13. MIMPI DAN JUGA HARAPAN GISA

434 46 120
                                    

Gadis dengan rambut dikepang dua itu mengambil celengan berbentuk ayam di dalam lemarinya, ia kemudian duduk di atas kasur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gadis dengan rambut dikepang dua itu mengambil celengan berbentuk ayam di dalam lemarinya, ia kemudian duduk di atas kasur. Gisa menggoyangkan celengan tersebut lalu mengintipnya. Setelah itu Gisa memasukan uang senilai sepuluh ribu rupiah pada celengan tersebut.

Ia mengoyangkan lagi celengan itu yang lumayan agak berat karena isinya. Kira-kira sudah ada 5 bulan Gisa menabung dicelengan itu, setiap harinya ia selalu memasukan uang berapa pun pada celengannya. Uangnya ia dapatkan dari hasil jualan cendol yang dikasih oleh kakeknya dan juga hasil jualan kue keliling.

Gisa tersenyum tipis, memeluk celengannya. "Alhamdulilah udah mau penuh, uang ini nantinya untuk biaya Gisa bisa sekolah lagi. Semoga aja cukup ya Allah walaupun emang biaya sekolah itu mahal banget, tapi Gisa nggak akan menyerah buat nabung terus." Mata Gisa berkaca-kaca. "Semoga aja bisa ya Allah, aamiin."

Mimpi Gisa cuma sederhana, ia ingin bisa merasakan masa-masa putih abu-abu. Namun, apakah Gisa bisa mencapai mimpinya itu? Gisa juga tidak tahu ia akan bisa mencapainya atau tidak. Gisa akan berusaha sekeras mungkin untuk bisa mencapai mimpinya itu walaupun banyak rintangan yang harus ia lewati. Gisa tidak akan menyerah begitu saja untuk bisa belajar kembali.

Gisa hanya ingin bisa melanjutkan sekolah lagi. Saking inginnya Gisa bisa sekolah lagi ia bahkan rela menabung untuk biaya sekolahnya. Bahkan, kakeknya sendiri tidak mengetahui kalau cucunya sering menabung dicelengan tersebut.

Berdiri dari posisi duduknya Gisa berjalan ke arah lemari di kamarnya, ia memasukan kembali celengan itu ke dalam lemarinya.

Sesudah selesai, Gisa menutup kembali lemarinya. Ia berjalan ke arah kasur untuk membaringkan tubuhnya di sana. Gisa menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 20.30 wib.

Tiba-tiba Gisa merasakan pening di kepalanya. Ia bangun dan menjambak rambutnya dengan kasar. "S-sakit ya Allah," lirihnya.

Gisa terkejut karena di atas sprei ada bercak darah yang menetes entah dari mana. Ia memegang darah yang ada di sprei tersebut, darah itu semakin banyak menetes. Gisa lalu memegang hidungnya dan ternyata darah itu berasal dari hidungnya.

"Da-darah la-lagi," gumamnya dengan tangan bergetar.

Bersamaan dengan kepalanya yang sakit cairan berwarna merah itu juga keluar dari hidungnya.

Cepat-cepat Gisa mengelap darah itu menggunakan tangannya, tetapi darah itu semakin banyak mengalir hingga akhirnya Gisa berdiri----berjalan menuju nakas untuk mengambil sapu tangannya. Namun, Gisa tumbang ke lantai karena ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Tubuhnya tiba-tiba melemas, kepalanya semakin sakit seperti dihantam batu besar, darah segar masih mengalir dari pernapasannya. Gadis itu pun mengeluarkan air matanya menahan rasa sakitnya karena sudah tidak kuat dengan rasa sakit ini. Lalu Gisa mengesot ke dekat tembok, menyandarkan punggungnya di sana.

"Kenapa sama aku ya Allah? Akhir-akhir ini aku sering banget pusing dan mimisan," gumamnya sembari memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Ya, memang benar, akhir-akhir ini Gisa sering sakit kepala apalagi kalau di malam hari rasa sakit di kepalanya semakin sakit membuat Gisa tidak kuat menahannya dan juga ia sering mimisan. Ia juga menyembunyikan rasa sakitnya ini dari kakek Badran. Gisa tidak mau kakek Badran khawatir padanya.

NAGISA DAN TAKDIRNYAWhere stories live. Discover now