"Loh, lo udah dapet?" Hanna menaikkan kedua alisnya melihat Felia telah membawa buku.

"Udah. Lo belum?"

"Belum, anjir. Tungguin dong!"

"Di sebelah sana banyak. Dari judulnya gampang-gampang buat dianalisis," Felia menjawab sembari menunjuk ke arah rak yang lain.

"Oh ya?"

Dengan penasaran, Hanna mendekat ke arah Felia.

"Anterin!"

Felia mengangguk, kemudian melangkah menuju rak buku yang ia maksud diikuti dengan Hanna di belakangnya.

"Di sini!" ucap Felia sembari menunjuk jajaran buku yang ada di depanya.

Hanna langsung saja mencoba mencari buku mana yang sekiranya menarik untuk dianalisis.

Setelah menemukannya, kedua gadis itu segera menuju ke salah satu tempat duduk kosong untuk membaca buku masing-masing dan mulai menganalisis.

••••

"Gue tadi nemu buku."

Felia yang tengah meminum jus jambu di kantin menoleh ke arah Hanna yang tiba-tiba bersuara.

Kini kedua gadis itu tengah berada di kantin setelah menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia yang diberikan Bu Maria.

Berbeda dengan Felia yang memesan Jus Jambu, Hanna memilih untuk memesan semangkuk soto dengan sebotol air putih.

"Buku apaan?" tanya Felia menanggapi.

"Bukunya ada di non fiksi sih tadi. Judulnya 'Dimensi Waktu', penulisnya anonim. Gue penasaran yang dimaksud dimensi waktu tuh apa, kok bisa di rak non fiksi," jelas Hanna sembari menyendok soto di depannya.

"Loh, itu bukannya buku yang lo ceritain dua bulan lalu?" Hanna diam, kemudian menoleh ke arah Felia setelah mendengar perkataan gadis itu.

"Emang iya?" tanya Hanna dengan kening berkerut bingung.

"Iya, masa lo lupa? Yang katanya gak sengaja lo temuin di non fiksi. Dan gobloknya lo percaya isi bukunya itu nyata," Felia tertawa sembari memukul meja mengingat kejadian dua bulan lalu.

Kejadian dimana Hanna menemukan sebuah buku yang berisi mengenai dimensi waktu, dan dengan polosnya gadis itu percaya bahwa itu nyata hanya karena letak bukunya di rak buku non fiksi.

Lucu sekali sahabatnya ini.

Hanna tertawa pelan menanggapi Felia, namun selebihnya ia diam. Memikirkan apa yang dikatakan oleh gadis di sampingnya.

Ia bilang, Hanna yang asli pernah menemukan buku yang sama berjudul 'Dimensi Waktu' ini. Apa jangan-jangan Hanna asli memang sengaja membuat tubuhnya diisi oleh jiwa lain menggunakan permainan dimensi waktu ini?

Atau...

"Han, Han! Itu Regan sama Agista!" Felia tiba-tiba berbisik heboh.

Prang!

Gadis bersurai hitam itu menepuk-nepuk lengan Hanna yang tengah memakan soto hingga sendoknya jatuh ke mangkok menciptakan cipratan kuah hingga mengenai seragamnya.

Suara nyaring sendok jatuh itu cukup mengundang beberapa mata.

Hanna yang mendengar bisikan Felia mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan gadis itu.

Di sana, tampak Regan yang juga tengah menatap ke arahnya.

Cowok itu berdiri menjulang dengan sosok Agista yang tampak mungil di sampingnya.

Melihat sosok yang dicarinya sedari tadi, Regan segera saja mendekat ke arah Hanna.

Agista yang ditinggal buru-buru mengimbangi langkah Regan.

Hanna yang menyadari bahwa tatapannya dibalas oleh Regan mengalihkan pandangannya. Dengan cepat ia meraih botol air putihnya dan berdiri.

Kaki kecilnya melangkah cepat meninggalkan semangkuk soto yang masih cukup banyak dengan Felia yang menatapnya bingung.

"Han, mau kemana?"

Hanna masih mendengar pertanyaan Felia, tapi ia tak ingin menanggapi. Ia harus segera pergi ke toilet untuk membersihkan seragamnya yang terkena kuah soto.

Sampai di toilet perempuan, Hanna langsung saja masuk ke dalam. Memilih mematut pada kaca besar di bagian wastafel.

Pantulan gadis itu tampak menelan ludah dan menghela nafas.

Kenapa ia harus buru-buru pergi?

Membersihkan seragam yang terkena kuah soto?

Yakin karena itu?

Atau karena ia merasakan ada perasaan asing yang tidak seharusnya ada ketika melihat dua sosok tadi?

••••

"Fel, Hanna kemana?" Regan menunduk menatap Felia lurus.

Felia yang mendapat pertanyaan dadakan itu sedikit gelagapan.

"Gak tau, Reg. Gue tanyain juga diem aja tadi," jawab Felia yang menatap balik Regan sesekali melirik ke arah Agista yang menyusul berdiri di sebelah cowok itu.

Regan yang menyadari arah tatapan Felia kemana ikut menoleh ke arah Agista.

Agista yang menyadari ditatap oleh Regan menatap balik dengan senyum manis yang polos.

"Kenapa?"

"Lo ngapain masih ngikutin gue?" Regan mengerutkan keningnya kesal.

Agista yang mendapati ekspresi kesal Regan sedikit kelabakan. Meskipun dia sedang mode cegil mengejar Regan, tapi bayangan Regan akan mengamuk karena risih padanya cukup menakutkan.

"Engga-"

"Katanya cuma mau bareng ke kantin buat nyusul temen cowok lo itu? Ngapain masih ngikutin gue?" Agista diam, mulutnya tertutup rapat mendengar kalimat bernada dingin yang keluar dari mulut Regan.

"Ck, gak jelas!"

Regan berdecak kesal sembari mengumpat sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakinya menuju ke arah yang sama dengan arah perginya Hanna.

Di sela langkahnya, cowok itu mengacak rambutnya kesal.

Kesal mengingat sedari pagi Hanna seolah menghindarinya.

Ia hanya ingin bersama Hanna. Mengingat kondisi gadis itu yang baru pulih, membuatnya semakin khawatir.

Padahal seingatnya, Hanna sudah sepakat bahwa akan kemana-mana bersamanya. Tapi, kenapa begitu sampai di sekolah gadis itu malah berusaha menjaga jarak padanya?

Apalagi saat tadi pagi.

Sudah meninggalkannya, malah pergi ke kelas bersama cowok lain pula.

"Ck, sialan!" umpatnya lagi ketika merasakan perasaan kesal semakin membumbung hanya karena mengingat bayangan punggung Hanna dan Adelio yang berjalan bersama.

To be continue...

•••••

maap malem bgt
barusan habis dr kost temen
klosingan gibah sbelum puasa, wkwk

buat para shipers rehan
mampus kata gue teh🙏🏻

gws penghuni kapal bocor🙏🏻🙏🏻

HannaWhere stories live. Discover now