Jokes Bapack - Bapack

120 22 0
                                    

Kalau sedang lebay, Prabu bisa sangat receh dan menggemaskan. Tapi, tetap saja tidak menghilangkan aura kebapakan dan pesonanya.

Hari ini, aku harus turun ke outlet untuk memeriksa langsung semua point yang dititikberatkan oleh tim audit. Agar tidak ada yang terlewat, aku memutuskan untuk menemani Farah dan Vandy dengan ikut terjun ke outlet.

Namun kabar yang kudapatkan di jam dua siang cukup membuatku menyesal telah keluar rumah dan meninggalkan si kembar. Prabu mengirim pesan kalau Riri demam dan nggak mau makan. Padahal, saat aku pamit pergi, dirinya masih lincah dan seperti biasa. Tidak pucat atau ada indikasi sakit.

Aku pun mengupayakan pekerjaan untuk segera rampung, agar bisa segera kembali pulang.

Panggilan dari Prabu, menghentikan pembicaraanku pada Farah dan meminta waktu sebentar darinya.

"Halo, gimana Riri, Pak? Masih demam?"

"Tadi aku kompres." Prabu menjawab dengan nada datar.

"Terus?"

"Sekarang jadi zip."

Hah? Gimana, gimana?

Satu...

Dua...

Tiga...

Aku menghempas napas yang sempat tertahan dan mendengar suara Prabu menahan tawa yang gagal di sambungan telepon.

Tapi, jika Prabu masih bisa bercanda itu berarti semua aman. Kondisi Riri tidak mengkhawatirkan.

Sedikit menggeram kesal, aku mengomeli Prabu dengan nada rendah.

"Kamu gabung grup jokes bapack - bapack di facebook ya? Receh banget!"

"Hahahaha."

"Bapaakkk ihhhh." Aku merajuk kesal, Prabu menuntaskan tawanya yang maksimal, diikuti suara tawa cempreng Tata yang rupanya berada di dekat bapaknya.

"Bubu cepet pulang, Tata sama Riri kangen."

"Bapaknya?"

"Enggak."

"Ohhh..."

"Enggak diragukan lagi maksudnya, Bund."

"Huuuu... Selesai ini, aku pulang ya. Peluk dan cium si kembar dari aku."

"Oke. Bayarnya dua kali lipat ya nanti malam ke Bapak."

"Memang maunya Bapak."

"Woyaa jelas. Mbak Tata, kiss bubu dulu.."

Suara pun berganti menjadi decak kecup berisik Tata di telingaku.

Aku terkekeh mendengar tingkahnya yang seolah memberi ciuman.

"Jagain adeknya ya Mbak. Nanti Ibu pulang nggak lama lagi."

"Dadahhh Bubuuuu..."

Aah gemas, aku mengganti mode panggilan menjadi panggilan video dan melihat wajah Tata yang belepotan coklat. Spontan saja Prabu mengambil tissue dan mengelap wajah anak kami yang sedang rusuh menempelkan bibirnya ke layar hape.

"Yaa Allah, kenapa cemong - cemong itu mukanya?"

"Totaatt Buuu."

Prabu nyengir merasa bersalah, aku menghela napas pasrah. Begitulah kondisi anak - anak kalau ditinggal dengan bapaknya.

Entah celemotan makanan, menghamburkan bedak atau sabun, yang bisa lebih ekstrim memasukkan rumput atau tanaman hias mama yang dicabut paksa ke dalam tudung saji dan berpura - pura itu adalah sayur untuk makan siang. Tinggalah mama yang kaget dan mengirimkan foto kelakuan kedua anakku jika sedang bermain dengan Prabu.

Suamiku mengelak dengan berkata kalau anak harus berani main apa aja dan boleh kotor - kotoran selama tujuannya mengenali sekitar. Untuk satu itu, kami memang berbeda pendapat tapi tidak sampai bersitegang.

"Tolong bersihin mukanya dong Pak, cantiknya ketutupan cemong tuh."

Prabu dan Tata kompak nyengir, keduanya mirip saat melakukan hal itu, membuatku semakin ingin segera pergi dari Biru Swalayan dan kembali ke pelukan si kembar, juga bapaknya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STUCK # 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang