Perjodohan dimulai

86 6 2
                                    

Jam 4 sore sekarang,

Pemandangan yang tak kunjung terlihat sebelumnya, seorang anak gadis dengan seragam sekolah batik biru berdiri emosi di hadapan kedua orang tuanya.

"Alsya, tolonglah nak untuk satu kali ini saja," sang ayah bahkan terdengar mengemis kepada putrinya itu.

"Gak! sekali aku bilang enggak, selamanya bakal tetap enggak!" sambar gadis itu menggeretak.

Tampak sang ibu yang tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya, lalu menatap tajam wajah putrinya yang ternyata bernama Alsya itu, "Kamu memang gak tau caranya berterima kasih."

"Wah, gila! Demi perjodohan konyol, Mama sampai tega bilang gitu sama anak sendiri. Sadar Mah, Pah, kalian itu cuma dimanfaatin sama orang itu. Palingan anaknya cacat parah sampai Ayahnya harus turun tangan buat cari jodoh. Emang Mama sama Papa tega lihat aku berjodoh sama cowo cacat?"

"Jaga ucapan kamu, Alsya! Papa sama Mama gak pernah mengajari kamu menilai fisik seseor..."

"Tuhkan benar, dia cowok cacat kan. Jangan harap aku mau nikah sama anak Bos Papa itu. Mau dia Bos, mau dia Raja, kalau anaknya cacat tetap aja jelek," dengan entengnya Alsya memotong ucapan sang Ayah.

"Cukup Alsya! Kemas sekarang juga barang-barang kamu. Mama sama Papa juga bakal berkemas. Kita gak pantas tinggal di rumah pemberian Pak Daris ini, keluarga kita terlalu tidak tau diri," Ibu Alsya angkat bicara dengan suara bergetar menahan tangis.

"Apaan sih, Mah. Rumah ini kan udah direnovasi habis-habisan pakai duit papa sendiri, berarti ini bukan rumah dia yang dulu lagi dong," bantah Alsya tiada habisnya, bak ular berbisa.

"Mama udah salah besar memanjakan kamu Alsya dengan keadaan kita yang sekarang ini. Kamu sepertinya mulai lupa bagaimana kehidupan kita yang dulu, buat makan aja harus nunggu papa kamu pulang dari pasar bawa duit upah angkat barang pedagang," balas sang Mama dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu juga lupa nak kalau rumah kita hangus terbakar di waktu itu, yang membuat Mama sama Papa harus bawa kamu tidur di jalanan. Tapi untungnya Tuhan mengirimkan orang berhati mulia, Pak Daris datang  entah dari mana memberi kita tempat tinggal layak huni, memberi papamu pekerjaan sampai kita hidup serba berkecukupan seperti sekarang ini," sambung sang Mama dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi.

"Sampai sekarang Mama sama Papa bingung Alsya gimana cara membalas kebaikan itu. Dan tiba-tiba tadi Pak Daris datang meminta bantuan, apa menurut kamu Mama sama Papa pantas menolak itu? Pikirkan, Alsya!" sambungnya tiada henti.

"Tapi kalau memang sama sekali kamu tidak bersedia menerima perjodohan ini, kita sekeluarga juga harus tau diri meninggalkan rumah dan pekerjaan papa kamu yang sekarang," tukas sang Mama mengakhiri pembicaraan, dan berlalu meninggalkan Alsya dan juga suaminya di ruang tengah itu.

"Pah," rengek Alsya meminta pembelaan sang Ayah.

"Mama kamu benar. Kemas barang kamu segera nak, kita akan cari kontrakan setelah ini," balas sang Ayah yang sebenarnya tidak tega melihat putrinya itu.

Sama halnya dengan Alsya, ia juga sebenarnya takut jika ternyata putra Pak Daris memang cacat atau memiliki kelainan sampai harus dijodohkan seperti ini. Kalau anak Pak Daris itu memang normal, tidak mungkin gadis seperti Alsya yang mereka cari, harusnya menikah dengan keluarga setara, pikir sang Ayah menyembunyikan cemas.

**
Flash back

Kaivan pingsan untuk kedua kalinya saat ditakuti sosok jin Akuji, dan di saat itu juga lah Kyai Daris panik luar biasa memikirkan bagaimana nasib putra bungsunya itu.

Ia terus memikirkan amalan yang dimaksud Kyai Malik, menikahkan Kaivan. Itu satu-satunya cara untuk melepaskan Kaivan dari ikatan Akuji.

Saat Kaivan telah sadarkan diri, dan memilih istirahat lebih lanjut, kyai Daris mengajak Kaizan keluar sebentar untuk bertukar pikiran.

Di teras rumah, Kyai Daris mengatakan maksudnya bahwa apapun yang terjadi dia harus segera menikahkan Kaivan. Dan meminta pengertian Gus Kaizan selaku Abang bahwa Kaivan akan mendahuluinya.

Kaizan sedikit pun tidak keberatan, yang ia takutkan adalah di mana mereka akan menemukan istri untuk Kaivan. Jika wajah Mutia yang cukup lumayan saja ia anggap tak indah, lalu bagaimana dengan perempuan lainnya, pikir Kaivan sedikit prustasi.

Hingga sang Ayah tiba-tiba teringat dengan sosok Alsya, putri dari Pak Hafif yang pernah ia tolong 3 tahun lalu, dan sekarang menjabat sebagai manager di pabrik kelapa sawitnya.

Seingat Kyai Daris, anak itu berwajah cantik sekali. Kaivan sepertinya akan sulit menolak jika calon istrinya secantik itu, benak sang Ayah.

Andai saja selera Kaivan tidak memandang rupa, sang Ayah pasti tidak kesulitan mencarikannya istri. Banyak putri dari kalangan ustadz dan Kyai yang seumuran dengan Kaivan, dan semua ustadz dan Kyai itu bersahabat baik dengan Kyai Daris. Namun apa boleh buat, Kyai Daris sudah paham telak jika Kaivan tidak akan menerima wajah para gadis itu.

Hingga Kyai Daris memberanikan diri menemui Pak Hafif dan mengutarakan maksudnya yang ingin melamar Alsya untuk puta bungsunya.

Gus KembarWhere stories live. Discover now