🥀3.Janji

44 10 0
                                    

Bunyi pecahan kaca dan benda-benda yang dilemparkan secara membabi-buta melukiskan suasana mencekam di Kamar Suna. Wanita itu shock melihat kekacauan yang di sebabkan Ardo. Dia tak mengerti mengapa pria itu nampak sangat murka. Semua barang hancur karena ulahnya.

"Ardo hentikan! apa yang kau lakukan!"

Suna marah melihat tindakan Ardo yang semena-mena. Bahkan ini bukan kamarnya kenapa seberani itu?

Meskipun Suna mencintainya tapi tindakan Ardo tak bisa di benarkan. Semua aset ini belum final menjadi miliknya, bagaimana jika tiba-tiba Zion datang? Meski rasanya hal itu sangat mustahil.

"Hentikan Ardo, Kau menghancurkan semuanya!" Suna kesal. Barang-barang Zion adalah barang mahal, jika di jual lagi itu akan lebih menguntungkan di banding hancur percuma seperti ini.

Namun tiba-tiba Ardo mendekatinya. Meraih batang lehernya dengan tatapan nyalang.

"KAU...-"

Ucapannya terhenti. Pria itu memandangi sorot mata Suna yang nampak ketakutan. Wajahnya terngadah di gengamannya.

"Leekphashh..."

Suna terlihat memohon. Airmatanya sudah jatuh mengalir.

Ardo menatapnya lekat kemudian membuang asal wajah Suna, meninggalkan bekas kemerahan di rahang wanita itu karena cengkramannya.

Suna terhuyung hampir jatuh. Kemudian memegangi lehernya yang sempat tercekik. Dia masih shock.

Sementara disisi lain Zion alias Ardo berusaha menahan emosinya. Dia tak ingin gegabah dengan membunuh wanita itu sekarang. Tidak sebelum semua kelicikan wanita itu dia ketahui. Zion yakin, mungkin ada hal lain yang lebih mencengangkan. Wanita sok polos seperti Suna pasti sangat manipulatif. Selama enam tahun ini Zion sudah tertipu.

Sialan!

"Ke..kenapa mencekikku? Apa kau ingin membunuhku? apa kau sudah tak mencintaiku Ardo?"

Zion mendongak memperhatikan Suna yang sudah banjir airmata. Lagak wanita itu sudah seperti wanita teraniaya yang patah hati.

Zion tersenyum miris. Dia meruntuki dirinya yang sudah sangat bodoh menyerahkan semua rasa cintanya pada wanita tak tau diri seperti Suna. Bagaimana mungkin wanita itu membahas soal cinta pada pria lain sementara dirinya sudah menikah dan memiliki anak.

Hanya wanita murahan yang seperti itu. Sialnya wanita itulah istrinya.

Zion menghela napas panjang. Menetralkan emosinya agar tak tersulut. Dia harus bisa mengimbangi permainan licik dari Istrinya ini.

Entah sebuah keberuntungan atau musibah. Wajah Ardo mungkin bisa berguna untuknya.

Meski pada kenyataannya Zion sangat membenci wajahnya sekarang.

Zion berdeham. Sekarang dia akan mengambil alih suasana.

"Maaf itu tidak sengaja" ucap Zion datar.

Suna langsung menghapus airmatanya senyumnya kembali mengembang.

"Aku maafkan, tapi jangan seperti itu lagi ya sayang."

Zion tak menduga jika setelah kalimat itu meluncur dari bibir istrinya, wanita itu tanpa malu langsung memeluknya erat bahkan mengusap-usap dadanya yang masih memakai piyama.

Zion menggeram dalam hati. ternyata begini kelakuan istrinya jika tak ada dirinya. Istrinya yang lugu dan polos itu ternyata hanyalah topeng, dan sialnya baru sekarang Zion tau jika sifat asli istrinya sejalang ini.

"Aku tidak ingin kau terluka, kau harus cepat sembuh. Bukankah tak lama lagi kita akan menikah sayang?"

Bagai di hantam palu, ucapan Suna seolah memaksanya untuk mengingat sesuatu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

White SoulsWhere stories live. Discover now