1. Selamat Tinggal di Toko Buku Nagare

Start from the beginning
                                    

"Seingatku ini toko buku, kan?"

Seorang pelanggan sial lain memasuki toko ramal. Dia laki-laki yang usianya mungkin delapan belas dengan rambut pirang khas Amerika.

"Benar, toko buku. Tetapi spesialisasiku adalah meramal menggunakan tarot." Wanita itu tersenyum kepada pelanggan sialnya ini. "Mau dalam hal apa? Asmara, karir, atau pendidikan?"

"Fuyuna-san."

Aku menduga satu-satunya keadaan di mana Elucia-san akan memanggilku dengan embel-embel 'san' adalah saat kondisi membahayakan tiba. Dan 'kondisi membahayakan' itu pun akhirnya tiba.

Gadis itu menggelengkan kepala pelan, wajahnya tampak seperti sudah tidak makan berhari-hari.

Aku pun jadi tidak berani menengok ke si penjaga yang merangkap peramal itu. Siapa tahu matanya berkekuatan medusa.

Bahu Elucia-san menyentuh bahuku di perjalanannya menuju pintu. "Ayo pergi dari sini."

Kukira akan ada gempa yang terjadi saat salah seorang dari kami menyerukan itu. Nyatanya kami berhasil membuka pintu toko buku dengan mulus, dan mendapati kami tidak lagi berada di Jepang, atau pulau paling tidak layak huni di Jepang.

Kekuatan sumpah Elucia-san lebih dahsyat dibanding ramalan tarot Lee Ya.

.

Elucia-san yang penakut akut dan aku yang penakut kronis sama-sama panik.

Tapi kami tetap jaim karena tidak mau disangka penakut.

"Kau itu sesat ya, Elucia-san." Hanya itu makian yang dapat kulayangkan padanya sambil memegangi pinggang. "Kau bagian dari mereka, kan?"

"Tentu saja tidak!" Tanah di bawahku serasa bergetar satu kali. "Aku tidak tahu sumpahku akan menjadi nyata."

"Kau tidak tahu kau akan ikut bersamaku menjalani sumpah bodohmu ini. Atau kau orang paling tidak jelas sedunia itu."

"Hei, di mana ini?" Laki-laki pirang Amerika berusia delapan belas tahun baru saja keluar dari bangunan tunggal toko buku, otomatis berada di belakang kami.

Aku kaget menyaksikan orang benua barat lain fasih berbahasa negaraku. Sedangkan orang barat satunya masih jaim.

"Kau bisa berbahasa Jepang?" Elucia-san terlihat heran meski aku yakin dia gembira juga.

"Kau juga?"

Setelah beberapa langkah yang dilewati bersama, akhirnya kami tahu namanya Zack. Dan dia berasal dari Brazil.

.

Omong-omong, kami bisa saja memasuki toko buku itu lagi lalu keluar lagi untuk melihat hasilnya; mungkin kami akan melihat bunga-bunga kosmos yang sempat kami temui sebelum memasuki toko buku. Tapi bisa saja juga Lee Ya mengeluarkan laser dari matanya dan kami menjadi batu seperti dalam Dr. Stone.

Jadi tidak perlu mengambil risiko itu. Kami berjalan ke arah mana saja dengan kepanikan terpendam dalam diri masing-masing. Tidak tahu sih kalau Zack-kun.

"Sial aku tidak suka hotdog." Elucia-san berhenti dan membalikkan badan ke arah kami. Aku melihat ke balik bahunya. Kios hotdog yang plang atasnya telah reyot terlihat beberapa meter di depan.

Aku pura-pura tidak mengaitkan ini dengan karma.

"Aku akan kembali ke sana saja." Hanya kurang dari lima menit Zack-kun sekubu dengan kami. Dia berjalan ke tempat terkutuk itu lagi. Aku ingin menghentikannya, tapi suaraku tidak mau keluar.

Tinggallah aku dan musuhku saja yang tersisa di pinggiran laut tak berkarang itu.

"Aku ke sana, ya." Tanpa peduli persetujuannya, aku pergi ke kios hotdog. Dan tidak terdengar pergerakan dari titiknya berdiri.

FLC MultiverseWhere stories live. Discover now