baby bears

1.1K 125 23
                                    

makasi uda mampir ke cerita mas jeje sama dek wonie! 🐈

🥞🥞🥞

Jay bukan orang baik. Dengan perspektif sekali lihat hasil orientasi kemarin pasti tak akan ada yang percaya bila dirinya berkata demikian (sebab perlakuan manisnya yang didamba). Mari berkenalan secara resmi, namanya Jay Paskah Winarno. Lelaki matang berusia awal kepala tiga, tepatnya pada bulan April nanti menginjak tiga puluh empat tahun.

Pekerjaannya sudah tetap. Menjabat sebagai asisten kepala dapur sebuah hotel bintang lima yang berdiri di kawasan elite bisnis Jakarta. Penghasilannya bisa dibilang cukup untuk membina keharmonisan rumah-tangga. Dan, yang jelas, biaya hidup anaknya saat lahir nanti sudah tersedia minimal sampai masuk sekolah dasar. Jay memastikan segala aspek sudah sempurna ketika dia dan Jungwon berkomitmen untuk punya bayi.

Perbandingan usia antara dirinya dan sang Istri memang cukup jauh. Jay sekarang anggap saja sudah genap 34 tahun, sedangkan Jungwon baru menginjak 26 tahun— ya, silakan diberi makian. Jay sudah biasa digadang sebagai pengidap pedofilia sejak mereka berpacaran dulu.

Mungkin itu juga alasan mengapa mereka baru diberi kepercayaan memiliki momongan setelah tahun-tahun yang panjang. Jungwon jelas tetaplah bayi di mata Jay. Bayi yang bisa mengandung bayi. Jay juga memaklumi perilaku Jungwon yang kekanak-kanakan karena usianya masih terbilang muda.

Satu hal yang Jay terapkan sejak awal menikah ialah tak ingin memaksa Jungwon cepat-cepat hamil, ia menghormati apa pun keputusan pemuda itu karena menurutnya pernikahan ini dilandasi komitmen dari dua orang. Sebisa mungkin Jay membangun atmosfer hubungan sehat dengan si pujaan hati.

"Mas Jeje," panggil Jungwon pelan. Ia berlari kecil ke arah ranjang tempat suaminya berada. Jay sudah tahu sejak lima langkah sebelum istrinya masuk, lantas ia berpura-pura terlelap saat tangan mungil itu menepuk-nepuk pipinya lembut. "Mas," bisiknya sekali lagi.

"Mas, tangan Wonie berdar—"

Belum selesai panggilannya. Jay sudah membuka mata sekaligus bangkit duduk. "Mas cuma pura-pura tidur, sayang. Mana tangannya sini Mas lihat."

Jungwon masih setia menyembunyikan satu tangannya di belakang punggung. Agaknya keputusannya sedikit keliru saat meminta pertolongan. "Tapi janji Mas jangan panik.." Ia mewanti-wanti sebelum menunjukkan ibu jarinya yang tergores.

"Wonie." Suara Jay pelan, tapi dalam. Jungwon tahu sekarang suaminya tengah menahan amarah. Lelaki itu membuka laci di samping tempat tidur dan mengeluarkan kotak obat-obatan. Lantas menyuruh Jungwon duduk di hadapannya tanpa bicara.

"Aku enggak kenapa-kenapa, Mas. Tadi udah aku bilas pakai air bersih kok! Mas Jeje jangan nangis ... maaf aku ganggu jam istirahat Mas," sambar Jungwon takut-takut.

"Ini kenapa bisa kamu begini?"

"Tadi dede bayi mau jus— auh! Mas! Udah.. hngg sakit.." Jungwon berontak. Tangannya ia tarik kuat-kuat meski kalah dengan cekalan Jay. "Sakit, Mas Jeje.." racaunya sambil menggeleng-gelengkan kepala ribut.

"Pakai Betadine dulu, ya?"

"Perih.."

"Sedikittt aja. Biar lukanya sembuh," balas Jay memberi pengertian. Saat Jungwon mulai tenang, Jay langsung melumuri luka itu dengan obat merah, membalutnya dengan kasa steril dan plester motif kucing lucu. Terakhir, Jay mengecupnya lembut di sepanjang ibu jarinya.

"Mas," bisik Jungwon di dalam pelukan erat itu. "Mas Jeje marah yaaa?" Jemari lentiknya mendekap peraduan leher yang lebih tua, menyembunyikan wajahnya yang basah.

"Mas—hnggh.. maaf? Maafin Adek.."

Hati Jay tercubit saat Jungwon menangis di lehernya, tapi ia harus bisa membuat istrinya jera. "Diam. Mas marah ya sama kamu. Jangan ngomong lagi sama Mas kalo kamu enggak mau nurut. Kamu apa-apa maunya sendiri. Mas tersinggung," ujarnya dengan nada kelewat datar.

Jungwon masih menangis kencang dalam rengkuhannya, memilih bungkam tak melawan.

"Lepasin. Mas mau tidur. Kamu dari kemarin bisanya nangis terus, capek Mas dengernya."

Jay melepas pelukan Jungwon, memilih berbaring membelakangi si ibu hamil yang berupaya mati-matian menahan tangisan. Ucapan Jay beberapa saat lalu membekas jelas di hatinya. Suaminya lelah, Mas Jeje-nya lelah mendengarnya setiap hari menangis.

Jungwon cepat-cepat menghentikan aliran air mata di pipi dan beranjak menjauhi ranjang. Hatinya merasa bersalah karena sadar terlalu sering mengganggu jam istirahat sang suami ketika pulang bekerja.

Jay diam-diam menghela napas panjang. Ucapannya barusan sudah keterlaluan. Ia segera bangkit menyusul Jungwon setelah puluhan menit berdiam diri. Akhir-akhir ini banyak sekali beban pikirannya soal pekerjaan, ditambah saat pulang ia harus menghadapi tingkah Jungwon yang rewel bawaan bayi. Perasaan istrinya itu kelewat sensitif hingga sering menangis. Tak seharusnya ia berkata seperti tadi.

Jungwon tengah berbaring di sofa menghadap televisi yang dibiarkan menyala tanpa dihiraukan sama sekali. Jay mendekat pasti, langkahnya tergesa menghampiri si sosok pendamping yang ternyata sedang menangis tanpa mengeluarkan isakan. Tanpa basa-basi Jay merengkuh tubuh itu dalam pelukan.

Tangannya membuka kancing piyama Jungwon dan membalurkan minyak telon di area dada dan pelipis istrinya dengan hati-hati. "Jangan ditahan suara nangisnya, tenggorokan sama dada kamu sakit nanti. Pusing kepalanya? Sesak enggak napasnya?"

"Sakit.."

"Apa yang sakit? Sini-sini sayang, Mas elus punggung sama perutnya."

Usapan demi usapan Jay beri sebagai afeksi dari rasa cintanya pada Jungwon. Ia menenangkan tangisan pemuda itu dalam beberapa menit, hingga tersisa deruan napas pelan. "Omongan Mas di kamar tadi jangan dimasukan ke hati. Maaf Mas bikin kamu nangis gini." Ia semakin menyandarkan tubuh pada sofa, membiarkan Jungwon duduk di pangkuannya dan memeluk lehernya erat.

Masih dengan kancing piyama beruang yang terbuka, usapan jemari Jay menyapu lembut permukaan perut Jungwon yang membuncit lucu. Lantas ia kembali melanjutkan ucapannya,

"Adek berhak kok buat ngeluh ke Mas kalo badannya ada yang sakit, kepalanya pusing, mual setiap pagi. Enggak ada yang larang kamu. Sekarang kamu lagi hamil anak Mas, jadi Mas punya andil bikin kamu nyaman selama bawa-bawa baby di perut mungil kamu ini. Jangan mikir yang aneh-aneh tentang Mas ya, cantik?"

🥞🥞🥞

maap gabisa janji update setiap hari, tapi semua cerita di akun ini pasti tamat seratus persen kok, tenang!

enaknya dibikin projek long story apa mini aja? kan yang kecil-kecil biasanya lucu 😔

vote & komen 🍓

[draft: 26.03.24]
[publish: 14.04.24]

dearest ; jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang