10

12K 2K 766
                                    

MATI LAMPUUUUUU😭

GK ADA SINYAALLLLLL!       ADANYA SHIBAAALLL!



SELAMAT MEMBACA ❤️





***





"Ack!"  Aku memekik kecil  ketika teh yang ku minum terlalu panas untuk lidahku. Ingin kusemburkan tapi tidak sopan, mengingat sekarang tengah sarapan dengan pangeran Sentanu.

"Pelan-pelan." Pangeran Sentanu tiba-tiba mengusap bibirku.

Aku memundurkan badan lalu berterimakasih. Agak malu juga karena didalam ruangan ini ada beberapa pengawal dan pelayan yang berdiri dibelakang.

"Jika sudah selesai, ikuti aku."

"Ngestoaken dawuh gusti pangeran." Yah, mana mungkin aku menolak kan?

Setelah sarapan selesai, kita berjalan keluar beriringan. Katanya akan ke pendopo khusus belajar.

Pangeran Sentanu menoleh menatap para pengawalnya. "Beri jarak dengan kami berdua," ujarnya.

Pengawal menuruti ucapan pangeran Sentanu, mereka langsung memberi jarak berdiri lebih jauh.

"Kedepannya pasti kamu akan kebingungan dengan situasi ini." Pangeran Sentanu membuka suaranya.

"Bingung?" tanyaku meminta penjelasan.

"Yah, aku juga bingung kenapa bisa wahyu suci cakraningrat bisa masuk ke tubuhmu. Wahyu yang turun pemberian sang hyang."

Waduh,  apa yang Sentanu bicarakan ini? Aku tidak paham.

Aku memilih diam mendengarkan Sentanu yang masih berbicara diperjalanan ini.

"Tentu aku berharap diriku yang dapat memiliki wahyu tersebut, mengingat diriku yang akan meneruskan takhta kanjeng romo."

"Jika memang begitu, kenapa sejak awal diadakan perlombaan? Kenapa tidak diberikan langsung saja ke gusti pangeran?" tanyaku.

Pangeran Sentanu tertawa pelan. "Aku memang penerus sah, tapi bagaimana jika ada orang lain juga yang menginginkannya?"

Aku menggigit bibirku, pembicaraan kali ini mungkin berat.

"Aku menyayangi kedua adikku, tapi untuk hal ini aku tidak bisa mengalah begitu saja__aku tidak bisa berbagi." Mata itu, mata merendahkan lawannya. Mata yang selalu memberikan tekanan pada lawan bicaranya kini menatapku.

"Tapi... Raden kembar sepertinya tidak berniat bersaing dengan gusti pangeran kan?" aku memiringkan kepala. Jika kulihat memang begitu kan? Si kembar itu seperti tidak berhasrat memperebutkan takhta.

Wajah tampan itu tiba-tiba mendekat. "Jika kau tahu kehidupan sebenarnya didalam istana, mungkin kau tidak akan berucap demikian."

Aku menunduk. "Ah maaf gusti pangeran."

"Lalu Gandamana. Pria itu, tidak bisa mengalah bahkan pada keponakannya sendiri. Hhh__ intinya, Chira wahyu yang berada didalam dirimu itu sangat penting. Entah kedepannya kau akan memilih pada siapa wahyu itu, kuharap kau dapat membantuku." Pangeran Sentanu berhenti melangkah hanya untuk menatapku.

Sorot matanya terlihat sedikit sedih. Lalu sudut bibirnya naik. "Aku tidak akan memaksamu. Kanjeng romo orang yang adil, maka dari itu beliau memberi kesempatan kepada kita berempat untuk berusaha meraihmu. Tapi tetap saja hasilnya terserah padamu."

Dandang Mangore Romance [21+]  ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang