Sebelum melangkah meninggalkan tempatnya, ia sedikit melirik ke arah sosok yang sempat berbisik dengan Hanna.

Keningnya berkerut saat menyadari bahwa gadis itu sudah mulai mabuk.

Bagaimana ia tahu?

Tentu saja tahu.

Gadis itu tiba-tiba saja menangis, kemudian tiba-tiba tertawa. Lalu menangis lagi dan tertawa lagi.

Cakra jadi merinding sendiri. Takut jika gadis itu bukan mabuk tetapi malah kesurupan.

Club-kan tempatnya setan.

Dengan pasti, langkah kaki panjangnya mengayun menuju ke arah kerumunan manusia yang tengah berjoget.

Tubuhnya yang tinggi, membuatnya tidak kesulitan menemukan Hanna yang berada di tengah-tengah sana.

Senyuman miring tercetak samar di bibirnya kala melihat Hanna yang menggerakkan tubuhnya acak.

Cakra segera saja semakin mendekat ke arah Hanna. Memposisikan tubuhnya tepat di belakang tubuh Hanna dan ikut berjoget ringan di sana.

Hanna yang merasa ada sosok baru di belakangnya awalnya diam. Baru ia menoleh saat dengan sengaja sosok itu merapatkan tubuh ke arahnya.

Keningnya yang berkerut samar semakin mengerut kala menemukan sosok Cakra sebagai si pelaku.

"Ngapain sih di sini?" tanya Hanna sedikit mendongak untuk menatap Cakra.

Cakra yang mendengar suara Hanna meski teredam suara musik menunduk untuk menatap balik, alisnya terangkat sebelah.

"Ngomong sama gue?" Hanna memutar bola matanya kesal.

Tanpa banyak bicara ia segera melangkah menjauh, meninggalkan Cakra.

Ia memilih kembali pada tempat duduk yang seharusnya masih ada Felia di sana.

"Loh, kok gak ada?" gumamnya saat mengetahui bahwa Felia telah pergi dari tempat duduknya.

Hanna celingukan, berusaha mencari sosok Felia yang mungkin saja bisa ia temukan di sekitaran tempatnya.

Tapi, nihil.

Abai akan hal itu, Hanna memilih untuk duduk di tempatnya semula dan memesan minuman yang sama dengan yang ia minum sebelumnya pada Bartender.

Baru hendak meneguk minumannya yang telah disajikan, ia harus menghela nafas kasar saat sosok Cakra lagi-lagi mengikutinya.

"Lo tuh ngapain sih ngikutin gue?" tanya Hanna kesal saat melihat Cakra duduk di kursi sebelahnya dengan tangan yang menopang dagu menatapnya.

"Gue gak ngikutin lo kok," Cakra menggeleng pelan.

"Udah tiga kali lo nyamperin gue mulu ya. Itu namanya ngikutin!" Cakra menahan senyumnya saat melihat wajah kesal Hanna yang tampak imut baginya.

Sedang Hanna yang melihat Cakra menahan senyumnya, semakin mengerut jijik.

"Gila!"

Setelah sedikit mengumpat, gadis itu segera saja pergi meninggalkan Cakra lagi. Memilih untuk menuju rooftop bangunan club ini yang ia dengar dari Felia, memiliki pemandangan yang bagus.

Sampai di rooftop, Hanna segera saja mengambil tempat tepat di pinggir tembok bangunan. Membuatnya bisa dengan mudah memperhatikan pemandangan dari atas.

Hanna menghela nafas sebentar, kemudian meneguk minumannya setengah.

Pikirannya melayang.

Ia sudah tahu dimana letak rumah orang tua Hanna, kemudian apa yang harus ia lakukan?

HannaWhere stories live. Discover now