"...."

"Gua tunggu!."

tut.

"Siapa?."

"David yang lo ceritain itu teman gua, dia memang suka ngehacker dari SMP sampai sekarang."

[Bagi yang lupa baca ch 3]

.
.
.
.

David sampai di kediaman Darren, ia mengeluarkan laptop dari tasnya.

"Dia bawa handphonenya gak?." tanya David yang masih fokus pada laptop nya, Darren bergegas ke kamar mencari handphone Gabriel, dan ternyata handphone Gabriel ditinggalkan.

"Handphonenya ditinggal." Mereka yang berada di sana tampak berfikir sampai,

"Jam tangan!, iya! Gabriel dia pake jam tangan yang bisa diakses layaknya kayak handphone." David kembali ke laptop nya, fokus, fokus dan fokus sampai matanya tak berpaling dari laptop.

"KETEMU!." Mereka semua merasa sedikit lega, Darren meminta agar David mengirimkan alamat yang ia dapatkan.

"A-ampun! ampun!!."

bugh
bugh

"Lo apain Gabriel! hah!?, berani-beraninya lo nyentuh milik gua!!."

bugh

"Ren! Ren! berhenti!." Darren tak mendengarkan Gabriel ia masih memukul pria itu, Rion.

"STOPP!!." Teriak Gabriel, Darren pun berhenti memukul Rion dan memeluk Gabirel. Terlihat Rion sudah babak-belur dengan nafas Darren terengah-engah.

Faisal yang ikut Darren dan Afgan membawa Rion kekantor polisi. Di kantor polisi Rion menjelaskan kejadian nya secara detail, Darren, Gabirel, Saka dan Afgan dibuat terkejut mendengar yang menyuruh Rion menculik Saka dan Gabriel adalah Sabrina.

'Perempuan sialan!' Darren menahan emosi nya dengan meremas tangan kirinya, Gabriel melihat itu mengusap pelan tangan kanan Darren hingga Darren tenang.

Mereka pulang dengan selamat, untuk Rion ia masuk penjara akibat ulahnya sendiri,

"Sekarang rencana nya kita apain tuh nenek lampir?." Tanya Afgan.

"Kita bunuh aja!." ujar Saka yang mendapatkan pelototan dari Gabriel dan Afgan.

"Sumpah ya, gua geram banget sama tuh nenek lampir! asal lo pada tau ya gue disiksa sama tuh orang, dicambuk sama gak dikasih makan."

"Kalo lagi marah lucu ya." gumam Afgan.

"EH! gak salah dengar gue!? demi apa! lo berdua pacaran!."

"Apaan dah! gak lucu ya! dan gue gak pacaran ya sama Afgan!." Wajah Saka memerah rona.

"Merah tuh muka!." Saka hendak menjawab..

"Stttt, udah mendingan kalian berdua tidur, udah malam." Ucap Darren, Gabriel menyandarkan kepalanya ke bahu Darren, sementara Saka ia menyandarkan kepalanya ke pintu mobil.

"Enak tuh nyandar dibahu Sak."

"Bacot!."

"Gue seriusan."

"Ba-Cottt!."

"Udah-udah tidur." Darren

.
.
.
.

"ANAK KU!! Gabriel.... hikss jangan tinggalin mamah hikss... mamah khawatir kamu kenapa-kenapa." Vina memeluk tubuh Gabirel dengan erat.

"Ini satu!, jangan bikin Tante khawatir.. ya!?." Saka mengangguk lalu Vina menarik Saka kedalam pelukannya, Sina ikut dalam pelukan itu.

"Sekarang kita pulang, biarin Gabriel istirahat."

"Yah! mamah mau jagain Gabriel.."

"Kan udah ada Darren mah."

"Iya mah, kan ada Darren yang jagain aku. Mamah pulang ya, istirahat. Besok kan bisa mamah kesini jagain aku."

"Ya udah mamah pulang, jaga diri baik-baik ya." Mereka semua pun pulang kerumahnya masing-masing, walaupun masih ada rasa takut dihati mereka.

.
.
.
.

"Jangan ngeyel! kamu tidur di rumah aku."

"Iya-iya! bawel ah!."

Afgan memaksa untuk Saka tidur dirumahnya, ia tidak mau kejadian beberapa hari lalu terulang kembali, kejadian itu hampir membuat nya gila dan takut kehilangan Saka.

Afgan dan Saka sampai dirumah, "bersihin badan dulu sana. Atau mau sama-sama. hM."

"GAK-GAK!! Gue dulu, awas!." Saka berjalan dengan cepat kekamar mandi.

"Gua harap lo gak akan ninggalin gua lagi sak, waktu gua tau lo hilang dunia seakan berhenti di gua, hati gua sakit, sakit banget. Rasa takut kehilangan lo terus berenang dibenak gua, tapi sekarang lo ada dihadapan gua dan gua janji gak akan pernah pergi jauh dari lo."

Rasa nya sangat bahagia, Afgan terus saja menatap kearah pintu kamar mandi, rasanya tidak ingin memalingkan wajahnya kearah lain.

Ceklek

"Sekarang giliran lo mandi." Afgan berjalan menuju Saka dan,

Cup!.

Afgan mencium kening Saka lalu dengan cepat masuk ke kamar mandi sementara Saka, dirinya seketika mematung atas perlakuan Afgan kepadanya.

'Panas.' Saka memegang wajahnya yang terasa panas.

Afgan dan Saka sekarang berada diatas kasur dengan Saka yang memaksa kan dirinya untuk tidur sementara Afgan dirinya sudah terlelap tidur.

Saka terus menerus mengganti posisi tidurnya sampai dirinya tak tahu jika gerakan yang dirinya lakukan membuat Afgan terbangun.

"Kamu kenapa? gak bisa tidur?."

"Eh! itu, iya~."

"Mau peluk?."

"GAK!." Saka langsung mengubah posisi tidurnya membelakangi Afgan sementara Afgan terkekeh kecil.

Saka yang masih memaksakan diri untuk tidur dikejutkan oleh tangan Afgan yang perlahan memeluk dirinya dari belakang, Saka tidak memberontak karena memang dirinya ingin dipeluk, hanya saja tadi dirinya merasa malu.

tak lama Saka dan Afgan tertidur pulas dengan Saka yang berada dalam pelukan Afgan.

Sama halnya dengan Gabriel dan Darren, dengan Gabriel berada dalam pelukan Darren.




































TBC....

VOTE! WOYY DAN FOLLOW

gak jadi deh gue up nya tunggu lebaran, kelamaan.

Papaiii💞

Headmaster [BL]Where stories live. Discover now