasa yang tidak mempunyai salah" Kia mengangguk menyetujui ucapan kritik Filzan tentang teror.

Kia bangkit dari duduknya kemudian mengangkat tangan nya "jendral saya takut korban teror itu semakin meningkat"

"Tenang kita atasi teror ini bersama-sama dengan rapat kita pada pagi hari ini agen Ranya, Agen Zean, dan Agen Vitran rapat kita  mulai dari hasil pemeriksaan di TKP pesawat jatuh dan juga data-data penumpang pesawat. kah ada anggota Black Ruby?"

🦋🦋🦋

Gadis dengan dress biru langit itu duduk di atas rerumputan dia bernaung di bawah pohon mangga menghindari terik matahari yang membuat kulit putih Hayllen bercucuran keringat.

Mata Hayllen menatap nanar sebuah ayunan yang tergantung di dekat pohon mangga itu. Senyum Hayllen mengembang bulir bening tak terasa membasahi pipinya.

"Ayah ayunan buatan ayah masih ada tapi ayah udah pergi jauh dari Haya"

Hayllen berdiri mengusap peluh yang membasahi dahi nya.

Hayllen tersenyum.dia duduk di ayunan Tangan kecil Hayllen menggapai tali ayunan dia tersenyum sendu mengingat kenangan manis yang dia lewat kan pada tahun lalu.

Hayllen mulai memainkan ayunan itu layaknya anak kecil yang sedang bermain sebuah ayunan. Hayllen begitu asyik bermain dengan ayunan sesekali Hayllen tertawa lepas hingga mata sendu nya membentuk bulan sabit hingga Hayllen tak sadar bahwa Renzi dan juga Bagas memperhatikan dari nya.

Tawa Hayllen menular yang membuat Bagas terkekeh melihat tingkah kekanakan Hayllen.

Renzi tersenyum tipis "sederhana tapi, dia bisa sebagai itu?" bingung Renzi dengan nada dingin khas miliknya.

Bagas melirik ke arah Renzi kemudian menepuk pundak Renzi dengan perlahan "Bahagia dia memang sederhana Ren tapi bahagia itu seperti kalimat asing bagi Hayllen" ucap Bagas yang membuat kedua alis Renzi terangkat.

"Gue yakin Lo bakal paham nanti, gue cabut dulu mau ke rumah my baby Karin" Bagas menancap gas motor nya yang membuat Hayllen tersadar akan ke datang Renzi.

HAYALAN S2Where stories live. Discover now