4.Sebuah pertemuan

412 108 5
                                    

___

bound to bloody destiny.

___

Waktu berlalu begitu cepat, entah sejak kapan pria bernama lengkap (m/n) Aethernius Von Veroes itu tak beristirahat. Ia sudah menelusuri daratan Arlanta hingga perbatasan Obelia dengan Astania seorang diri meninggalkan rombongan kru lainnya. Pria itu tampak tak kenal lelah, meski wajahnya tampak pucat dan tubuhnya ingin menjerit kesakitan, ia tak berhenti menggerakkan kakinya.

Saat semua kru tau bahwa Eros dan Eris diculik, mereka memutuskan untuk ikut mencari, beberapa pergi berlayar ke Aridia untuk mengambil bantuan, dan beberapa lainnya menyebar untuk mencari keberadaan si kembar. Gunnar sangat cemas, apalagi Lauren yang langsung jatuh sakit saat mendengar berita penculikan kedua anak bungsunya. Wanita itu bahkan tak punya tenaga untuk menghentikan (m/n) meraih sebilah pedang dan pergi sendirian entah kemana.

Putra sulungnya itu nekat, Lauren tak bisa mengatakan apapun, bahkan Gunnar yang sempat mencegah pria itu langsung di dorong menjauh oleh si sulung. Tampaknya (m/n) sangat marah dan siap menghancurkan apapun jika ada yang berani menghalangi dirinya. Ia dibutakan oleh amarah dan kesedihan. Itu membuat pikirannya buyar begitu cepat.

Dan kini sudah setengah bulan berlalu, pria itu berkelana sendiri tanpa tidur ataupun istirahat. Ia hanya minum dan memakan sedikit roti untuk menjaga kewarasannya. Tubuhnya sudah hampir mencapai batas, tapi bayangan Eros dan Eris yang menangis ketakutan terus membayangi dirinya. Pria itu tak bisa berhenti disini, tiap kali ia akan pingsan atau berhenti, ia akan kembali melangkah tanpa memikirkan dirinya sendiri.

Sebesar itulah kasih sayang yang ia punya untuk kedua adik tirinya. Ia takkan pernah bisa beristirahat dengan tenang sebelum ia mengetahui kondisi kedua adiknya.

Malam itu terasa sunyi, (m/n) yang tak sanggup lagi untuk melangkah lebih jauh, terduduk dengan wajah pias, tatapannya kosong menatap danau di hadapannya. Lelah, rasanya seperti kakinya akan lepas jika ia paksakan. Pria itu hanya terdiam dalam keheningan, mata safir miliknya sudah berubah menjadi Semerah darah entah sejak kapan. Emosi dari perasaannya yang tulus membuat itu berubah. Penuh amarah dan keputusasaan. Pria itu terduduk di bawah pohon maple saat purnama masih bersinar diatas sana.

Tangannya yang gemetar tampak mengangkat beberapa kerikil, memainkan itu dengan pikiran kosong dan bibir gemetar yang mengeluarkan suara serak memilukan. Tangannya yang lain meremat surat dari Ariadne, masih lengkap dengan cap stempel Kerajaan Aridia di ujung bawahnya. Satu satunya hal yang bisa membuat ia bertahan dalam lingkup kewarasannya.

"Kembalikan...kembalikan adikku.."lirih pria yang tampak mengenaskan itu. Ia bahkan tak sadar jika ada rombongan pasukan dengan emblem kesatria kekaisaran Obelia tengah mengamatinya. Sepertinya mereka tengah melakukan pencarian bagi anak anak lain yang juga menghilang.

Jubah Crimson itu sedikit berkibar saat sosoknya berhenti tepat dihadapan (m/n), netra safir itu melirik sosok (m/n) yang tampak mengenaskan dengan perasaan aneh yang muncul di hatinya. Marah? Bingung? Entahlah, ia sendiri tak mengerti.

Merasakan ada seseorang dihadapannya, (m/n) mendongak, beruntungnya mata safir miliknya telah berubah menjadi Garnet yang merahnya sama dengan genangan darah. Itu membuat Claude yang merupakan sosok dihadapannya terdiam.

Tak ada yang bicara di antara mereka. (M/n) Hanya bergumam kata yang sama berupa 'kembalikan adikku' dan Claude yang bergeming sembari menatap rumit kearahnya. Pria itu berjongkok di hadapan (m/n), Felix yang berdiri tak jauh dibelakangnya tampak mematung dengan wajah syok.

"Siapa namamu?"Claude bertanya, suaranya terdengar tak memiliki emosi meski mata safirnya menyiratkan begitu banyak perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan mudah.

(M/n) Memiringkan kepalanya kesamping, ia terlalu putus asa untuk memikirkan apapun dan hanya menjawab dengan lemah. "Aether... Aethernius Von Veroes"

Claude bergeming 'nama yang berarti keabadian huh?'batin pria itu, ia melirik ke arah surat dengan stempel kekaisaran Aridia berada di genggaman tangan (m/n) lalu terdiam saat menyadari siapa pria di hadapannya.

"...tunangan putri mahkota Aridia. Seorang pelaut dari kapal dagang Veroes. Apa yang orang sepertimu lakukan di tempat ini?"Claude bertanya, tangannya terulur menyingkap poni (m/n) yang sedikit berantakan lalu berkata "apa ada sesuatu yang direnggut darimu?"

(M/n) Bergeming, ia memeluk lututnya sendiri dan meringkuk sembari menjawab "Adikku. Astania harus hancur. Kembalikan adikku"Gerakan tangan Claude terhenti, rasanya agak sesak melihat orang yang mirip Anastacius begitu peduli pada adiknya. Apa nama perasaan ini? Claude lupa. Mungkin inilah yang orang sebut dengan nama Iri? Entahlah, Claude tak mengerti.

Meski ucapan (m/n) tak jelas, ia bisa memahami intinya. Adik pria itu menjadi salah satu korban penculikan Astania. Sepertinya kali ini Astania benar benar menyenggol pihak yang salah. Aridia bukan pihak yang bisa disenggol begitu saja. Tunangan putri Ariadne dirumorkan sebagai kesayangan Raja juga. Jelas raja Aridia takkan tinggal diam melihat tunangan putrinya dalam keadaan seperti ini.

Baru saja Claude ingin menanyakan sesuatu sekali lagi, tapi (m/n) sudah lebih dulu jatuh pingsan. Claude dengan sigap menangkap pria yang sudah terduduk itu ke pelukannya, tak membiarkan wajah pucat dan tubuh ringkih kelelahan itu menubruk tanah begitu saja. Ia menatap (m/n) yang memejamkan matanya, tubuhnya terasa lemah entah berapa lama pria itu berjalan tanpa istirahat yang benar.

"Yang mulia-"Felix bergegas menghampiri Keduanya, tapi Claude mengangkat sebelah tangannya ke udara dan menghentikan ajudannya itu untuk mendekat.

Ia sendiri yang mulai mengangkat tubuh (m/n), rasanya ringan, dan itu membuat Claude mengernyit kebingungan. 'rasa sakit seperti apa yang kau tahan sampai tubuhmu jadi seringan ini? Apa kehilangan adikmu adalah titik kehancuranmu?'batin Claude

"Yang mulia, apa dia kaisar sebelumnya?"tanya Felix saat Claude membawa (m/n) menuju rombongan lainnya.

Pria itu menggeleng, ia menunjukkan surat dengan stempel kekaisaran Aridia dari tangan (m/n) lalu berkata "Dia Aethernius Von Veroes, tunangan putri mahkota Aridia. Ia kehilangan adiknya, kemungkinan Astania menculiknya" Felix terbelalak kaget mendengar nama Aridia.

"A-aridia? Astania benar benar akan hancur jika seperti ini"ucap kesatria itu, ia menatap (m/n) yang mengernyit dan bergumam lemah dibawah kesadarannya

".....aku sudah kehilangan saudara kembar ku....kembalikan adikku.."lirih pria itu membuat mereka semua terdiam dalam keheningan
.
.
.
.
.

".....siapkan obat di tenda, kita tak bisa membuat kondisi tunangan putri mahkota Aridia memburuk. Kita harus menunjukkan pada Aridia bahwa yang salah adalah Astania"

TBC
Klod bilang aja mau tantrum tapi gabisa karena liat emen ngenes amat disini keliatannya_-

Jangan lupa vote nya Minna 👉🏻👈🏻

Sky or Crown - Wmmap x Male Reader Место, где живут истории. Откройте их для себя