ARACNOIA

5 1 0
                                    


Xander menjentikkan jarinya di depan wajah Yuri yang masih tertidur pulas di atas sofa ungu yang sudah tua. Ia sudah mengembalikan kartu dan holophone milik pria ceking itu ke tempat awal dengan perasaan geram yang harus ia tahan.


Ada banyak pertanyaan yang ingin ia sampaikan tapi Samael menyarankan untuk menundanya. Setidaknya ia sudah bisa menebak dari mana penyamarannya terbongkar. Hanya saja, ia masih butuh mendengar bagaimana dan kenapa pria yang sudah menjadi sahabat dan mentornya selama sekian tahun, telah tega melakukan hal ini padanya.


Pada jentikan jari ketiga Yuri membuka mata perlahan dengan wajah kaget. Ia segera duduk dengan raut bingung dan napas tersengal. Yuri tampak mengalami disorientasi untuk sesaat.


"A—ada apa ini?"


"Entah bagaimana kau tertidur di tempatku," jawab Xander sembari mengangsurkan segelas air putih pada Yuri.


Yuri membuka mulut dengan dahi berkerut, berusaha keras memahami kalimat Xander. Tangannya langsung meraba saku-saku di mantel dan celananya begitu kepalanya mulai jernih. Bahkan di saat bangun tidur pun, kewaspadaan Yuri masih tajam. Ekspresinya berubah santai begitu jarinya menemukan dompet kartunya masih ada ditempatnya.


"Oh, aku benar-benar tidak ingat bagaimana bisa tertidur di sofa ini," keluh Yuri kemudian menenggak habis air dalam gelas tadi.


Xander tersenyum lebar, "Oh, kau memang tidur seperti orang pingsan di sofaku. Sepertinya kau kelelahan, lebih baik pulang dan segera istirahat."


"Kau benar." Yuri segera bangkit dan berbalik menuju pintu dengan sorot mata yang jauh. "Tapi kau harus berjanji tetap bersembunyi dan jangan coba-coba berbuat aneh-aneh," lanjutnya sebelum menutup pintu depan.


"Ya, ya, aku tidak akan kemana-mana," sahut Xander sambil melambaikan tangan. Yuri menatapnya tajam di ambang pintu, tampak ragu. Sesaat kemudian ia mengangguk setelah dua detik penuh kesunyian. Ia pun menutup pintu apartemen Xander.


Xander berdiri resah di tengah ruangan sembari berkacak pinggang, memutuskan hukuman apa yang paling cocok untuk Yuri.


"Jangan khawatir, kita masih punya waktu untuk membereskan Yuri," sahut Samael tenang.


Xander lebih banyak diam di sisa hari itu. Tidak dapat dipungkiri sejak matahari mulai tenggelam, ia makin gugup untuk melanjutkan aksinya nanti malam. Menghadapi mimpi buruk Yelena seolah sama dengan menghadapi mimpi buruknya sendiri.


"Mimpi buruk gadis ini akan sangat nikmat dilidahku," celetuk Samael lewat batin Xander.


"Kenapa begitu?"


"Jelas dia mempunyai banyak mimpi buruk yang tersimpan dalam alam bawah sadarnya."


"Aku tidak percaya," bantah Xander lirih sambil menyesap vodka dalam gelas kristalnya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAMAEL: THE NIGHTMARES EATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang