303 - [Puncak SiSheng] Xue Meng Kehidupan Sebelumnya

Start from the beginning
                                    

"Maafkan aku..." Chu Wanning berbisik dengan pedih, "... Maafkan aku..."

Luka-lukamu adalah kesakitanku.

Semua darah dan kebencianmu berakhir di tubuhku.

Chu Wanning berlutut di depan Mo Ran, membungkuk dan menyusut. Dia menggunakan seluruh keberanian yang tersisa dalam hidupnya untuk mengangkat kepala, tetapi ketika melihat tubuh yang telah gagal dihancurkan olehnya, dia tercekat, "Aku yang tidak bisa menolongmu..."

Dia tidak tahu di mana dia melakukan kesalahan, mungkin karena orang mati yang masih memiliki jiwa bukanlah mayat sesungguhnya, sehingga Teknik Membelah

Mayat tidak sepenuhnya berpengaruh. Mo Ran tidak mati, tapi dia marah. Kenangan

hidupnya, yang menyakitkan atau gila, yang membingungkan atau menyedihkan, menggerakkan satu demi satu.

Dia adalah Mo Weiyu, Mo Zongshi, Taxian Jun, dan Ran-er.

Potongan-potongan puing yang tak terhitung

banyaknya telah terbentuk menjadi lelaki yang benar-benar hancur di depannya.

"Mo Ran..."

Setelah mendengar suaranya, pupil mata Mo Ran agak berubah. Dia berhenti, air hujan menjadi merah di bawah kakinya dan menyebar ke mana-mana.

Setelah berhenti sejenak, lelaki yang indera jiwanya telah terpecah tiba-tiba menjadi kasar,

seolah-olah kesadaran lain telah menyerbu dirinya. Dia mulai mondar-mandir, ekspresinya yang menyeramkan tampak semakin menakutkan di wajahnya yang terdistorsi.

"Chu Wanning! Kau sangat membenciku sehingga ingin mengambil hidupku dengan segala cara, bukan?"

"Yang Mulia ini juga membencimu! Aku berharap bisa merobek mayatmu menjadi

ribuan potong dan memakan ususmu! Aku berharap bisa membiarkanmu menjadi martir selama ribuan generasi! Kau tidak bisa

menyalahkanku, kau membunuhku -! "

Lengan bajunya berkibar dan matanya melotot.

Dia sangat berang sampai tampak hampir meledak dan akan mencekik tenggorokan Chu Wanning untuk menghancurkannya berkeping- keping.

Namun itu seperti busur yang putus sebelum ditarik penuh atau pedang yang patah sebelum dihunus.

Dengan suara ledakan, cahaya biru menembak dada Taxian Jun. Mata Taxian Jun redup lalu tiba-tiba terdiam. Setelah beberapa saat, perlahan dia berdiri tegak dan berdiri dengan sangat dingin di tepi jalan.

💜
Chu Wanning berbalik dan melihat Shi Mei dengan goyah memegang batu, tetapi mempertahankan posisi untuk melemparkan mantra. Sepasang mata bunga persiknya ganas dan menyala, berkilau dengan cahaya intens.

"Kurasa kau sudah selesai mengenang masa lalu." Shi Mei mengatupkan gigi dan mengangkat dua jarinya. Dia menatap Taxian Jun dan berkata, "Apakah kau tahu apa yang paling penting? Karena kau belum mati, cepat bantu aku mengumpulkan tiga puluh bidak catur terakhir!"

"Cepat." Dia terengah-engah. "Tidak bisa menunda lagi."

Di bawah cahaya mantra, wajah Taxian Jun yang sebelumnya kacau, berperang antara baik dan jahat, menjadi setenang orang mati, sediam embun beku, sedingin salju.

Kegilaan di matanya, dendam, semua emosi lenyap.

Taxian Jun mengangguk singkat, dan pedang di tangannya menyala. Dia menjawab hampir mati rasa, "Ya, Tuan."

Selesai berbicara, dia mengangkat tangan dan menurunkan tabir untuk melindungi Shi Mei. Kemudian, jubah hitam itu seperti rajawali, terbang menuju aula depan. Tetapi ketika naik ke udara, sebuah sosok muncul di depannya.

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now