Terdengar suara desingan tajam dari arah kiriku. Secara spontan aku mundur ke belakang beberapa langkah.
Zing.. Zing.. Zing..
Tiga buah jarum tajam menancap di tembok sebelah kananku.
“Siapa?” tanyaku sambil menoleh ke arah kiri.
Segumpal asap tebal berwarna ungu hitam beraroma memuakkan tetiba menyembur dari arah luar jendela yang berada di sebelah kiriku.
“Kurang ajar!” makiku ke arah asap tebal yang bergulung-gulung datang ke arahku.
Aku merubah arah berdiriku hingga tepat menghadap ke arah asap tebal berwarna ungu hitam.
“Tuan. Mundurlah. Asap itu beracun.” bisik sebuah suara halus tanpa wujud.
Kemudian terdengar suara angin bergemuruh datang dari arah belakangku, menuju ke arah asap ungu hitam yang sedang mendatangiku.
Terdengar ledakan keras, bumi bergoncang bagai kena gempa, lantai di dalam ruangan menjadi hancur berantakan, namun dalam sesaat asap ungu hitam menjadi hilang musnah tanpa jejak.
“Terimakasih, Om.” bisikku lirih ke arah jendela.
“Om, palamu peyang! Panggil aku, Yang Mulia!” sahut ketus suara tanpa wujud.
“Sejak kapan Om punya darah bangsawan?” tanyaku sengit.
“Sejak kamu butuh pelindung yang kuat.” celetuk suara tanpa wujud.
Aku diam tak menyahut. Bisa panjang urusan kalau sampai aku meneruskan debat dengan pemilik suara tersebut, dan umurku bisa jadi lebih pendek.
“Dasar Buto gila pujian.” batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Ilmu Teluh
HorrorSemuanya sudah tidak ada yang bernafas. Aku sudah memeriksa tiap tubuh yang tergeletak dingin di lantai, dan tidak ada seorangpun yang masih bernafas.