ALTHEA [3.3]

26 5 1
                                    

Dont Forget To Vote & Comment (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠-⁠☆
.
.
.
TOP [3.3] Ladang Anggur.
...
..
.

"Tampang yang baik, tidak menjamin hati juga baik." -Author ALTHEA a.k.a Bocilbakwan.

───•~❉✿❉~•───

     Mentari baru saja keluar sepenggalah dari tempatnya, tapi di suatu tempat di Al-Ard sudah terjadi huru-hara, tepatnya di kediaman Laurence. Putri kedua dari seorang Keri Bachena tertangkap basah sedang mencuri beberapa keping perak dari tabungan sang ibu.

     Sebagai ganjarannya, Shera dikurung di loteng rumah bersama sang kakak tercinta. Meski ia tak andil dalam melakukan pencurian perak, tapi kakaknya lah yang menyuruhnya untuk melakukan perbuatan tak etis tersebut.

     Pintu loteng dikunci oleh Keri, dan kuncinya ia bawa pergi berdagang. Di dalam loteng, sama sekali tidak ada benda dan jendela satupun. Hanya ada lampu kecil yang menggantung di langit-langit sebagai penerang. Lagi, Keri tidak memberikan sarapan pada mereka terlebih dahulu. Membuat perut rata dua gadis itu keroncongan meminta jatah.

    "Ini semua gara-gara engkau!" rutuk salah satu gadis yang rambut coklatnya dikepang rapih. Ia menenggelamkan wajahnya pada lipatan lutut, sembari menekan perutnya yang mulai terasa sakit. "Andai saja kau tidak mencuri perak Ibu, pasti kita tidak akan dikurung seperti ini."

     Gadis yang disalahkan hanya terdiam dengan wajah membersut. Kenapa kakaknya malah menyalahkan dirinya? Ia melakukan kegiatan di luar etis itu, karena perintahnya juga. Dan sekarang, malah ia yang terus disalahkan, enak saja! "Aku kan mencuri karena diperintahkan olehmu, Kak!" Shera membalas dengan perasaan dongkol. "Wajar saja bila Ibu mengurungmu juga."

    Althea mendongakkan wajah cantiknya lalu menoleh sengit. "Aku memang menyuruhmu untuk mengambil beberapa keping perak ibu, tapi aku tidak menyuruhmu untuk ketahuan." Perut si gadis berkornea hijau terang itu kembali berbunyi kuat dibarengi dengan rasa perih. "Dan sekarang, aku merasa lapar!"

    Shera juga merasakan hal yang sama. Sedari tadi ia menekan perutnya kuat, agar tidak terasa perih dan berbunyi seperti perut kakaknya. Keri menghukum mereka tidak main-main. Sudah dikurung di loteng, ditambah tidak diberi sarapan dulu pula.

    "Aku ingin memakan anggur," celetuk Shera tiba-tiba. Perlahan mata gadis itu memejam, membayangkan rasa manis dan kesegarannya buah anggur, apalagi bila dipetik langsung dari tangkainya. "Pasti menyegarkan."

   Kepala Althea mendongak, menatap atap rumah yang terbuat dari genting yang tersusun. Tatapannya terlihat kosong, pikiran dan keadaan dalam loteng begitu hening seperti keadaan di gurun sahara. "Anggur ...." Althea membeo buah yang tadi dikatakan Shera. Tak lama, ia mengingat sesuatu. "Ladang anggur kerajaan!"

    Shera membuka mata, ia menoleh lalu menaikkan satu alisnya. Althea menyamping, menghadap dan menatap Shera secara intens. "Kau tau, 'kan? Ladang anggur kerajaan yang berada di ujung desa sebelah timur, Shera?" Shera mengangguk mengiyakan. "Ayo kita ke sana! Di sana pasti banyak buah anggur yang segar-segar dan manis!"

    Mata Shera mengejap, lalu bibirnya membentuk kurva yang melengkung sempurna. Dengan cepat Shera mengangguk antusias. "Ayo! Aku juga penasaran dengan ladang anggur itu!" balas Shera sedikit memekik girang. "Tapi Kak, sepertinya ladang anggur itu dijaga ketat oleh penjaga. Bagaimana kita bisa masuk ke dalamnya?"

    Althea memukul pelan lengan Shera. "Jangan risau seperti itu! Kau lupa sedang bersama siapa sekarang?"

    Senyum Shera semakin mengembang indah. Ia balik memukul lengan Althea. "Tentu saja tidak! Sekarang, aku sedang bersama Kak Althea yang paling bijak, se-Al-Ard!'

ALTHEA; Fairy in Zein's HeartWhere stories live. Discover now