Alpha Centauri

8 1 0
                                    

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari pembalasan yang selalu mereka nanti-nantikan. Di jam makan siang ini, anak kelas Alpha Centauri sudah berpencar ke tempat masing-masing. Jordan dan teman-teman yang lain berada di kelas untuk menunggu aba-aba Putra yang sedang menemani Nathan di lab komputer untuk mengirim link video rekaman itu.

Sebelumnya, Putra telah mengubah rencana mereka menggunakan ponsel untuk komunikasi menjadi walkie talkie. Katanya Ragas, agar feel dalam misi mereka hari ini lebih terasa.

"Jordan monitor, udah pada siap?"
Putra menyalakan walkie talkie nya yang terhubung dengan Jordan di kelas. Putra menyuruh Jordan untuk memimpin seluruh anak kelas menyebar nanti.
"Iya, Put. Aman."
Putra mengangguk. Memberi kode kepada Nathan untuk melancarkan aksinya. Kedua lelaki itu kini sedang berada di ruang lab komputer kemarin lagi. Mereka memutuskan memakai perangkat keras itu guna mengirim link kepada seluruh warga sekolah.
Jika kalian bertanya dimana Ragas dan Sera, jawabannya adalah mereka berdua sedang menjemput Giu di gerbang sekolah. Nantinya mereka akan membawa Giu ke ruang ekskul penyiaran.
Yap. Giu akan berbicara disana nanti.
"Selesai. Tinggal nunggu bel istirahat kedua bunyi," lapor Nathan pada Putra.
Ting tong ting tong
Ting tong ting tong
It's time to have second break!
Putra dan Nathan saling pandang. Putra menyuruh Nathan untuk mengirim link itu tiga menit kemudian. Untuk memastikan para guru yang sedang mengajar di kelas telah keluar.
Notifikasi whatsapp pun masuk bersamaan. Seluruh siswa terlihat mengecek ponselnya masing-masing. Mereka sama-sama memencet link itu karena penasaran, dan berakhir dengan saling pandang.
Keadaan sekolah jadi ramai karena link video itu. Bahkan ruang guru pun ikut jadi saksi video bukti itu beredar. Seluruh penjuru SMA Royal sedang membicarakan Arabella lagi sekarang.
Merasa telah berhasil menyelesaikan misi pertama mereka, Putra menyalakan kembali walkie talkienya untuk menghubungi Agas dan Jordan bersamaan.
"Agas gimana? Giu udah di ruang penyiaran?"
"Aman, Put. Ini gua sama Sera lagi bantuin tim ekskul penyiaran buat siapin mikrofon Giu."
"Berapa menit, Gas?"
"Sekitar dua menit lagi."
"Oke, Jordan denger gua? Lo suruh anak kelas turun sekarang. Jangan skip satu kelas pun, semuanya harus nyalain tv itu oke?" Putra memberi kode kepada Jordan di kelas.
"Yoi Put. Nih udah gua kabarin yang lain," seru Jordan dari sana.
Putra mengangguk mantap. Melirik Nathan yang masih sibuk mematikan komputernya. "Nath, ayo ke ruang penyiaran."
Nathan mengangguk. "ayo."
Putra dan Nathan berlari menuju ruang penyiaran sekolah. Sampai di sana, Putra mendapati Sera dan Ragas, serta beberapa anak ekskul penyiaran di sana. Oh iya, Giu sudah duduk di kursi yang akan merekam video siaran langsungnya nanti.
Gerry, ketua ekskul penyiaran itu memberi kode kepada anggotanya untuk mulai menyalakan kamera. Ragas juga sudah lebih dulu merekam Giu disana.
"Putra? Semua tv udah nyala?" Gerry bertanya kepada Putra disana.
Putra mengangguk. "Aman, Bang. Anak kelas gua udah pada nyebar."
Gerry dari kelas 12 itu mengangguk saja. Cowok itu kembali menatap Giu. Mengangkat tangan kanannya ke atas, dan memberi aba-aba hitungan tiga detik sebelum mereka on air.
"Tiga..."
"Dua..."
"Satu..."
Televisi di setiap kelas menyala. Menampilkan wajah cantik Giu di sana. Seluruh siswa terkejut melihatnya, namun disaat yang bersamaan, mereka juga merasa kasihan dengan fitnah yang dilakukan Arabella pada gadis itu. Mereka semua melihat televisi di kelas masing-masing, menunggu Giu berbicara di sana.
"Halo semuanya! Gue Giudith Azalea, dari kelas Alpha Centauri. Sebelumnya gue mau minta maaf karena semua keributan yang terjadi akhir-akhir ini berasal dari kelas gue. Tapi satu hal yang perlu kalian ketahui, baik gue ataupun teman-teman kelas gue ga ada sama sekali niatan untuk ngerusuh."
"Semua kekacauan ini terjadi setelah seseorang datang ke kelas kami secara tiba-tiba. Dimulai dari manipulasi nilai, kerusuhan di kantin, kamera milik seseorang dari kelas kami pecah, penguntitan, dan semuanya dilakukan oleh orang itu."
"Juga saat ini. Fitnah yang dilakukan orang itu sama gue. Memang benar, kotak perhiasan itu ada di loker gue. Tapi kalian lihat sendiri di rekaman video bukti itu, kalau dia sendiri yang memasukkannya ke dalam loker gue. Dia juga udah berani buat buka tas gue yang dimana itu adalah privasi gue, lalu dia mengotak-atik kombinasi nomor kunci loker gue."
"Semuanya sudah jelas sekarang. Untuk itu, kami meminta pihak sekolah agar berlaku adil demi ketenangan kelas kami yang sudah hilang sejak kedatangan orang itu."
"Akhir kalimat, gue, Giudith Azalea. Mewakili teman-teman kelas meminta maaf untuk seluruh kerusuhan yang terjadi. Meski bukan kami yang salah, tapi meminta maaf adalah tindakan awal untuk mereka yang punya keberanian dan kejujuran dalam hidup."
"Terimakasih, selamat siang."
Gerry menurunkan volume mikrofon Giu disana. Anggota tim penyiaran yang lain sudah mematikan siaran langsung tersebut.
Mereka bertepuk tangan menyambut Giu yang baru saja keluar dari ruang siaran. Giu menangis di pelukan Sera saat ini. Entahlah, Giu merasa emosional dengan ini semua.
Giu lega telah memberitahukan kebenarannya, dan Giu lega telah berhasil melakukannya.
Putra menepuk-nepuk kepala Giu lembut. "You did well, Gi," katanya pelan sebelum Giu terkekeh dan berterimakasih kepada lelaki itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Alpha CentauriWhere stories live. Discover now