BAB 12 : Awal Dari Penentuan

11 1 0
                                    

Di saat baru saja hendak mengeluarkan bekal makan siang. Tiba-tiba speaker di kelas berbising cukup nyaring, nampak hendak mengumumkan sesuatu.

"Siswa bernama Kawahara Kyutsuki diharap segera pergi ke ruang kepala sekolah."

Tentu saja kalimat itu membuat tatapan di sekeliling mengarah padaku sembari diselingi bisikan satu sama lain. Di saat mereka semua membicarakanku, hanya Katsubaki lah yang nampak bingung melihat tingkah mereka.

Kalau dipanggil tentang bimbingan itu, bukankah akan lebih baik diberitahu langsung lewat pesan? Kalau begini, malah nambah rumor baru nantinya.

Tanpa membuang banyak waktu, akupun segera berjalan ke luar menuju ke ruangan Kepala Sekolah sesuai perintah dengan langkah yang terasa cukup berat.

Saat masuk ke dalam ruangan Kepala Sekolah, kudapati Ohara-sensei juga berada di sini, yang berarti ia juga ikut dipanggil.

Apa ini semacam laporan bulanan sama Kepala Sekolah? Atau jangan-jangan, malah nambah murid baru lagi?!

Kuharap itu cuma pikiran lewat saja.

Kini bersama Ohara-sensei, kami berdua dipersilahkan duduk di kursi sembari menghadap ke arah Kepala Sekolah yang sedari tadi memperhatikan kami dengan tatapan serius.

"Kalian tahu kenapa aku membawa kalian ke sini, kan?" tanya Kepala Sekolah.

"Melaporkan perkembangan Project Revenge ...?" merasa tak yakin, Ohara-sensei menjawab dengan nada tanya.

"Oke, jadi bagaimana? Apa sudah ada banyak kemajuan?"

Dengan gagap, Ohara-sensei menjawab. "I-Iya, nilai mereka naik lebih baik dari sebelumnya. Selain it—"

"Nilai mereka memang naik, atau bisa saya bilang cuma dua orang saja yang naik. Satu orang lagi tersangkut, tidak ada perkembangan." Potongku menyela Ohara-sensei.

Raut wajah terkejut Ohara-sensei tunjukan setelah selesai aku menyelesaikan kata-kata.

Refleks Ohara-sensei mendekatiku, lalu berbisik. "Kenapa malah jujur gitu?"

"Cepat atau lambat, nanti Kepala Sekolah juga bakal tahu. Dan juga aku benci bohong." Jawabku ikut berbisik.

Decit kesal Ohara-sensei berikan. "Merepotkan nih anak."

"Ehem."

Batuk disengaja dari Kepala Sekolah, membuat kami yang mendengar itu kembali ke posisi masing-masing lalu memperbaiki postur duduk.

Rasa khawatir sedikit Kepala Sekolah tunjukan dari wajahnya. "Sepertinya kurang bagus ya. Apa perlu aku minta seseorang yang lebih berpengalaman untuk membantumu?"

"Tidak, makasih. Saya sendiri sudah cukup untuk mengajari mereka." Jawabku menolak.

Alih-alih terbantu, menambah orang justru bakal bikin pekerjaanku tambah banyak. Lagipula bekerja sendiri sudah jadi makanan sehari-hariku.

"Tapi kalau begitu terus nggak bakal ada perkembangan kan, Kawahara-kun?"

Terus terang, ucapan Kepala Sekolah memang benar adanya. Dalam keadaan sekarang, agak susah untukku seorang diri mengajari mereka bertiga. Tapi walaupun begitu, aku sudah berjanji pada mereka dan diriku sendiri.

Bimbang dihati kuhilangkan, lalu kujawab. "Memang, kemarin saya cukup kesulitan mengajari mereka. Tapi kali ini saya yakin bisa menaikan nilai mereka secara bersamaan."

Kepala Sekolah pun terdiam setelah mendengar jawaban penuh keyakinan dariku.

Tarik napas panjang Kepala Sekolah ambil, kemudian membalas. "Kalau begitu begini saja, jika nilai mereka tak berada di atas 70 di semua mata pelajaran ujian depan nanti. Aku akan minta orang tambahan buat ngajarin mereka, gimana?"

Project Revenge Do i going to help them get their Revenge?Where stories live. Discover now