『08』

162 16 4
                                    

TW & CW// Harsh word ,

Sudah terhitung 5 kali Shava bolak-balik menengok layar gawai yang menampilkan isi pesan dengan seseorang beberapa jam yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah terhitung 5 kali Shava bolak-balik menengok layar gawai yang menampilkan isi pesan dengan seseorang beberapa jam yang lalu. Sebenarnya malam ini ia sangat senang karena bisa terbebas dari tante delulunya itu. Ya, Shava merencanakan dengan Jayza bahwa mereka akan keluar bepergian malam ini.

Awalnya ....

Namun sekarang alis tebal itu menukik, ini Jayza mau kena amukannya atau bagaimana? Dikira Shava bisa nunggu 1 jam apa? Kesabarannya ini sudah habis 30 menit yang lalu tahu! Orang idiot mana yang tahan menanti sejam lamanya?

Saat badan tegapnya itu sudah mau berbalik masuk ke dalam kediaman miliknya suara klakson mengurung niat Shava. Mobil seharga 2 ginjal manusia pun tak cukup datang membelah jalan di pemukiman rumahnya.

Seketika asap-asap yang mengepul di kepalanya buyar saat melihat mobil Jayza yang hitam mengkilap itu.

"Ngapain diam aja? Masuk ae,"

"Heh bakekok! lo tau berapa lama gua nungguin? Setengah abad lo tau! Terus tiba-tiba datang naik ini mobil mahal buat apa? Kitanya aja mau pergi jajan cireng kok!"

Kaki Shava yang awalnya ingin menendang mobil Jayza terhenti tiba-tiba. Oalah bisa hilang 1 ginjalnya andaikan Shava jadi menendang mobil seharga langit ini.

"Flexing dikit masa nggak boleh?" Jayza menurunkan setengah kaca mata hitamnya.

"Babi memang," umpat Shava.

Dengah penuh kehati-hatian pria beralis tebal ini masuk dan duduk anteng di kursi sebelah Jayza — si pengemudi. —

"Santai Sha, bukan mobil pejabat kok ini."

MUATAMU COK.

Mahalan mobil Jayza sesungguhnya daripada mobil tikus berdas- maksudnya pejabat.

"Karepmu lah, sama-sama mobil, sama aja bisa jalan kek mobil gua," Shava kali ini menyilangkan kakinya lalu bersandar seperti berada di dalam mobil Fortuner miliknya.

Mobil Jayza membelah jalanan di kota, di perjalanan mereka mengisi keheningan dengan perbincangan yang sebenarnya banyak perselisihan.

"Lu juga ngapain nunggu gue diluar? mampus dah tu nyamuknya pada mukbang," ucap Jayza sembari memperbaiki letak kacamatanya yang merosot.

"Kan mana gue tahu lo nya selam– WOI LIHAT DEPAN JANCOUG! NABRAK, NABRAK BABI!" Shava berteriak heboh saat melihat orang yang entahlah kenapa tiba-tiba jatuh meluncur ke jalanan seperti ini.

"DEMI TUHAN! LO NABRAK ITU!"

"NGGAK! GUA BERHENTI PAS ANAKNYA KEPELESET!"

Tak kunjung turun, dua pemuda ini malah membela diri mereka. Jayza yang bersikukuh bahwa ia tidak menabrak orang itu dan Shava yang terus mengatakan bahwa Jayza melakukannya.

"Cek dulu ajalah nyet," final Shava mengambil jalan tengah yang langsung diangguki antusias oleh Jayza, walaupun di hatinya masih ada rasa was-was karena jujur Jayza takut menabrak anak orang.

Nggak mati, kan?

Mereka mendapati seorang lekaki bersurai hitam dan poni yang melewati matanya tengah bersimpuh, Jayza rasa pernah bertemu dengan anak ini ... tapi, dimana ya?

Raut wajahnya yang meringis diikuti juga oleh Shava dan Jayza, ngeri saja melihat luka terbuka seperti itu di tibia kiri anak ini.

"E-eh gua serius minta maaf, ini kita nabrak lo sampe separah ini ya?" Shava berjongkok menyamakan tinggi posisi pemuda di depannya ini.

"n-nggak kok, kakak nggak nabrak aku ... ini emang dari sananya kayak gini."

PUJI SYUKUR JAYZA PANJATKAN!

Wajahnya sumringah saat mendengar itu. COI! Dia nggak nabrak anak orang.

Andaikan tidak ada pengendara berlalu lalang seperti ini Jayza akan sujud syukur. Serius.

Ekspresi bahagia itu Jayza tahan sebentar, waktu yang tidak tepat untuk bergembira saat ini, "yaudah itu luka lo parah banget, mana darah masih ngucur gitu lagi. Ikut aja sama kita, luka lo harus ditindak secepatnya."

Namun gelengan yang pemuda ini torehkan pada mereka berdua. Tentu saja, rasa tidak enak hati tercetak jelas di kalbu, lagipula ia sendiri sedang dalam keadaan yang mengharuskannya untuk bergerak cepat. menurutnya tidak ada keharusan bagi mereka menolongnya, toh, Jayza dan Shava tidak menabraknya.

Wajah itu ... Shava ingat! orang yang kemarin lusa tidak sengaja menabrak Jayza. yaa, lebih tepatnya anak ini sih yang terpental bukan Jayza.

"Eh lu yang kemarin kepental gak sih? yang lu nabrak Jayza?" Shava berceletuk spontan.

Jelio mau tak mau harus menggerakkan naik-turun kepalanya, awalnya tidak ingin mencari masalah, malah masalah yang mencarinya.

Jayza terkejut, mereka kembali lagi dipertemukan, "oh lo yang nabrak gue?"

Matilah Jelio, dia ini sudah berusaha sekerasnya untuk menghindari mencari masalah di sekitar anak populer, namun nampaknya takdir mau ia terlibat dengan kedua anak ini.

"Maaf kak, aku emang lagi buru-buru waktu itu," Jelio menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Jayza yang melihat itu terkekeh.

Bukan seharusnya ia yang meminta maaf? Karena saat itu ia tidak apa-apa dan Jeliolah yang tersungkur, "guenya sih gapapa, malah lo yang gimana nih? Itu darah keluar terus, nggak mau ditindakin?"

The fuck they have done?...

Jelio menggeleng tidak enak hati. Lebih baik ia yang mengobatinya. Luka robek ini, mau bagimanapun masalah ini juga bukan perangai mereka.

Berawas Jelio berdiri, cabar kelak dirinya kembali terambau. Meskipun rasa nyeri yang tidak tertahankan Jelio patut menahannya.

Idiot.

"Kalo gitu caranya, you guys can kill people karena darahnya itu keeps coming out, loh?"

hah?

================================

selamat menunaikan ibadah puasa semuanyaaa...

jangan mokel yaa😋

-Salam sayang Olivia~

A L I V E • ENHYPENWhere stories live. Discover now