Chapter 1 : Blok 4-5

2 0 0
                                    

Dunia ini tidak adil.

Dunia ini adalah sebuah sistem yang telah begitu lama digunakan dan sudah rusak.

Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh One, gadis yang sedang berdiri di samping jendela kaca besar yang pecah, kacanya berserakan di lantai sekitarnya. Keberadaannya bagaikan titik kecil diantara puing puing reruntuhan di sekitarnya, berserakan dan penuh dengan tanda tanda kehancuran. Beton beton dengan kawat baja yang keluar dari dalamnya terlihat menjadi bagian dari bangunan bangunan rusak, yang malah mungkin lebih mirip dengan dedaunan kering yang digerogoti ulat. Sudah menjadi kebiasaannya untuk merenung sendirian di tempat tempat yang baginya sedikit menenangkan hati.

Jalanan aspal di bawahnya retak retak dan berlubang, rongsokan mobil dan kendaraan yang bertabrakan menjadi pemandangan biasa di kota yang dulunya bernama FreL.

Mata gadis itu menatap jauh ke kejauhan, seakan dapat melahap semua sudut sudut lampu jalan dan halte bis di sisi trotoar. Warnanya yang merah memancarkan aura lembut namun dominan, pupilnya yang bulat sempurna menandakan suatu misteri.

Angin meniup rambut hitam panjangnya dengan lembut, ujung ujung rambutnya menari diantara terangnya cahaya matahari pagi. Meski tinggal di dunia yang hancur, tidak tampak tanda tanda kalau ia mengalami bekas luka atau kotor akibat kurangnya peralatan untuk merawat diri. Hal itu dapat dilihat dari pakaiannya yang bersih, seragam sekolah Freyja yang dulu ia banggakan ketika pertama kali mendapatkannya. Kemeja hitam yang merupakan campuran blouse dengan jaket dan sweater, dan rok hitam polos serta stocking hitam panjang sampai ke sepatu bootsnya. Tangannya dilapisi dengan sarung tangan berwarna hitam.

Dia mungkin tampak seperti sebuah bug yang ada di dalam sistem, suatu keberadaan yang benar benar seharusnya tidak berada di tempat terkutuk itu. Penampilannya biasa saja, kalau kau mengecualikan sebilah pedang panjang yang disebut sebagai katana di pinggang rampingnya, tersimpan rapi di dalam sarung pedang berwarna merah dengan motif bunga sakura. Warna pedang itu sangat mirip dengan matanya, mungkin memang takdir ia bertemu dengan senjata tajam itu.

Sebuah beton berderak tidak jauh di sampingnya.

Beberapa detik setelah ia menoleh, seorang gadis dengan seragam sekolah Freyja dilapisi jaket hitam muncul sambil berjalan tenang ke arahnya. Langkah kakinya menapak beton beton rapuh.

Ternyata gadis itu yang lebih dulu memecah keheningan di antara mereka,

"Sedang menikmati udara pagi, One?"
Ucapnya di antara reruntuhan.

Seakan pertanyaan itu adalah hal yang biasa saja, One menjawab dengan senyuman.

"Ah, akan sangat disayangkan saat semua yang tersisa tidak dapat kita nikmati" One kembali menatap jalanan rusak. Membiarkan gadis itu berdiri di sebelahnya.

"Malam ini... Lurk akan muncul, dan kekuatan kita kali ini telah meningkat. Aku yakin bahkan barikade garda depan di blok 4-5 tidak akan tertembus" ujar gadis itu sambil menunduk, menatap lantai beton.

One membenarkan posisi anak rambut di dahi. Seakan kata kata temannya itu adalah berita buruk, raut wajahnya berubah menjadi sedikit masam.

"Kenapa kamu bisa sangat yakin, Wiz?"

One melirik gadis di sampingnya,

"Apa jangan jangan..."

Gadis bernama Wiz itu mengangguk sambil memandang ke kejauhan. Sorot matanya tampak bersinar,

"Para kader dari Kamp Pelatihan akan tiba sore ini"

"Itu... Berita buruk."

"Tapi ini pertama kalinya setelah bertahun tahun kita menderita kerusakan karena kekurangan personel tempur, "

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Innocent: DeRailWhere stories live. Discover now