Chapter 1.1

5.3K 430 24
                                    

Halo, Zuka bawa lagi babang baru!

Kali ini Zuka bawa lagi seorang Pangeran gurun! 🤭 Tapi untuk kali ini kita akan bersetting modern ya!

Aku harap kalian akan sukaaaa...


🐪🐪🐪



Kaia membuka matanya tepat ketika bunyi alarm terus berdering seolah hendak meruntuhkan seluruh kediamannya. Dia menguap sambil menyibak selimut dan mematikan alarm dengan sabar. Sebelum beranjak dari tempat tidur, dia merenung sejenak, memikirkan mimpi yang berulang kali muncul dalam tidurnya selama beberapa tahun ini.

Itu adalah kehidupan lamanya saat panti asuhannya dulu kebakaran dan semua anak-anak dibawa oleh sekelompok gangster ke dalam kontainer. Para pengurus dan pemilik panti asuhan tidak ada yang selamat, bahkan Kaia tidak tahu apakah teman-temannya juga selamat dari para pria garang itu? Dia hanya beruntung, bisa melarikan diri dengan berhasil.

Sambil menguap Kaia bangun dari tempat tidur, menuju ke kamar mandi. Saat dia menggosok gigi, pintu di depan diketuk selama beberapa kali, dan mulai terdengar orang yang memanggilnya.

"Dokter Kaia! Dokter Kaia!"

Kaia menyelesaikan menggosok gigi dan mencuci wajahnya, kemudian meraih kaos dan celana jinsnya, lalu mengenakannya. Dia tak lupa meraih jas dokternya yang tergantung di dekat pintu kamarnya.

Sambil menggulung rambutnya ke atas, dia membuka pintu dan menemukan dua orang yang berdiri di depan pintu dengan wajah cemas, dan seorang anak yang ada di gendongan mereka.

"Dokter Kaia, tolong putra kami."

Kaia mempersilakan mereka, membenarkan ranjang periksa sambil meraih stetoskopnya, lalu meminta anak itu dibaringkan. Anak itu menggigil, dengan suhu tubuh yang tinggi. Dengan cekatan Kaia memeriksanya, mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, mulut, mata dan detak jantungnya.

"Dia hanya demam," kata Kaia. "Istirahat selama beberapa hari, akan segera pulih."

"Apakah tidak apa-apa? Tubuhnya sangat panas." Orang tua anak itu masih cemas, menatap Kaia dengan pandangan memohon.

Kaia tersenyum, kemudian mengangguk. "Tidak apa-apa, tidak perlu rawat inap. Saya akan memberinya obat penurun panas."

"Terima kasih, dokter!"

Kaia memberinya obat penurun panas, dan membiarkan anak itu untuk beristirahat sementara di kliniknya ditemani oleh kedua orang tuanya. Kemudian dia keluar dan membalikkan tanda 'tutup' ke 'buka' yang ada di depan pintu. Pandangannya mengedar ke jalanan di depannya yang cukup aktif dan ramai, dengan beberapa warga yang menyapanya ketika mereka melintas.

"Dokter Kaia!" Anak-anak berlarian, menghampiri Kaia dengan senyum riang mereka.

Kaia mengeluarkan beberapa butir permen dari saku jas dokternya, kemudian membagi anak-anak satu persatu.

"Dokter Kaia sangat cantik!" Seorang anak berkata dengan wajah tersipu.

Kaia membulatkan matanya sejenak, kemudian tertawa sambil mengedipkan sebelah matanya. Kontan saja sikapnya itu membuat para pria yang melintas sampai terpesona, dan ada beberapa yang bertabrakan karena terus menatapnya.

Dia berdiri di bawah sinar matahari pagi, dengan cahaya keemasannya menyinari kulit eksotisnya, serta membuat rambut hitamnya berkilauan.

"Kalian kembalilah! Jangan berkeliaran, dan ingat untuk pergi ke sekolah." Kaia mengusir anak-anak itu agar pergi ke sekolah.

Dia kembali ke dalam kliniknya, yang tidak terlalu besar dan berdiri di dekat jalanan utama yang cukup aktif digunakan. Kliniknya terletak tidak begitu jauh dari laut, hingga dia bisa melihat laut ketika naik ke atap kliniknya untuk sekedar menikmati senja.

"Dokter! Tolong nenek kami." Pasien lainnya datang dengan seorang nenek yang digendong oleh cucu laki-lakinya.

Kaia segera membantunya dan membawanya ke dalam klinik, dan dengan begitu Kaia pun segera menjadi sibuk sebagai seorang dokter di sebuah klinik kecil yang terletak di sebuah kota kecil di pulau Nyxochis––salah satu pulau kecil di Yunani yang terletak diantara pulau-pulau lainnya di lautan mediterania.


🐪🐪🐪


"Terima kasih, dokter Kaia."

"Ya, sama-sama. Hati-hati di jalan." Kaia melambaikan tangannya dengan senyum manis dan ramah, pada seorang wanita tua yang duduk di kursi roda dan didorong oleh cucunya. Dia mengantar mereka sampai ke pintu klinik, masih mempertahankan senyumannya dengan sebelah tangan melambai.

Jalanan di depan kliniknya masih ramai oleh lalu-lalang warga setempat. Ada yang baru saja tiba melaut, ada yang membawa ikan segar, dan ada juga yang membawa dagangan-dagangan lainnya. Banyak diantara mereka akan pergi ke pulau-pulau lainnya untuk berdagang.

Seorang pemuda nelayan bertubuh tinggi dan gagah muncul di hadapan Kaia, dengan keranjang berisi hasil laut. "Dokter Kaia," sapanya.

"Hai," balas Kaia.

Tiba-tiba pemuda itu memberikan keranjangnya pada Kaia yang segera diterima. "Mau mampir ke bar di ujung jalan malam ini?"

Kaia menunjuk pasien di dalam. "Aku punya pasien."

Pemuda itu terlihat agak kecewa. "Ah, sayang sekali. Dokter, apa kau memiliki kekasih?"

"Itu bukan pertanyaan untuk seorang dokter." Kaia menjawab dengan jujur.

Pemuda itu menghela napas pelan, kemudian berjalan dengan gontai. Dia berbalik lagi sambil melambaikan tangan. "Katakan jika kau ingin mampir ke bar di ujung jalan sana!"

Kaia hanya balas melambaikan tangan sambil mengusirnya. Sambil menatap keranjang di tangannya, dia segera masuk kembali ke kliniknya, dan lurus ke bagian belakang yang digunakan untuk tempat tinggalnya.

Kaia Laxos hidup seorang diri, tanpa ada orang tua atau kerabat bersamanya. Dia hidup di pulau Nyxochis sejak dia mengingat dirinya. Dia berasal dari sebuah panti asuhan di pulau ini, yang mengalami kebakaran beberapa tahun lalu. Kemudian dia pergi ke pulau-pulau lain untuk bertahan hidup, sampai akhirnya dia berhasil menjadi seorang dokter di usianya yang ke-25 tahun.

Setelah menempuh pendidikan kedokteran selama beberapa tahun, dia lulus menjadi dokter umum, bekerja di rumah sakit di kota Athena, sebelum dia akhirnya memutuskan untuk kembali ke pulau Nyxochis dan membangun kliniknya sendiri setelah mendapatkan izin praktek. Bagaimana pun, di pulau dan kota kecil ini tidak ada dokter dan warga benar-benar bergantung pada pulau lain jika ingin menemukan dokter.

Dengan kehadiran Kaia sebagai dokter dan membuka klinik, warga pulau sangat terbantu. Saat ini, Kaia sudah dua tahun menjadi dokter di pulau itu.



🐪🐪🐪


Aku berharap kalian akan suka dengan ceritanyaaaa...

Jangan lupa vote dan komen, apakah mau dilanjut?

Emir Want to Marry Me (21+)Where stories live. Discover now