Dengan dilindungi oleh ucapan "Orang pinter harus bagi bagi ilmu biar bermanfaat ilmunya,"

Tapi bagi bagi apanya jika mereka hanya mencontek dan tetap tidak mengerti apa yang mereka tulis?

<<<>>>

Sesampainya waktu istirahat, tentu saja murid murid akan berhamburan keluar kelas menuju tempat kesayangan mereka dari dalam gedung sekolah DHARMA BAKTI NUSANTARA. Yap, kantin.

"Meski pinter kalau gampang di manfaatin ya sama aja bodoh, hahaha"

"Iya, kok mau mau aja jawabannya di ambil,"

"Haduh goblok ketutupan peringkat satu dia mah,"

"Wah bener juga, hahaha!"

Meja yang ditempati oleh siswi 11 MIPA 2 seperti biasa menggosipkan hal hal yang tidak penting. Untungnya Anin tidak selalu pergi ke kantin dan bergabung dengan 'lingkaran toxic' itu.

Yah, topik mereka hanya selalu membicarakan keburukan orang setelah memanfaatkan nya.

Di sisi lain, Anin tengah duduk di kursi penonton yang ada di pinggir lapangan basket. Ia ditemani dengan sebotol air minum yang ia beli tadi di lemari pendingin.

Ia tau jika tak ada gunanya bergabung dengan mereka mereka yang hanya tau membicarakan keburukan orang. Jadi ia pergi kesini, selalu.

Tapi, ia tanpa alasan pergi kemari.

"Triple point bro!!"

"Bhara ga pernah mengecewakan ya ga sih!"

"Good game anjayy!!"

Lelaki yang di panggil Bhara itu tersenyum kemenangan, ia diserbu teman setim nya untuk berpelukan. Meski ini hanya pertandingan biasa untuk mengisi waktu istirahat, ini cukup memuaskan siswa siswi lain yang menonton.

Resbhara Gentara, nama lengkap lelaki tersebut.
Seorang ketua tim basket dan senior dalam ekskul basket di sekolah. Bhara tak asal terkenal begitu saja karena hebat dalam basket, ia juga memiliki wajah yang tampan bak orang Turki, tubuhnya yang atletis dan tinggi tubuhnya yang hampir mencapai 190 cm.

Memiliki alis yang tebal, mata elang namun juga dapat melelehkan hati para siswi. Termasuk hati Anin. Keluarga nya pun dari keluarga yang terpandang.

Anin tersenyum tipis saat melihat kemenangan yang lagi lagi diraih oleh Bhara, lelaki yang satu kelas dengannya ini, mungkin jika dihitung, ia sudah setahun menyukai Bhara.

Berhamburan para siswi langsung turun ke lapangan dan berlomba lomba ingin memberikan air minum pada Bhara, sedangkan Anin ia hanya mengamati dari jauh. Ia hanya cukup menonton Bhara dengan ditemani air minum yang ia beli.

Untuk Bhara.

Tetapi tak pernah ia berikan pada lelaki itu.

Anin hanya meletakkan nya di tempat nya duduk lalu melenggang pergi dari sana dengan harapan Bhara akan mengambil air minum tersebut.

Walau ia tau itu mustahil.

Hanya dengan menonton Bhara seperti ini, ia sudah cukup.

"Eh Anin!"

Langkah kaki Anin terhenti, ia menoleh kebalakang dan melihat Bhara menghampirinya dengan tubuh penuh keringatnya itu.

"Apa?" mati matian, Anin menjaga image nya dihadapan Bhara.

"Air di tempat lo duduk tadi itu punya lo? Gue boleh minta ga?" ujar Bhara dengan sebuah senyuman terukir di wajahnya.

"B-boleh, ta-tapi kenapa harus punya gue?"

"Ya...gapapa aja, udah ya gue mau ambil air nya, makasih," Bhara bergegas mengambil air milik Anin tadi kemudian kembali pada gerombolan lelaki yang satu tim tadi dengannya saat bermain basket.

Anin tak menyangka jika harapannya selama ini terkabul sekarang. Tapi sepertinya ia harus pergi dulu, karena para fans Bhara menatap nya dengan penuh iri dengki dan cemburu.

"Eh, itu bukannya anak sekelas sama Bhara?"

"Iya, itu yang katanya pinter ga ketolongan,"

"Pinter apa nya anjir, malah centil yang gue liat,"

"Cupu cupu centil,"

Samar samar, pendengaran Anin menangkap omongan para fans Bhara, ia menghela nafas panjang. Hatinya mencoba menerima semua perkataan itu walau terdapat rasa kesal yang tak tertahankan. Tapi, udah biasa juga.

****

Sementara Bhara, ia bersama teman se-tim nya tadi masih berbincang ria di lapangan setelah pertandingan tadi dengan kakak kelas.

Salah satu teman Bhara, mendapati botol air minum yang telah habis di genggam oleh Bhara. Kemudian menggelengkan kepalanya, ia tau betul sifat playboy berkedok softboy dari Bhara.

"Suka banget lo kasi harapan palsu ke anak orang," ujarnya.

"Yaelah, lagian suruh siapa juga dia beli air buat gue?" tanggap Bhara.

"Kepedean banget lo, sapa tau itu buat gue,"

"Lo yang kepedean, najis!"

.

.

.

Soo, gimana pendapat kalian tentang chap 1 ini? Aku sengaja ga bikin prolog karena yaa, bingung aja gess😭😭

Jangan lupa ditungguu ya senggg, anjaii ditungguu, wkwkwk

Loveee you all🤍
see you, babaii😋🌷🌷

Bermuara Dalam LukaOnde histórias criam vida. Descubra agora