1.Land Of Arlanta

462 121 13
                                    

____

a message containing a wish was made

____

Kapal besar dengan banyak sekali awak kapal yang telah mengarungi lautan dan berpindah-pindah menuju daratan tujuan itu kini berlabuh pada pelabuhan sebuah kerajaan. Awak kapal yang lain tampak sibuk menurunkan barang bawaan turun dari atas kapal. Sementara sang kapten tampak sibuk memperhatikan beberapa catatan yang harus ia cek isinya.

Jangkar mereka turunkan, kain layar mereka ikat dan rantai rantai besar mereka kaitkan pada ujung pelabuhan.

Seorang wanita berambut hitam dengan sepasang mata merah itu tampak menunjukkan ekspresi khawatir. Ia tau ia tak bisa menghentikan kapal ini berlabuh disini, tapi disisi lain ia juga merasa khawatir.

Matanya menatap ke arah (m/n) yang melompat turun sembari menggendong Eros dan Eris di pelukannya. Kedua bocah kembar itu tampak tertawa riang di pelukan (m/n) yang tersenyum menanggapinya.

Gunnar yang melihat kekhawatiran wanita itu hanya bergeming, ia sendiri tau persis apa yang wanita itu pikirkan. Toh sudah lebih dari 20 tahun mereka kabur dari tanah air sendiri demi melindungi nyawa yang tak berdosa."sudahlah Lauren, lagipula takkan ada yang curiga Aether adalah pangeran yang hilang. Kita di Arlanta, bukan Obelia"

"Iya, tapi ku dengar kabar saat kita berlabuh di Aridia waktu itu, Kaisar Obelia saat ini telah membunuh Pangeran kedua Anastacius untuk merebut tahta. Bagaimana jika mereka melihat Aether?"ucap Lauren khawatir. Wanita itu memegangi dahinya yang terasa pening. Ia tau ini Arlanta, negeri dengan pendidikan terbaik di benua ini. Tapi ia tetap khawatir. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada putra sulungnya?

"Ini Arlanta, bahkan jika mereka berani mengusik Aether. Aku sendiri yang akan melindunginya. Lagipula kau tau, kaisar dari kekaisaran Aridia sangat menyayangi Aether, mereka takkan tinggal diam jika Aether terluka. Obelia mengkhianati nya, tapi negeri lain mencintai dirinya"Gunnar berucap berusaha menenangkan mantan pelayan itu sembari menatap ketiga anak mereka yang berjalan menjauh menuju pasar di dekat pelabuhan.

Lauren mengangguk lemah, wanita itu bergeming sembari menatap kearah punggung tegap (m/n) dengan mata berkaca-kaca. "Seandainya takdir Aether jauh lebih baik, apakah ia akan duduk di tahta itu dan menjadi raja yang baik?"

Gunnar mendengus geli, pria itu merangkul istrinya dan berkata"kau bicara seolah Aether akan menerima jabatan itu. Kau tau sendiri anak itu seperti apa"

Lauren menyeka air matanya dan mendengus kesal sembari berkata"yah, dia memang bocah yang tak bisa di kekang dan hanya mau bebas. Dia takkan betah jika menjadi raja"

"Itu kau paham"kekeh Gunnar

Keduanya terkekeh kecil, merasa sedikit lega meski masih tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya dengan mudah. Sementara itu, di sisi lain, (m/n) tampak berjalan menuju pasar menemani Eros dan Eris yang tampak antusias.

Kedua bocah itu berlari kesana kemari, menunjuk beberapa hal dengan antusias sementara (m/n) selaku dompet berjalan mereka hanya tertawa dan mengikuti kemana kaki kecil mereka melangkah.

Eros melihat toko senjata, mata merah miliknya langsung berbinar dengan penuh antusias. Tangan mungilnya terangkat untuk menunjuk tempat itu dan berkata "kak Aether! Aku mau pedang!" (M/n) Tak lagi terkejut jika ia melihat toko senjata di pasar seperti ini. Pada dasarnya era di kehidupan keduanya adalah era dimana senjata tajam adalah barang pokok yang sama seperti sekarung gandum atau beras.

"Apa kau ingin menjadi kesatria karena memilih pedang?"(M/n) Bertanya. Ia tau Eros terus meminta pedang baru darinya dan apa yang ia lakukan selain menuruti adik kecilnya yang manis? Ia terlalu mudah leleh dengan keimutan mereka. Ia juga tak bisa menahan diri untuk melempar kepingan emas pada para penjual demi adiknya. Mungkin jika ini era modern, (m/n) pasti sudah menggesekkan kartu hitam miliknya beberapa kali demi Eros dan Eris.

Sky or Crown - Wmmap x Male Reader Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu