020. Ungkapan Rea

Mulai dari awal
                                    

     “Pantas saja. Kamu terlihat mungil seperti itu. Tapi saya suka.”

     Vani kembali berdecak, “Kalo tujuan lo ke sini cuma buat ganggu gue kayak gini, mending lo pergi, deh.”

     “Tujuan saya kan mengajak kamu.”

     Vani menghela napasnya, baru saja gadis itu membalik hendak memaki Arsel sampai habis, Rea malah keburu datang.

     “Ributin apa sih kalian ini.” ujar wanita itu melihat Arsel dan Vani bergantian.

     Vani menunjuk Arsel, “Ngeganggu mulu, Mah.”

     Rea terkekeh, “Lucu banget si.”

     Lucu? Lucu apanya? Lucu di mananya?

     “Vani mempermasalahkan ini Mah,” Arsel menujuk bahu nya yang berbekas gigitan itu.

     Detik itu juga Rea menutup mulutnya, “Ya-ya ampun ... Kamu ganas bener, Sel.” ujar wanita itu dengan mulut yang masih tertutupi oleh tangannya.

     “Liat, Mamah aja suka liatnya.” ujar Arsel membanggakan diri.

     Kedua alis Vani tertaut.

     “Mamah jadi inget gimana Mamah waktu pertama kali juga. Ah kalian. Semoga semakin romantis ya ....”

     Vani masih bingung dengan ucapan Rea. Apa maksud wanita itu?

     Rea mendekati Vani lalu menggenggam kedua tangan gadis itu, “Nyenengin suami kayak gitu pahala nya besar lho, Van.” ujarnya pelan.

     Maksud Rea? Jadi menggigiti Arsel akan mendapatkan pahala? Berarti Kalo sampe berdarah pahala nya akan semakin besar ya? Sungguh Vani ingin tertawa sekarang juga.

     “Apalagi kalo kamu yang nawarin diri langsung.”

     Na-nawarin diri? Pembicaraan Rea semakin tidak meyakinkan. Kemana arah pembicaraan wanita itu?

     “Mau Mamah ajarin cara bikin suami makin seneng saat berhubungan?” bisik Rea membuat Vani terbatuk. Tenggorokannya langsung terasa kering.

     Jadi ini maksudnya? Arsel sialan! Laki-laki itu sudah membuat Rea salah paham.

     Jadi ini maksudnya? Arsel sialan! Laki-laki itu sudah membuat Rea salah paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Vani melipat kemeja bekas kemarin yang sudah di cucinya tadi pagi. Gadis itu memasukkannya ke dalam tas.

     Saat seseorang mengetuk pintu, gadis itu buru-buru mencari hijap instannya yang tiba-tiba menghilang. Kemana hijapnya?

     “Ini Mamah, Van.”

      Vani menghela napasnya. Gadis itu langsung mendekati pintu lalu membukanya.

     “Wah .... Kamu dua kali lipat lebih cantik Van.” puji wanita itu menatap Vani tanpa hijap pertama kalinya.

     Vani tersenyum, “Aamiin. Maaf Vani lepas hijap, Vani lupa naro hijap Vani, Mah.”

     Rea tertawa,  “Terus ini apa?” wanita itu menarik hijap instan di bahu Vani.

     “Ah,” Vani menepuk keningnya sendiri, “Ayo masuk Mah ....” gadis itu menarik Rea ke dalam.

     Vani dan Rea duduk di tepi kasur. Rea merasa bangga memiliki menantu seperti Vani. Dimana gadis itu berhasil memilih menutupi aurat. Dan Arsel lah yang beruntung menjadi suaminya.

     Rea menggenggam tangan kanan Vani, “Makasih ya, nak.”

     Vani menatap kedua mata Rea dengan tulus, “Makasih buat apa, Mah? Vani nggak ngelakuin apa-apa?”

     “Kamu mengorbankan diri kamu buat nerima perjodohan ini. Mamah tau, Van. Kamu belum siap dengan semuanya. Mamah tau kamu perlu waktu. Satu hal nak, harus bagaimana Mamah ngebales kebaikan kamu ini?”

     Detik itu juga setitik air mata Vani terjatuh, Vani merasa tidak pantas mendapatkan semua ini, bagaiamana kalo sekeliling orang baik ini tau kalo gadis itu sedang berusaha memecah hubungannya dengan Arsel?

     Rea mengusap pipi Vani, “Kamu juga adalah malaikat kecil bagi kita. Kamu liat? Nenek berhasil sembuh karena kamu menikah dengan Arsel sesuai dengan permintaan Nenek. Kamu berhak mendapatkan balasan dari kami nak, Mamah jamin, Arsel akan membahagiakan kamu. Jangan pernah sungkan untuk bilang sama kita sebagai orang tua kalo kamu membutuhkan sesuatu ya?”

     Vani mengangguk, gadis itu harus membuang dulu egonya, “Makasih, Mah. Apa pun itu, apa yang udah Vani lakuin buat Nenek, Vani ikhlas Mah.”

     “Kamu emang anak baik, nak. Mamah akan merasa bersalah kalo  Arsel  membuat masalah. Tapi Mamah yakin Arsel tidak akan melakukan hal yang lepas dari tanggung jawab. Percaya sama Mamah ya?”

     Vani kembali mengangguk, justru gadis itu lah yang selalu mencari masalah agar Arsel muak terhadapnya. Maafkan Vani, Vani juga harus adil terhadap dirinya sendiri. Suatu saat akan Vani jelaskan. Untuk sekarang, gadis itu harus bisa menahan diri, “Vani percaya. Udah ah, Vani nggak mau sedih-sedihan. Vani akan selalu ikut bahagia kalo Nenek bahagia.”

     Rea memeluk gadis itu, “Sekali lagi makasih sayang .... ”

     Vani mengusap-ngusap punggung Rea, “Sama-sama Mamah Vani ....”

     Rea tertawa haru, “Mau pulang sekarang nak?” tanya wanita itu seraya melerai pelukannya.

     “Iya Mah.”

     “Yaudah, kamu langsung ke atas gih, si Arsel emang suka lupa waktu kalo udah ketemu alat-alat gym.”

     “Iya Mah,” gadis itu langsung memakai hijapnya lalu keluar dari kamar bersama Rea.

     “Iya Mah,” gadis itu langsung memakai hijapnya lalu keluar dari kamar bersama Rea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    
TBC •

    

LEGAL • [ON GOING]   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang