tiga puluh dua

Mulai dari awal
                                    

Tidak sanggup lagi mengikuti langkah Regan yang cepat dan lebar dengan tubuhnya yang keseimbangannya berkurang.

Regan diam merasakan tangan Hanna yang lepas dari genggamannya. Matanya beralih memperhatikan Hanna yang berjalan mendahuluinya.

Cowok itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

Kemudian dengan cepat segera membopong tubuh Hanna ala bridal style keluar dari dalam bangunan berisik itu.

Hanna yang kepalanya terasa berat hanya bisa pasrah.

Regan segera saja menghentikan salah satu taxi dan masuk ke dalamnya dengan Hanna yang memeluk lehernya dan memejamkan mata.

Sekali lagi, cowok itu menghela nafas. Memilih membalas pelukan Hanna dan menghirup wangi yang menguar dari tubuh gadis itu.

••••

Regan meletakkan tubuh Hanna pada ranjang dengan pelan, kemudian beralih duduk di pinggiran ranjang.

Suara helaan nafas terdengar di ruangan luas yang sepi itu.

Regan baru akan berdiri dari duduknya dan melangkah, namun harus terhenti ketika tangan kecil mencekal pergelangan tangannya.

"Mau kemana?" tanya Hanna dengan suara parau.

Regan yang mendengar itu menoleh dan menatap Hanna yang juga menatapnya dengan pandangan sayu.

"Lo ke club sama siapa?" Regan menaikkan kedua alisnya.

Hanna yang ditanya mengerutkan alisnya bingung dengan bibir yang sedikit manyun.

"Gue?" tanya Hanna memastikan sembari menunjuk dirinya sendiri.

Regan diam, hanya memperhatikan Hanna yang tampak tidak fokus.

Tak lama, gadis itu merubah posisinya menjadi duduk di tengah ranjang dengan penampilan yang acak-acakan.

"Hiks," Regan mengerutkan keningnya ketika mendengar suara isakan yang keluar dari mulut Hanna.

"Lo pasti mau pergi nemuin Agista, kan?" kerutan di kening Regan semakin dalam.

"Hiks, lo pasti mau ninggalin gue buat ketemu Agista, hiks," Hanna terisak meski air mata entah benar turun atau tidak.

"Mak-"

"GUE CEMBURU!" Hanna berteriak histeris hingga suaranya memenuhi ruangan.

Regan pun sampai berjengit kaget mendengarnya.

"Hiks, bisa-bisanya Regan bangsat itu mesra-mesraan sama Agista, sedangkan gue dikurung di kamar. Gak boleh sekolah!" Hanna dengan menggebu-gebu berkata dengan suara yang cukup tinggi.

"Sekali gue masuk sekolah juga disuruh liat pemandangan mesra-mesraan mereka. Maunya apa sih?" Hanna mengerutkan keningnya kesal.

"Heh, coba tanyain temen lo si Regan itu. Maunya apa? Kalo gue ya gue, kalau Ag-"

Cup!

Kalimat panjang Hanna terpaksa harus berhenti ketika Regan dengan tiba-tiba menyatukan bibir keduanya.

Perlahan, bibir keduanya saling melumat pelan sebelum berubah menjadi semakin liar.

Hanna yang ada di bawah pengaruh alkohol hanya menerima lumatan Regan, sesekali menjambak rambut cowok itu.

Seolah diberi izin, Regan semakin memperdalam ciuman keduanya. Lidahnya juga menyelinap masuk, saling melilit dengan lidah milik Hanna.

Hanna mendorong pelan dada Regan, meminta ciuman panas itu dilepaskan lantaran nafasnya hampir habis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang