SCN~15

12K 590 25
                                    

Assalamualaikum...
Maaf baru bisa update sekarang, dan maaf juga kalo hasilnya makin ngga jelas gini. Aku udah berusaha untuk lanjutin kisahnya Mba Dira dan Bang Yoga, semoga aja masih ada yang berkenan untuk baca dan kasih bintangnya untuk cerita ini. Makasih untuk semuanya yang udah kasih vote dan commentnya di part2 sebelumnya. Dan ngga lupa aku mau ucapin selamat hari raya idul fitri 1436 H. Minal aidzin walfaidzin, Mohon maaf lahir dan batin.
Maafin aye yah permirsahhhhhhh ^_^

_____________________________

Menjadi seorang ibu adalah kebahagiaan utama seorang wanita, dan aku adalah salah satu wanita yang begitu beruntung bisa merasakan kebahagiaan tersebut. Selama sembilan bulan sepuluh hari aku mengandung, berbagi apa saja dengan sosok yang menghuni rahimku sampai ia terlahir ke dunia dengan selamat dan tanpa ada kekurangan sedikit pun.

Dan melihatnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas merupakan kado terindah untukku, Dirga yang sudah berusia limabelas bulan dengan lincahnya bermain kesana kemari sampai-sampai aku harus ekstra tenaga mengawasi gerak aktifnya.

Kesibukanku mengajar kadang membuatku merasa bersalah karena tak bisa selalu ada bersamanya selama 24 jam penuh, sekitar pukul 9 pagi aku sudah harus meninggalkannya yang kadang sudah kembali terlelap setelah puas bermain sejak pagi buta dan selepas Ashar aku baru kembali dengan kondisi tubuh yang cukup lelah, tapi aku sadar inilah konsekuensi atas pilihanku.

Meski begitu aku tentu saja tak melupakan kodratku sebagai seorang ibu, sebelum pergi mengajar aku selalu menyiapkan segala kebutuhan Dirga dan tentu saja menyiapkan kebutuhan ayahnya juga.

Kalau ingat kelakuan Mas Yoga belakangan ini membuatku terkikik geli. Bagaimana mungkin seorang ayah iri pada anak kandungnya sendiri, dan alasannya sangatlah sepele. Menurutnya aku terlalu memanjakan Dirga sampai-sampai mencampakkan dirinya sebagai suami.

Demi Allah, sikapnya benar-benar kekanakkan dan membuatku geleng-geleng kepala. Terkadang aku harus membujuknya jika tengah merajuk, rasanya aku bagai mengurus dua bayi sekaligus.

Tapi aku tentu tak menutup mata, jika sedang berduaan saja dengan anaknya Mas Yoga menjelma menjadi Ayah yang begitu perhatian dan sigap. Dia tak segan untuk membantuku mengganti popok Dirga jika aku kelelahan atau tengah mengerjakan sesuatu, dan itu dilakukan sejak usia Dirga nol bulan.

Aku bersyukur bisa mendapatkan anugerah terindah seperti ini, suami yang baik dan anak yang lucu. Aku akan senantiasa menjaga keluarga kecilku ini sebaik-baiknya, walaupun kutahu akan banyak masalah menanti di depan sana. Bukankah Manusia tak pernah luput dari salah dan masalah, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

"Mma..ma..Mma..ma." celoteh Dirga saat aku memandikannya sore hari, dengan riang dia menepuk-nepuk permukaan air di bak mandinya yang super besar.

Senyumku tak pernah lepas melihatnya, dia begitu senang bermain air, dia bahkan terlihat tak rela saat aku mengangkat tubuh kecilnya dari tempat favoritnya itu.

"Sebentar lagi Ayah pulang sayang, jadi udahan yah main airnya." kataku seraya membalutnya dengan handuk kecil lalu mengoleskan minyak telon dan bedak bayi ke seluruh tubuhnya. Dengan iseng aku menggelitikinya hingga tawanya pun pecah, memperlihatkan giginya yang sudah tumbuh lebih dari lima.

"Selesai.... Sekarang saatnya kita menyambut Ayah pulang." Ujarku riang setelah selesai memakaikannya pakaian bergambar boboi boy, lalu menggandeng tangannya melangkah beriringan menuju pintu utama.

***

Usai menidurkan Dirga aku lantas menghampiri Mas Yoga yang kini sedang duduk bersandar pada kepala ranjang sambil memangku laptopnya, dasar workerholic.

Sebening Cinta NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang