Salah Paham

112 6 1
                                    

Gus Kaizan menarik paksa Kaivan dari sana, membawanya masuk kembali ke dalam mobil. Alsya juga mencicit di belakang Kaizan, sesekali melihat ke arah Givel yang masih tergeletak di atas tanah.

Ketiga orang itu masuk ke dalam mobil. Gus Kaizan mengemudi tanpa bicara sepatah katapun. Entah apa yang ia rasakan sekarang, raut wajahnya dingin dan sulit ditebak.

Begitu juga Alsya, gadis itu sangat gelisah di tempat duduknya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Kaivan yang duduk di bangku belakang, pandangan itu terlihat cemas.

"Ka-kamu gak apa-apa?"

Celetuk Alsya tiba-tiba setelah mengumpulkan semua keberanian. Wajar saja bila ia khawatir, karena mantan suaminya itu rela mengotori tangan hanya demi dirinya barusan.

Dan sampai sekarang ia masih tidak menyangka dan tak akan pernah menyangka jika Kaivan akan menyelamatkan seperti itu.

"Hm,"

Itu saja balasan yang keluar dari mulut Kaivan. Sama sekali tidak menatap Alsya, pandangannya menerawang jauh ke luar jendela.

"A-aku serius loh, kalau ada yang sakit biar aku a-antar ke rumah sakit," cicit Alsya mempertahankan keberanian.

"Makanya jangan punya banyak cowok," tanggap Kaivan tak terduga, membuat Alsya sontak tercengang.

"A-apaan coba, siapa ju-juga yang punya banyak cowok," bantah Alsya harus membela diri.

Kaivan mendadak mengalihkan pandangan dari luar kaca mobil menuju Alsya, "Terus yang tadi apaan?" ucapnya tampak tertarik untuk sekedar mengusil.

Sedangkan yang ditatap semakin campur aduk, "Apaan coba, kamu kan dengar sendiri tadi kalau kami udah putus."

"Hati-hati Kaiz, target berikutnya pasti kamu," lanjut Kaivan malah ketagihan mengusili Alsya.

Gus Kaizan yang mendengar itu langsung merasa canggung, ia tak tahu harus bereaksi bagaimana terhadap candaan Kaivan.

"ih, apaansihhh!"

Brugh ...

Alsya yang sudah tak tahan lagi mendengar semua tuduhan itu, akhirnya melemparkan hp di tangannya ke wajah Kaivan. Tapi untungnya tidak mengenai wajah tampan itu.

"Haha," sambar Kaivan tertawa renyah. Sangat tak disangka, ini kali pertama ia tertawa lepas di hadapan Alsya.

Alsya yang tadinya merasa kesal, turut diam sejenak, memperhatikan wajah Kaivan yang begitu riang. Ternyata anak itu terlihat sangat manis jika tertawa begini, benak Alsya menerawang tak karuan.

* * *

Setelah mengemudi beberapa menit, Gus Kaizan akhirnya memarkirkan mobil di halaman rumah.

Kaivan secepat kilat turun dari mobil, meninggalkan Gus Kaizan dan Alsya di dalamnya.

"Ayo turun sebentar, ada yang mau aku ambil," ucap Kaizan sumringah. Setelahnya, keluar dari dalam mobil dan disusul Alsya.

Gus Kaizan berjalan terburu-buru menaiki kamar atas. Lalu Alsya berjalan canggung menghampiri ruang tengah, ada Kaivan di sana.

Bukannya istirahat ke kamar, Kaivan malah duduk santai di ruang tengah sembari menikmati beberapa camilan dan minuman segar yang memang sudah tersedia di sana.

Alsya tak berani duduk, ia hanya berdiri mematung beberapa meter dari Kaivan. Wajah gadis itu sangat kasihan sekali, sudah seperti orang yang meminta-minta di lampu merah.

Kaivan yang melihatnya saja turut tercengang, sampai ia menghentikan kegiatan makannya.

"Duduk mba duduk, gak ada yang larang," celetuk Kaivan dengan tawa tertahan.

Alsya terperanjat, tak menyangka jika Kaivan akan menawarinya duduk. Dan lebih tak menyangka seharian ini Kaivan sudah berbicara beberapa kali padanya.

"Gak usah, a-aku disini aja," balas Alsya canggung dan sok jual mahal.

"Pegal mbaaa .. pegalll," lanjut Kaivan entah kenapa seperti nada mengusil.

Alsya mencuri pandang sekilas, semakin merasa tak karuan dengan sisi lain Kaivan yang baru ia lihat.

"Biarin aja, bukan urusan kamu," balasnya lagi masih jual mahal.

"Yaudah, berdiri aja di situ pingsan," lanjut Kaivan memakan kembali beberapa camilan enaknya.

"Eh ngomong-ngomong, jangan sampai kamu permainin Kaizan. Sempat aku dengar dia sakit hati, habis kamu berurusan sama aku!"

Sontak Alsya mendelik tajam ke arah Kaivan, tak terima dengan kalimatnya barusan.

"Ihhh, bisa gak sih kamu gak nuduh sembarangan terus dari tadi," Alsya menghampiri Kaivan dengan tangan mengepal siap menghajarnya.

Bukannya takut, Kaivan malah sengaja tertawa usil, "Itu fakta, bukan tuduhan."

Alsya semakin geram dan menggeretak, "Apa buktinyaaa!?"

"Aku buktinya, baru dua hari udah kamu ceraikan," cercos Kaivan sangat tak terduga, bahkan sambil tertawa. Kemana perginya pangeran es yang kemarin.

"Ih ... bodohhh, itu gara-gara kamu sendiriiii!" Alsya menggerutu dan menjambak rambut Kaivan dengan kesetanan.

"Aw .. aaaaa, ampun ... ampun!" teriak Kaivan benar-benar kesakitan.

Alsya tak mendengarkan, justru gadis itu semakin habis-habisan menyerang Kaivan.

"Aaaaa ...  sakittttttt!" jerit Kaivan prustasi dan terpaksa mendorong kasar tubuh Alsya agar melepaskan rambutnya.

Brugh ...,

Cengkraman Alsya terlalu kuat hingga tubuh Kaivan ikut tertarik dan jatuh bersama tubuh Alsya. Sekarang kedua orang itu pesrsis sedang berpelukan di atas lantai, Kaivan berada di atas tubuh Alsya.

Taph ...,

Kyai Daris tiba-tiba muncul di ambang pintu, baru pulang dari pabrik ternyata. Pandangannya langsung tertuju ke arah sofa.

"Astaghfirullah!" paniknya luar biasa, sembari menghampiri Kaivan dan Alsya yang masih bertindihan.

kedua orang itu terlalu syok dan canggung hingga lupa bagaimana caranya berdiri.

Srep ...

Di saat yang bersamaan, Gus Kaizan dan mang Beni datang bersamaan. Mereka serupa terkejutnya dengan kyai Daris barusan.

"I-ini bukan seperti yang a-ayah kira," Kaivan lekas bangun bersusah payah. Sungguh, ingin ia menyembunyikan wajahnya ke dalam goa sekarang juga.

Alsya juga segera berdiri, seluruh wajahnya memerah. Tak berani menatap siapapun di ruangan itu.

"Kalian ini kenapa, kemarin kalian katanya bercerai. Kalau kalian mau rujuk lagi bilang betul-betul, jangan sembarangan begini. Kita ini orang beragama, semua ada aturannya."

Kayai Daris mendumel heboh tiba-tiba, kesalah pahamannya merajalela seketika.

Kaivan sekarang ingin mati saja rasanya, "A-ayah, tapi tadi kami cuma jat ..."

"Tidak! Tidak bisa, kalian harus dinikahkan kem ...."

"ENGGAK ...!" sambar Kaivan dan Alsya berbarengan.

Kyai Daris menatap tak terima, "Loh, tapi kalian tadi--"

"Sumpah! Tadi cuma kecelakaan, cuma jatuh doang, ayah. Si Kaivan nyari gara-gara mulu, makanya aku jambak aja rambutnya. Eh, malah jatuh dua-duanya," terang Alsya masih terdengar akrab dengan keluarga itu. Bahkan ia masih memanggil kayai Daris dengan sebutan ayah.

"Tapi kok bisa lama gitu ya jatuhnya," sahut mang Beni malah mengompori dari sebelah.

"Ya, na-namanya jatuh, sakitlah! Gak mungkin orang jatuh langsung bisa berdiri, apalagi lantainya keras. Noh, liat noh lantainya keras banget. Untung gak pecah aja kepala," semprot Kaivan malah semakin terlihat tak karuan, dan semakin memperjelas kegugupannya.

"Udah ah, capek!" lanjut Kaivan, dan langsung meninggalkan semua orang itu menuju kamarnya.

Gus KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang