1O-lyrics and pictures 2: gorgeous

6 3 0
                                    

Amera telah menerima kenyataan bahwa ia jatuh cinta pada Alan. Setiap debaran acap kali terbesit tentangnya di pikiran, setiap senyuman tatkala terkenang senyumannya, setiap rindu ketika tidak bisa bertemu rupanya adalah apa yang mereka sebut 'jatuh cinta'. Sesuatu yang kali pertama Amera alami dan pada Alan-lah hatinya memutuskan untuk jatuh. Tapi, masalahnya, apakah Alan memiliki perasaan yang sama dengan Amera?

Mereka baru dua kali bertemu; pertama saat di orkestra kedua ketika Alan secara tidak terduga datang ke rumah. Ternyata tujuan Alan menemui Bayu ialah untuk mengambil hasil foto miliknya. Agak aneh memang, mengapa bukan Bayu yang mengantarnya ke rumah Alan? Namun, ya, sudah. Sisi bagusnya Amera bisa melihat Alan lagi.

"Kapan gue bisa ketemu dia lagi, ya?" ucap Amera memandang layar laptopnya yang menampilkan akun instagram milik Alan yang sudah ia kunjungi ke-puluhan kalinya hari ini.

Dari akun instagram Alan, Amera dapat mengumpulkan banyak informasi. Di mana sekolahnya, hingga orang tuanya Alan yang ternyata bukan orang sembarangan. Ayahnya seorang profesor di universitas negeri ternama sementara ibunya seorang pengacara kondang yang beberapa kali pernah muncul di televisi. Melihat latar belakang keluarganya saja membuat Amera minder, terlalu jauh jarak di antara mereka.

"Woi, lo besok sibuk kagak?"

"Ketok dulu, Bang!" omel Amera melihat Bayu sudah bersandar di daun pintu. "Kagak. Kenapa emang?" tanya Amera ketus.

"Bantuin gua, Yok." Kini Bayu melangkah masuk, bersandar di meja belajar Amera sambil melihat-lihat apa saja yang tertata di atas sana.

"Ngapain? Males, ah."

"Ayolah jadi panitia pameran fotografi anak didiknya temen gue. Sesekali ikut kepanitiaan kecil-kecilan." Bayu mengambil sebuah figur aksi salah satu karakter anime favorit Amera: Haruno Sakura. Ia mengangkatnya, memperhatikannya dengan jeli.

"Apa untungnya buat gue? Udah, sono, ah. Gue mau kerjain tugas!" usir Amera. Ia beralih ke laptopnya.

"Lo serius gak mau? Kalo gue, sih, nyesel banget nolak. Padahal bayarannya lumayan bisa kebeli action figure Sasuke." Bayu meletakkan figur aksi Sakura ke tempatnya semula. "Bukannya lo pengen beli itu dari lama, ya? Biar mereka sepasang," timpal Bayu.

Jari Amera berhenti mengklik tetikus. Ia memandang Bayu seolah berkata, "Yang bener?"

Bayu menyadari ekspresi adik perempuannya itu. Ia hanya perlu menambahkan satu kalimat pamungkas dan hasutannya akan berhasil. "Ya, gak apa-apa, sih. Lo emang gak butuh duit, ya. Gue ajak Zea aja kali," ujarnya seraya berjalan keluar kamar Amera.

"Tunggu!" panggil Amera akhirnya termakan umpan Bayu. "Ya, udah. Gue ikut. Kapan?"

Bayu tertawa kecil. Ia berbalik badan, memasang wajah senyum penuh kemenangan. "Minggu jam 6 pagi kita berangkat."

[][][]

'Anak didik' teman Bayu rupanya bukanlah anak-anak seperti yang dibayangkan Amera ketika kali pertama mendengarnya. Foto-foto yang dipamerkan di sini adalah hasil jepretan ibu-ibu rumah tangga. Melihat dari tempat diadakannya pameran ini, di bagian otudoor sebuah restoran keluarga yang mewah di tengah ibukota, Amera tahu 'anak didik' ini bukanlah ibu-ibu rumah tangga biasa. Mereka ibu-ibu sosialita yang pasti sudah bingung ingin dipakai apa uangnya.

Awalnya Amera skeptis dengan ucapan Bayu tentang bayaran pekerjaan yang katanya bisa sampai membeli figur aksi anime, namun melihat siapa penyelenggara dan fotografer ini, Amera tidak meragukannya lagi. Jobdesk Amera sebenarnya tidak terlalu banyak selain membantu memajang foto, dekorasi, dan penjaga tiket. Hasil dari pameran ini katanya akan disumbangkan ke panti asuhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Buana; Buku & BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang