Bab 02 (Penyintas)

9 2 0
                                    

"Berhenti! Jangan ikut campur urusan kami!” terdengar suara lirih bernada mengancam.

Aku melihat ke sekeliling, tak ada seorangpun di dalam ruangan.

Bodycam yang menempel di bajuku masih menunjukkan kedipan lampu warna hijau, artinya semua orang di Departemen Tiga Enam masih bisa melihat secara langsung apa yang sedang kulihat melalui bodycam.

“Homey, kalian dengar itu?” tanyaku sambil menyentuh earphone di telinga kiriku.

Homey adalah sebutan bagi para operator di Departemen Tiga Enam yang bertugas membantu para agen yang sedang berada di medan tugas.

“Negatif. Kami tidak mendengar apapun kecuali suaramu.” terdengar suara merdu operator Anna melalui earphone di telinga kiriku.

"Roger that.” jawabku.

“Kalau bukan Homey, lantas siapa tadi yang bicara?” batinku.

“T-t-tolong, tolong. Tolong...” kali ini ada suara minta tolong datang dari arah depan kananku.

Aku melangkah pelan menuju ke arah depan kananku. Kulihat ada tiga tubuh tergeletak disana.

Tubuh seorang pria, berusia sekitar tiga puluh tahunan, dengan kondisi leher dan tangan kanan putus, serta dada kiri berlubang sebesar kepalan tangan.

Dan di sebelahnya ada tubuh seorang bocah laki-laki, berusia sekitar lima tahunan, dengan kondisi dua lobang mata berlubang tanpa biji mata, lidah menjulur tapi putus tepat dibagian tengah.

Tubuh ketiga, seorang wanita berusia sekitar dua puluh tahunan, berkulit putih, wajah hancur terbakar, siku lengan kiri patah hingga lengan kirinya terlipat ke belakang.

“Homey, ada penyintas. Tolong minta Team Bendera Biru untuk masuk menyelamatkan korban yang masih hidup. Dan minta Team Bendera Hitam untuk mengurusi korban yang sudah tidak bernyawa.” pintaku ke homey melalui earphone.

Roger that.” sahut Homey.

Misteri Ilmu TeluhМесто, где живут истории. Откройте их для себя