Bagaimana Jadinya?

69 7 2
                                    

"Ayo kita pisah, bilang sama ayah kamu kalau aku yang minta cerai," lirih Alsya dengan suara bergetar menahan tangis.

Kaivan terdiam mematung, raut wajahnya seolah mensinyalir jika dirinya terpukul menerima semua kalimat barusan.

"A-aku minta ma ..."

"Aku mau pisah," tegas Alsya walau dengan suara yang semakin parau.

"T-tapi aku udah minta ma ..."

"Aku bilang pisah, ya pisahhhh!"

Alsya tiba-tiba berteriak, memenuhi seisi ruangan itu.

"Ada apa ini!?"

Serentak keluarga yang menunggu di luar pintu dikejutkan dengan teriakan Alsya yang begitu nyaring, semuanya sontak berlari panik ke dalam ruangan.

"Ada apa ini Kaiv, Alsya?" sambar kyai Daris dengan segala wajah cemasnya.

Kaivan dan Alsya menatap bersamaan ke arah keluarga yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan itu.

"Yaudah! Kita pisah, puas kamu!"

Kaivan balas berteriak juga, seraya melangkah meninggalkan ruangan.

"Kalian semua--" tiba-tiba saja Alsya menunjuk evil ke arah keluarganya. Tatapan itu terlihat sangat gusar.

"Kalian semua harusnya dihukum karena ngejodohin orang asal-asalan," lanjut Alsya berteriak bak kesetanan.

"Hei, mana boleh kamu ngomong begitu."

Dengan sigap Kaizan menghampiri Alsya, dan mencoba menenangkan.

"KELUAR KALIAN SEMUAAA!"

Teriak Alsya lagi semakin menggila, bahkan ia menarik kasar rambutnya sendiri.

Keadaan semakin kacau, orang tua Alsya sekalipun tidak bisa mendekati putri mereka sendiri untuk saat ini.

Barangkali ini adalah dosa yang memang harus mereka tanggung karena sudah memperalat Alsya untuk urusan balas budi.

"Ayah, bisa kalian keluar sebentar. Kaiz bakal coba nenangin Alsya," ucap Kaizan kurang yakin juga sebenarnya.

Tapi biar bagaimana pun ia harus bertanggung jawab atas kekacauan yang telah adiknya itu perbuat.

Pun, dengan berat hati para orang tua itu berjalan surut keluar ruangan. Membiarkan Alsya dan Gus Kaizan tinggal berdua di dalamnya.

"Kamu juga keluarrrr!"

"Gak pantas satu pun dari kalian ada yang pura-pura peduli sama aku!"

Alsya tetap berteriak dan mencoba mendorong Gus Kaizan yang berdiri tepat di sebelah ranjangnya.

"Keluarrrrrr!" Alsya semakin kasar dan sekuat tenaga mendorong tubuh Gus Kaizan.

"KAMU DIAMMM!"

Gus Kaizan balas berteriak, sungguh sama sekali tidak diduga.

Sontak, Alsya terdiam. Tangannya perlahan lepas dari baju Gus Kaizan yang ia tarik-tarik kasar sedari tadi.

"Aku peduli sama kamu,"

Sungguh, Gus Kaizan membawa Alsya ke dalam pelukannya, bersamaan dengan cairan bening yang berhasil lolos dari kedua sudut matanya.

Entah ini akan menjadi dosa besar baginya karena sudah menyentuh perempuan yang bukan mahramnya, atau akan ada dosa yang jauh lebih besar lagi yang harus ia tanggung karena telah berani menaruh rasa kepada istri adiknya sendiri.

"Kamu ke mana seharian ini, aku beberapa kali coba hubungin nomor kamu tapi gak dijawab sama sekali," tutur Gus Kaizan teramat lembut, seraya mengusap-usap pucuk kepala Alsya.

"Aku hampir dibunuh," lirih Alsya menangis di pelukan Gus Kaizan.

Gadis itu juga mulai terlihat tenang kembali. Sepertinya memang benar jika ia membutuhkan seseorang yang bisa merangkul dan mendengarnya.

"Udah, gak usah takut lagi ya. Mulai sekarang aku ada di sini, ada apa-apa langsung lari ke aku," ucap Kaizan setengah berbisik, terdengar begitu menenangkan.

"Makasih," Alsya tiba-tiba mengeratkan pelukannya, seakan tidak mau lepas dari pelukan Gus tampan itu.

Deg ...

Gus Kaizan merasakan gugup yang luar biasa, wajahnya kini memerah bak kepiting rebus.

"Udah, kamu istirahat ya," Gus Kaizan menarik halus tubuhnya dari pelukan Alsya. Sebenarnya ia takut jika Alsya mendengar detak jantungnya yang sangat tidak karuan untuk saat ini.

"Kamu mau ke mana?" Alsya seketika memasang raut wajah sedih.

"Kamu tidur, aku gak kemana-mana," balas Gus Kaizan seraya merapikan selimut Alsya yang sudah sangat berantakan.

Sementara itu, Kaivan menempuh perjalanan pulang di tengah derasnya hujan. Sepertinya ia akan segera terkena sakit karena sudah berapa kali ia melewati derasnya hujan di malam ini.

"Yaudah, kalau mau cerai ya cerai aja. Siapa juga yang mau nikah sama dia. Dikira aku cinta apa sama dia," dumel heboh Kaivan di atas motornya.



Gus KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang