9. Tentang Reigan dan Laras

458 78 4
                                    

Kunci dengan gantungan beruang itu masih tersangkut sementara Wati baru saja keluar dari kamar sebelah, melangkah jauh membawa serta alat tempurnya.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Arumi mengambil benda tersebut kemudian buru-buru kembali ke kamar, mengurungkan niat yang ingin turun ke bawah sebelum Wati menyadari bahwa kunci miliknya hilang.

Arumi mengunci kamar rapat-rapat, menatap benda di tangannya kemudian menggenggamnya dengan erat. 

Akhirnya Arumi bisa mendapatkan kunci kamar misterius itu dengan cuma-cuma. Padahal beberapa waktu yang lalu Arumi sempat mencari kunci tersebut dengan susah payah, tetapi tidak berhasil mendapatkannya.

Wati mungkin melupakan kuncinya karena wanita itu sudah kehilangan sedikit kekuatan otak untuk mengingat. Arumi tidak tahu apakah dirinya harus bersyukur akan hal itu atau bagaimana.

Tidak ada keributan yang terjadi setelahnya, Arumi tidak mendengar wanita itu mencari-cari kunci. Artinya Wati benar-benar tidak sadar telah teledor meninggalkan benda tersebut, hingga beberapa hari kemudian waktunya untuk kembali membereskan kamar sebelah.

Arumi membutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk menyusup ke ruangan tersebut.

Ia jelas ingin tahu isi dari kamar itu. Jangan salahkan dirinya, salahkan saja orang-orang yang memperlakukan ruangan ini secara berlebihan sehingga mengundang rasa penasarannya. Toh hanya kamar tamu kan? Seharusnya tidak masalah Arumi masuk ke sana kalau memang yang mereka informasikan benar.

Arumi berhasil memutar kunci, ia kemudian mendorong pintu di hadapannya, masuk ke ruangan tersebut dengan tidak lupa menguncinya kembali dari dalam.

Begitu membalikkan tubuh, Arumi dibuat menganga dengan hal pertama yang dirinya lihat di kamar itu, yaitu sebuah potret besar Reigan dan seorang perempuan yang ia yakini itu adalah Laras, tergantung di dinding tepat di atas tempat tidur.

Arumi melangkah lebih dalam lagi tanpa mengalihkan sedikit pun tatapan dari potret perempuan yang berdiri di sebelah suaminya, kemudian berhenti ketika matanya berhasil melihat dengan jelas.

Satu hal yang hinggap di kepala Arumi begitu melihat Laras, cantik.

Tidak, kata cantik sepertinya kurang merepresentasikan wanita itu. Laras sangat indah … atau, apakah ada kata yang satu tingkat di atas itu? Maka kata itulah yang cocok untuk menggambarkannya.

Proporsi wajah Laras sangat pas, dimulai dari kening hingga dagu, dan kedua rahangnya yang simetris. Matanya sedikit lebar dengan hidung tinggi mancung dan bibir yang menyerupai lambang hati. Menurut Arumi, mirip salah satu anggota girl band asal negeri ginseng yang lumayan dirinya gemari.

Meski di atas kepalanya tersemat mahkota serta pakaian yang dikenakannya adalah gaun tanpa lengan yang semakin bawah semakin lebar, tetapi riasan yang dikenakan tidak terlalu berlebihan dan justru membuat kecantikannya semakin terpancar. Arumi yakin foto yang terpajang itu adalah foto pernikahan mereka.

Kesempurnaan Laras membuat Arumi menggelengkan kepala dengan mata yang berbinar sementara mulutnya menggumamkan ketakjuban, merasa tidak habis pikir mengapa ada manusia seperti itu di muka bumi ini.

Arumi pikir hanya selebriti yang memiliki kecantikan sempurna seperti itu, ternyata istri pertama suaminya pun demikian.

Puas memandang wajah Laras, dari tempatnya berpijak ia mengedarkan pandangan ke semua penjuru ruangan. Tidak hanya dihiasi satu atau dua foto, Arumi berani menebak ada puluhan foto yang tertempel di dinding. Tidak hanya salah satu sisi saja, tetapi tiga sisi lain juga dipenuhi dengan foto-foto mereka.

Arumi kembali melangkah dan berhenti tepat di depan salah satu dinding yang paling banyak dihiasi bingkai, melihat dengan jelas isi dari benda-benda berbentuk persegi itu dan mencermatinya satu per satu.

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang