ch 9

14.6K 1.2K 84
                                    

Arshaka saat ini tengah makan dan menonton si botak kembar lewat ponsel milik Chandra. Di ruang rawatnya hanya ada dirinya, Denio dan Chandra.

Bertanya-tanya kemana tiga titan lainnya? Mereka di panggil untuk ke ruangan dokter yang menangani si kecil untuk membahas perkembangan Arshaka.

Dengan terpaksa, mereka membiarkan Arshaka dengan Denio dan Chandra dulu hingga urusan mereka selesai.

"Kunyah jangan di emut." Tegur Candra saat melihat si kecil hanya mengemut makanannya tanpa mengunyah nya.

Arshaka diam, anak itu tetap fokus menonton si botak kembar tanpa mendengar teguran dari Candra untuk yang ke sekian kalinya.

Hal itu membuat Candra sedikit kesal, dengan sengaja cowo itu mematikan ponselnya membuat si kecil melihat ke arahnya dengan pandangan bingung.

"Huh?" Si kecil menukik kan alis tidak suka. Pipinya menggembung karena nasi yang masih penuh di dalam mulutnya.

"Dengerin nggak? Makanan nya jangan di emut, tapi di kunyah." Tegur cowo itu kembali. Jari telunjuknya menekan pipi si kecil yang menggembung.

Arshaka dengan terpaksa mengunyah makanan nya, butuh waktu selama satu menit, baru si kecil menelan makanannya.

Arshaka membuka mulutnya, lidahnya menjulur keluar memperlihatkan mulutnya yang telah kosong. "Sudah, adek mau liat upin ipin lagi." Cicitnya.

"A, dulu." Candra mengarahkan sendok nya ke depan mulut si kecil. Namun si kecil menolak dengan menggelengkan kepalanya.

"Enough, perut adek penuh." Menyingkap baju rumah sakit hingga memerlukan perutnya yang sedikit membuncit, "Look?"

Lengan kekar Denio dengan nakal mengelus sensual perut lembut si kecil, sesekali memainkan nya seperti squishy. Tubuh si kecil meliuk-liuk karena merasa geli dalam pangkuan Denio. Hingga si kecil berbaring terlentang di sofa dan Denio tidak berhenti menggelitiki perutnya.

Hingga si kecil terbatuk-batuk, baru Denio menghentikannya.

Candra memukul kepala Denio dengan tidak santainya, cowo itu membantu si kecil untuk bangun.

"Lo tolol, dia abis makan malah lo gituin. Gimana kalo Shaka muntah, hah?"

Denio merasa deja vu. Cowo itu mengelus kepalanya yang terasa panas.

"Shh .. ya maap." Ucap cowo itu cemberut.

Candra bangun dari sofa dan membawa Arshaka ke gendongan koala nya, cowo itu mengelus punggung sempit si kecil.

"Cgkk!"

"Nah kan, cegukan. Den, ambilin minum." Titah Candra.

"Air anget?" Tanya Denio.

"Terserah anget atau dingin." Jawab Candra. Tangannya senantiasa mengelus punggung sempit si kecil yang masih cegukan.

Pintu terbuka dari luar, masuk Brian, Zio, Galaxy dengan satu cowo lainnya di belakang.

"Kenapa, Ndra?" Tanya Brian.

Candra membalikkan tubuhnya dan menatap sang ketua. "Cegukan."

"Kok bisa?" Kali ini Zio yang bertanya.

"Shaka habis makan, terus si Denio malah gelitikin perutnya. Mungkin karena kram sampe cegukan." Jawab cowo itu seadanya.

Yang lain mengangguk-angguk mengerti.

Brian mendekati Candra, dan berniat ingin mengambil tubuh Arshaka. Namun niatnya harus di urungkan saat Zio mencengkeram bahunya.

"Gantian. Masa lo mulu yang gendong Arshaka. Yang lain nggak pernah kebagian." Ucap sarkas cowo itu.

Berdecak sebal, Brian mengangkat kedua tangannya. "Oke, fine!" Cowo itu melipat kedua tangannya di dada, lalu dengan kasar mendudukkan bokongnya di sofa yang sudah ada Galaxy dan cowo lain di sebelahnya. Wajahnya terlihat kesel begete.

Cowo di sebelahnya terkekeh, "Kayak uke lo begitu, pantes Alqa suka—Oo! Sorry, sorry! Becanda gue njir."

Orang itu berbicara dengan panik saat Brian menatap dirinya tajam. Jika sudah membahas tentang Alqa, Brian ini memang paling sensitif.

Brian tidak membalas ucapan orang di sebelahnya, cowo itu lebih memilih memejamkan matanya sejenak. Ucapan dokter saat itu masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Denio keluar dari arah dapur, di tangannya membawa segelas air dingin.

"Nih Ndra."

Denio memberikan gelasnya kepada Candra, namun gelas itu lebih dulu di rampas oleh Zio. Cowo itu meminum airnya hingga tersisa setengah. Dan kejadian selanjutnya membuat teman-teman Zio membulatkan matanya.

Zio mencium bibir si kecil, meminumkan air di dalam mulutnya—mouth to mouth—hingga air itu menetes sampai ke dagu si kecil.

Jakun si dominan naik turun, masih terdengar cegukan kecil dari Arshaka, namun teredam oleh ciuman si dominan.

"WOI! WOI! UDAH WOII!" Teriak Denio. Menarik baju yang di kenakan oleh Zio.

Cupk~

Anghh ...

Suara yang sangat indah, saat kedua labium itu terlepas.

Tiba-tiba suasana di sana berubah panas, semua orang terdiam mematung mendengar lenguhan si kecil. Mereka merasakan sesuatu telah berdiri dengan tegak.

Candra yang lebih dulu sadar, memberikan tubuh si kecil untuk di pangku oleh Galaxy, cowo itu menutup hidungnya yang telah mimisan. Pipi hingga tengkuk cowo itu juga merona.

"Damn it! Gue tanda'in muka lo, Yo!"

Candra berlari ke arah kamar mandi, cowo itu masuk dan menutup pintunya dengan keras. Bersamaan dengan itu, si kecil kembali cegukan.

Refleks mereka kembali menatap wajah polos si kecil, bibirnya telah membengkak dan terlihat mengkilap, mungkin karena bekas salivana.

"Shaka, kita cium lagi mau? Biar cegukannya berhenti."

.
.
.
.
.

Nyengir kalian cerita Arshaka, Vy lanjut lagi dan ga jdi nunggu bulan ramadhan lewat dlu. Wkwk

Support trs cerita ini kalo kalian suka, See u next chapter guys~

ARSHAKA JOCASTA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang