Bricia 15🔮

30.6K 2.6K 128
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○






Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya, kediaman Arkatama atau lebih tepatnya kediaman pria yang berstatus duda dengan nama Miller Radengga Arkatama terlihat sepi dan abu-abu seakan tak ada tanda-tanda kehidupan padahal jumlah maid juga bawahan pria berkuasa itu lebih dari puluhan orang.

Miller menyantap makanan didepannya begitu lambat seakan tak berselera, tatapannya juga senantiasa kosong dan menjawab seadanya ketika rapat berlangsung.

Asisten pribadinya menatap iba kesedihan diwajah tuannya yang diselimuti kedinginan bahkan dia berani bersumpah tak pernah melihat senyuman atau sekedar tarikan tipis disudut bibir pria tersebut semenjak putrinya tak pernah ditemukan.

Mereka sudah berusaha mencarinya selama bertahun-tahun ini tapi minimnya petunjuk membuat mereka kesusahan, itu karena Miller tak menyematkan nama atau marga belakangnya pada sang bayi.

Cengkraman nya menguat menahan sayatan sembilu yang kembali memperdalam penyesalannya, dentingan sendok yang disimpan kasar diatas piring menjadi penutup sarapan pagi ini.

"Kau siapkan rapat pagi ini, aku ingin menghabiskan waktunya sebentar dikamar putriku," Miller segera beranjak menaiki tangga Mansion menuju kamar bayi kecilnya dulu yang ia renovasi bersama sang istri.

Dibukanya pintu berwarna pink dengan papan nama bergambar beruang putih yang tersimpan diatasnya.

Kesayangan Kami, begitulah kira-kira kata yang terdapat didalamnya, Miller segera membuka pintu tersebut lalu masuk mendekati ranjang bayi yang mungkin baru di tiduri putrinya beberapa hari.

"Bagaimana kabarmu sayang? Apakah putri kesayangan Daddy sudah beranjak dewasa?" tanyanya dengan raut berubah drastis dengan mantap sendu bantal serta selimut putrinya yang masih tersimpan disana. "Maafkan ke brengsekan Daddy, Daddy tidak bisa menemani perkembangan mu selayaknya seorang ayah. Kapan kita akan bertemu? Daddy sangat merindukan tangisan merdumu, aku menyesalinya... Aku sangat menyesalinya Hera, kumohon... Bantu aku menemukan putri kecil kita."

Entah bagaimana wajahnya, bagaimana tawa dan suaranya, dan siapa namanya. Miller dibutakan oleh kebencian dengan menganggap jika anak tersebut adalah faktor istri tercintanya meninggal. Hingga dia tak sempat untuk menatap wajah cantik putrinya bahkan sekedar untuk memberikan nama.

"Aku akan terus mencarinya selama sisa hidupku, Daddy berjanji sayang. Kita akan segera bertemu," Miller meraih selimut tersebut dan menciumnya penuh kasih sayang. "Daddy mencintaimu, akan Daddy berikan apapun yang kamu mau."

Miris sekali hidupnya, Miller selalu membayangkan bagaimana ia akan menjadi pria yang pertama kali dicintai oleh putrinya dan Mansion ini tak akan terlihat seperti tempat mati.

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Bricia's world Onde as histórias ganham vida. Descobre agora