"Wahhh kamu benar-benar berubah ya Ruby, masih cantik seperti dulu"
Thea, gadis itu merotasikan matanya dengan malas. Suara yang dihalus-haluskan seperti buaya birahi.
"Harus diakui, bahkan Civi kalah cantik dari Ruby" sahut Fernan dengan takjub.
Gadis itu sontak melototkan matanya pada pemuda yang masih takjub dengan wajah unreal Ruby.
"Sialan" desis Civi.
"Ehemm... Ruby, lo kesini mau nyemangatin gue ya? Gue lomba tadi, gue gk nyangka lo masih cinta sama gue"
"SAM!!"
"Cih" decih Thea muak.
"Gue? Datang kesini nyemangatin lo? Lo berharap gitu, tapi kenyataannya gue kesini mau lihat kekalahan lo" sinis Ruby.
"Dan ternyata gk sia-sia gue kesini, lo kalah gue seneng" lanjut Ruby.
Samuel menggertakkan giginya dengan penuh emosi. Sam menarik tangan Ruby dengan emosi, ia tertegun. Kenapa gadis ini semakin dilihat semakin mempesona.
"Ruby, aku minta maaf jika dulu aku ada salah. Aku benar-benar menyesal karena telah mempermainkan mu" ucap pemuda itu.
"SAMUEL APA MAKSUD MU!!"
"Ck, aku hanya ingin minta maaf dengan Ruby"
"Wahh gk nyangka cowok brengsek kek lo bisa minta maaf. Rasanya percuma dulu gue ngemis-ngemis sama lo"
"Tapi as you know Samuel, lo gk akan pernah gue maafin. Gue kesini cuma mau lihat temen sekelas gue dulu tanding. Bukan lihat wajah buluk lo" kesal Ruby.
"Dan ini hadiah khusus buat lo semua"
Ruby menyebarkan banyak photo begitupun Thea. Photo yang berisi wanita tanpa busana yang sedang berpose seksi dan ada juga yang sedang melakukan hal-hal senonoh.
Semua orang yang melihat photo tersebut terkejut tak terkecuali Samudra. Melihat photo telanjang kekasih nya yang tersebar apalagi saat melihat kekasihnya sedang bersetubuh dengan seorang pria yang berbeda-beda.
Mereka semua memandang jijik pada wanita yang menggenggam sebuah photo dengan gemetar.
Ruby tak peduli dengan hal itu, ia berbalik meninggalkan mereka yang jijik dengan wanita itu, Civi. Ternyata wanita itu sangat murahan.
Thea mengikuti Ruby di belakang. Meskipun terbilang balas dendam yang ringan tapi, jika itu yang sahabatnya inginkan apapun itu, akan ia usahakan.
Kedua gadis itu, menghela nafas lega. Mereka berjalan dengan saling terkikik. Melihat raut wajah mereka masing-masing.
"Beuhh... Lega sih meskipun kurang"
Thea tersenyum melihat wajah puas Ruby. Mereka naik ke dalam mobil dan melajukannya.
"Setelah ini kita kembali?"
"Ummm... Iya ayo kembali"
----------'----------'''-------------
"Vino? Nanti kami main kerumah lo ya?"
"Gk! Gue tau lo kerumah gue cuma mau lihat kakak gue" kesal Vino. Pasalnya dari tadi pemuda itu tidak bisa tenang memakan baksonya karena gangguan dari teman sebelahnya.
Fadhil sangat kekeh ingin main ke tempat Vino dan Vino lebih kekeh lagi untuk menolak permintaan Fadhil.
Jika mereka semua ke rumahnya, maka ia gk bisa menghabiskan waktu berdua dengan kakak nya. Dan lagi, kakaknya kan sedang pergi ke jakarta. Mungkin nanti malam baru pulang.
Ia tebak kakaknya pasti membolos. Sama seperti dirinya, hanya saja kakaknya terlalu jauh membolos nya.
"Kakak lo cantik banget gila, udah punya pacar belum?"
"Blom" jawab Vino dingin.
"Wihh...---
"Percuma, bukan lo tipe nya"
"Pftt... Hahahhaha"
"Si Vino langsung nge jleb kalau ngomong"
"Turut berduka cita atas ke burikan lo han hahaha"
"Ehh gue baru ingat, kakak lo dekat sama mereka. Lo udah kasih tau belum?"
"Udah kok, kata mata-mata gue. Kakak gue juga udah mulai menjauh semenjak datangnya kak Thea"
"Duduknya? Atau interaksi nya?"
"Duduknya sih"
"Bahaya, mereka mafia ilegal yang lagi nyusun rencana buat bangkit. Lo harus bisa buat mereka jauh" ujar Regan.
"Alangkah baiknya kalau dari awal kak Ruby gk kenal sama mereka. Tapi mau dilihat gimana pun, pesona kak Ruby gk bisa redup" sahut Adnan.
"Gue setuju, gue kalau di sebelah kak Ruby langsung minder pasti" kata Fadhil.
"Iyalah lo minder, kalau kalian jatuhnya jadi kek beauty and the beast. Lo si buruk rupanya" sahut Rehan
"Pftt.."
Mereka kompak tertawa melihat wajah masam Fadhil. Pemuda itu berdecak kesal melihat wajah-wajah temennya yang sangat bahagia bisa mengejek nya.
Ia bangkit dengan kesal sembari bergumam kesal ia keluar dari kantin.
"Marah si Fadhil"
"Hahaha... Paling bentar lagi juga balek dia" sahut Rehan yang diangguki Gibran dan Adnan.
Vino membuka handphone nya yang bergetar. Telpon dari kakak tersayang nya.
"Halo kak"
"Iya, Vivin lagi di sekolah"
"Iya, nanti Vivin langsung pulang"
"Vivin nitip brownies kukus sama yang lumer"
"Minumnya terserah sama kak byby, oke bye hati-hati dijalan"
Vino langsung meletakkan kembali handphone nya, dengan wajah riang ia tersenyum dengan lebar.
"Kak Ruby telpon?" Tanya Regan.
"Iya, mau balek dia dari Jakarta"
"Jauhnya, ngapain disana?" Tanya Regan lagi.
"Nyelesaiin urusan, tapi tadi udah selesai makanya langsung balek"
Regan mengangguk mengerti, urusan sama mantan keluarga angkatnya paling. Pikir Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...
~~~💎💎💎~~~
Mulai dari awal
