XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [1/2]

Zacznij od początku
                                    

Penyebaran Aora? Cekat mulai menghuni tenggorokan Ravn selagi batinnya menerka.

Tidak membutuhkan waktu bagi Ravn melakukan Penetralan dan mencoba berjalan mengendap-ngendap, tetapi risau lekas menghantuinya kala memikirkan siapa pemilik Aora yang begitu besar ini.

Sungguh, sepanjang hidup tidak pernah ia merasakan kekuatan yang begitu dahsyat. Bahkan jika itu Rama yang merupakan Serangkaian Api paling lemah sebelum Ravn, atau dua orang ahli Aora yang sedang menggabungkan Penyebaran tidaklah cukup menyaingi Aora ini.

Namun ... ia hanya bisa menduga, tetapi Ravn sangat yakin hanyalah satu orang yang mampu mengimbangi.

Apollya ....

Menyebutkan namanya dalam hati saja sudah cukup membuat Ravn menelan ludah. Lagi pula, apa yang salah dari setiap jejak kematian palsu yang ia ciptakan untuk mereka itu? Padahal ia sudah yakin betul telah memastikan semuanya untuk mengelabui Enfierno, kalau mereka mati dibawa muara sungai.

Tidak untuk satu orang! Lantas ia teringat akan satu orang yang persis ia temukan lewat sudut mata.

Nan jauh dari tempat ia berdiri, tampak sesosok pirang yang tak begitu asing merengkuh gadis berambut panjang. Dia megap-megap selagi Harenian wanita tersebut mencengkeram dadanya; seolah berusaha berteriak, tetapi sesumbang suara pun enggan kunjung melaung.

"Shiina ...," desis Ravn, sedikit pun tak luput pandang terhadap Rin yang mulai menitikkan air mata.

Sulit untuk menonton lebih jauh, tetapi di sisi lain ia harus berhati-hati dalam mengambil langkah. Betapa ia hafal setiap lantunan dari bibir Shiina yang sedang berbisik kepada Rin; sebuah lagu yang tak dapat daun pendengarannya menjamah, tetapi ia yakin betul isi dari setiap bisikan.

"Datanglah, datanglah ke perjamuan yang tersedia. Wadah yang dihadiahkan kepadamu telah menanti." Sedemikian halus bisikannya, jelas tidak menenangkan gadis dalam rengkuhan. Dia tak kunjung berhenti meronta, terus mencakari tangan Shiina sebagai bentuk perlawanan, tidak peduli tenaganya terkuras akibat Aora yang kian menyebar.

Dadanya makin panas, remang pula menghias penglihatan hingga tampak sepasang matanya menghitam dalam pandangan Shiina. Tiada henti ia mengulangi lantunan pemanggil, membuat Rin kian berangsur memucat bersama urat dan nadi yang menjalar.

Tak tahan Ravn memandang pendar yang mulai muncul dari dada Rin, kian jelas tepat Shiina merebak bajunya. Harenian wanita tersebut kemudian peka terhadap sebersit gerak angin yang melesat cepat. Sembari membopong Rin, begitu lincah kakinya melompat menghindari serangan belati.

Namun, tampaknya ia lengah terhadap serangan selanjutnya.

Bilah pedang pendek mengacung ke arahnya itu hampir saja melukai lengan Shiina jika ia tidak menangkis dengan satu tendangan. Seribu sayang, Rin harus terlepas dari genggaman. Akan tetapi sosok yang tiba-tiba hadir ini cukup menyenangkan hatinya.

"Umpannya berhasil menarik mangsa," ungkapnya sembari mendorong serangan Ravn dengan tiupan angin kencang.

Beruntung sekali sepasang kaki Ravn masih sanggup bertahan menumpu tubuhnya, meski Shiina mengeluarkan kekuatan yang cukup besar hingga ia terseret begitu jauh. Matanya mengerling kepada Rin tergeletak, sama sekali tak bergerak meski Penyebaran masih aktif menyeruak.

Keadaan itu tiada ragu membangkitkan adrenalin dalam dada.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" jerit empunya mata karamel kepada Shiina pada akhirnya.

"Ah, kupikir lima tahun lamanya bersarang di naungan kami bagai parasit lekas membuatmu mengerti dalam sekali lihat." Lantas lawan bicara menanggapi demikian enteng dengan seringai lebarnya. "Kau terlalu lamban bersembunyi alih-alih mengambil tindakan dari balik semak-semak itu."

SeeressOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz