Hazel mendengar suara geraman rendah serta umpatan keluar dari bilah bibir Benjamin. Hazel gigit bibir bawahnya yang bengkak untuk tahan desahannya keluar.

"You're so tight, Doll. So tight for me," Hazel mengulum senyumnya, meletakkan dua tangannya diatas perut Benjamin yang terdapat otot-otot kotak yang berbentuk.

Yang lebih kecil kemudian mulai memompa dirinya, buat geraman dan desahan kembali penuhi kamar besar milik Benjamin yang didominasi oleh warna-warna gelap.

Dering ponsel membuat Hazel melambatkan temponya, ia dapat dengar decakan kesal dari pria yang kini meraih ponselnya yang terletak di atas meja disebelah ranjang.

"Keep going."

Hazel anggukkan kepalanya, bawa satu tangannya untuk membekap mulut agar tidak ada satupun desahan yang lolos, dan kembali menggerakkan tubuhnya.

"Yes, Sir?" Hazel tersadar bahwa yang kini menghubungi pria yang ia tunggangi adalah ayah dari pria tersebut.

Hazel dapat melihat Benjamin menggeram rendah, kemudian menatapnya dengan mata yang dikabuti oleh nafsu, dan sedetik kemudian keningnya mengkerut.

"I'll be there with Kyle in 30 minutes," ucap Benjamin sambil putuskan sambungan teleponnya.

"Sorry, gue dipanggil sama bokap. Let's make this quick," ucap Benjamin yang dibalas anggukan saja oleh Hazel.

Yang lebih kecil kini memekik kala tubuhnya dibawa untuk berbaring dan kaki jenjangnya ditarik untuk melingkar  sedangkan kini ia berada didekapan yang lebih besar.

Hazel hanya dapat mendesah kala kini tempo permainan mereka menjadi cepat. Benjamin tatap wajah Hazel yang kini basah oleh air mata dan keringatnya, satu telapak tangannya yqng sebelumnya meremat pinggangnya bawa untuk menangkup pipi pria kecil itu dan memagut ranum tebalnya yang memerah.

Lenguhan Hazel telan kala Benjamin melilit lidahnya, membawanya ke ciuman yang berantakan. Hazel dongakkan kepalanya, beri akses saat kini Benjamin bawa ranumnya mengecup leher jenjang Hazel yang sudah penuh oleh beberapa kissmark.

"Look at me," Hazel merendahkan kepalanya, tatap Benjamin dengan manik birunya yang sayu dan nafas yang terengah-engah.

"Fuck, you are so pretty," Hazel kembali mendongak kala Benjamin gigit dan sesap lehernya, tidak beri celah kosong sedikit pun dan terus lukis warna merah dilehernya.

Pelepasannya tiba terlebih dahulu sebelum kemudian ia membelalakkan maniknya kala rasanya milik Benjamin membesar dibawah sana.

"Ungh"

Hazel mencengkram erat lengan kekar yang melingkari tubuhnya, memekik kala rasakan hangat pelepasan Benjamin yang luruh dibagian bawahnya. Tangannya beralih untuk mengusap kepala bersurai hitam yang kini terkulai di bahunya.

Tubuhnya yang diangkat membuat Hazel mengalungkan lengan dileher dan kaki jenjangnya dipinggang Benjamin. Dirinya dibawa menuju kamar mandi dan didudukkan diatas closet yang tertutup. Matanya terpejam, biarkan kini tubuhnya dibersihkan oleh pelaku yang sudah mengotorinya.

Setelah selesai, Benjamin melilitkan handuk di tubuhnya dan tubuh Hazel, lalu kembali angkat tubuh yang lebih kecil dan baringkan diatas ranjang sembari ia mengenakan pakaian formalnya.

Hazel membuka matanya yang terasa berat perlahan, melihat Benjamin kini mengancingkan kemejanya dengan sembari berbicara dengan seseorang melalui sambungan teleponnya.

Benjamin berjalan menuju Hazel yang terbaring diranjang, menyibak surainya yang basah dan mengecup kening pria itu sekilas.

"I already told my maid to take care of you. Gue pergi dulu, ya?"

"Wait for me. Gue bakal cepet baliknya, can you do it?"

Hazel menganggukkan kepalanya, lalu kembali menerima kecupan di keningnya sebelum kemudian Benjamin berjalan keluar dari kamar sambil memainkan ponselnya, meninggalkan Hazel yang kini melirik ponselnya yang berbunyi, menandakan ada notifikasi yang baru masuk.

Hazel raih ponselnya, tersenyum miris kala membaca notifikasi bahwa baru saja Benjamin mentransfer uang ke rekeningnya. Hazel lempar ponselnya, tak peduli jika benda tersebut akan pecah.

Tidak ada yang salah disini. Mereka berdua sepakat jalani hubungan yang seperti bermain api ini dengan janji tanpa libatkan perasaan apapun. Lantas kenapa ia malah terlebih dahulu ingkari janji dan biarkan dirinya jatuh kedalam lubang besar yang tenggelamkan dirinya.

Si pemilik manik biru itu tertawa miris lalu tenggelam tubuhkan kedalam selimut tebal, biarkan tubuh telanjangnya tertutupi oleh kain tebal dan lindungi tubuhnya yang terukir banyak karya cipta Benjamin. Lagipula ia juga kan yang memulai ini semua?

tbc.

AAAAAAAA (teriak besar), tremor dikit karena ini kayaknya kedua kali aku nulis scene hs, yang pertama di cherie😔

jadi gimana guys prolognya? siap buat ngikutin kisahnya hazel sama ben ga?

sorry aku udah gatel banget buat up jadi yasudah aku up aja deh😿

terimakasih yang sudah baca dan vote💓💓

Powerless | SungjakeWhere stories live. Discover now