dua puluh tujuh

Mulai dari awal
                                    

"Oh itu Regan!" pekik Hanna cukup kencang sembari menunjuk ke arah gerbang sekolah. "Aku kesana dulu, ya. Nanti Regan bisa marah kalo aku kelamaan," Hanna berdiri dari duduknya.

Kaki pendeknya melangkah baru dua langkah, namun harus berhenti karena tangannya dicekal.

Hanna menoleh, menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh tangan berotot milik sosoo yang berdiri di sampingnya.

Tatapannya beralih ke arah wajah Cakra yang menoleh ke arahnya dengan senyum manis.

"Kenapa?" tanya Hanna berusaha seramah mungkin meskipun sebenarnya ia sangat ingin berlari meninggalkan tempatnya saat ini.

"Gapapa, kok. Hati-hati ya," Cakra berucap dengan senyum yang lebih manis dibanding sebelumnya. Hanna yang mendapati itu ikut tersenyum lebar meskipun terpaksa.

"Ahaha, oke. Lo juga hati-hati, ya!" Hanna melepaskan tangan besar Cakra yang masih menggenggam pergelangan tangannya.

Setelah terlepas, segera saja ia melangkah cepat menuju arah gerbang sekolah.

Ia akan segera menghubungi Pak Tejo untuk meminta jemput dan menunggunya di dekat gerbang sekolah saja.

Benar, ia berbohong perihal adanya sosok Regan di gerbang sekolah.

Ia hanya mencoba mencari alibi untuk menghindari cowok asing bernama Cakra tadi.

Entah karena apa, tapi firasatnya mengatakan harus menjauhi cowok itu saat tahu mereka bertemu untuk pertama kalinya di club.

Sampai di depan gerbang, Hanna segera memainkan ponselnya hendak menghubungi Pak Tejo.

Tapi, untuk kedua kalinya ia harus mengurungkan niatnya karena lagi-lagi ada suara yang menyapanya.

"Hanna?"

Hanna segera saja mengalihkan pandangannya dari ponsel. Matanya menangkap sosok Adelio dengan motor matic-nya berhenti tepat di sampingnya.

"Eh, Lio? Belum pulang?" Adelio menggeleng sebagai jawaban.

"Lo sendiri? Belum pulang?" Hanna menggeleng pelan dengan senyum di bibirnya.

"Belum, tadi nungguin Regan. Tapi ini baru mau ngehubungin supir gue minta jemput. Regan lama," Hanna masih saja tersenyum menjawabnya.

"Oh ya?" Hanna mengangguk sebagai jawaban. "Mau gue anter aja gak? Daripada nunggu supir lo."

Hanna langsung saja menggeleng sebagai jawabannya.

"Enggak usah, gak bakal lama juga, kok," jawab Hanna sembari melambaikan tangannya menolak.

"Gapapa. Ayo naik!"

"Emang lo gak pulang sama Agista?" Adelio diam mendengar pertanyaan Hanna.

"Enggak. Lo gak tau ya?" tanya Adelio dengan hati-hati.

"Gak tau apa?" Hanna mengerutkan keningnya penasaran.

"Agista tadi pulang sama Regan."

Hanna diam mendengar kalimat yang keluar dari mulut Adelio. Perasaan kecewa tidak jelas lagi-lagi menghampiri hatinya.

"Oh ya?" responnya santai, berusaha menutupi perasaan tidak diinginkan dalam hatinya.

"Lo gak tau? Sorry ya?" ucap Adelio yang tampak merasa bersalah. Meskipun Hanna tampak santai, ia tahu didalam hatinya pasti tidak sesantai itu.

"Gapapa, kok. Santai aja," jawab Hanna tenang dengan senyuman manis di bibirnya.

"Jadi gimana? Mau gue anter aja?" tawar Adelio lagi.

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang