13. Rubah licik

32 0 0
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya Ghifari bersekolah, terkecuali hari Sabtu dan minggu sekolah diliburkan.

Saat ini sekelompok laki-laki dan perempuan tengah berada ditengah lapangan. Hari ini jam mapel olahraga kelas XI MIPA 2 beserta beberapa kelas lainnya yang memang bersamaan dengan hari olahraganya.

"Jadi anak-anak! Hari ini kita mau praktek bola basket!" Guru yang biasa dipanggil Pak Afandi itu berujar lantang setelah melakukan pemanasan.

"Baik langsung saja saya bagi kalian berkelompok-kelompok," lanjut Pak Afandi lagi seraya memeriksa absen.

"Cleoja."

Sang empu yang sedang asik mengusili para anak gadis kelasnya langsung saja berhenti dengan kegiatannya.

"Saya, Pak."

"Ini jumlah keseluruhan siswa tiga puluh tiga?"

"Iya, Pak, tapi sekarang tersisa tiga puluh dua karena ada teman kami dua hari yang lalu pindah."

Selain menjadi wakil ketua di Riojan gang, Oja juga menjadi sekretaris dikelasnya. Sedangkan Ghifari sebagai ketua kelas.

"Yasudah saya serahin ke kamu, bagi kelompoknya. Saya ada urusan sebentar," kata Pak Afandi seraya mengeluarkan handphonenya yang sedari tadi bergetar didalam saku celana.

Setelah guru itu benar-benar pergi, barulah Oja membagi kelompok. Semua teman sekelasnya berubah menjadi bising, membicarakan bersama siapa dan akan berada di tim manakah mereka.

Hingga pada Oja membagi kelompok yang kedua setelah kelompok pertama yang tadinya berisikan delapan orang kini terbagi menjadi dua kubu. Yang masing-masing tim A dan tim B beranggotakan empat orang.

"Ayka, Ghifari, Dena, dan gue Cleoja yang tampan di tim A kelompok dua," ujar Oja.

"Huuuu~ manusia narsis," teriak teman-teman sekelas Oja ketika mendengar penuturannya.

Tidak peduli dengan sorakan teman-temannya, Oja melanjutkan kegiatannya.

"Ferel, Mia, Nisa, dan Raihan di tim B kelompok dua."

Usai satu kelas itu terbagi menjadi beberapa kelompok, semuanya mulai bermain bola basket.

"Ri! Oper kemari!" Teriak Oja pada Ghifari yang sedang menggiring bola basket.

Dengan gesit Ghifari memutar tubuhnya ketika Ferel, rival timnya hampir saja mengambil alih bola basket. Bukannya memberikan Oja, Remaja itu malah membawa bola ke arah lain.

"Dena!" Panggil Ghifari.

Dena yang mengerti, mengambil alih bola basket dengan lihai. Gadis itu menggiring bola basket menuju ring lawan.

Setelah benar-benar yakin dengan posisinya, Dena pun melemparkan bola. Bukannya masuk, bola basket tersebut malah berbalik arah kepadanya akibat pantulan dari besi ring.

Dena!

Bugh!

"Aws! Sakit, hiks," keluh Dena yang sudah terjatuh di lantai lapangan yang kasar. Sikutnya berdarah.

"Dena, kamu gak apa-apa, kan?" Tanya seorang gadis berhijab putih segitiga yang telah menyelamatkan Dena dari bola basket tadi yang hampir mengenai kepalanya.

"Ayka? Lo sengaja dorong gue!? Hiks, sakit tau." Dena menangis seraya mengusap sikutnya.

"Enggak, aku—"

Perkataan Ayka harus berhenti karena tiba-tiba Ghifari yang lewat didepannya dan berjongkok di hadapan Dena.

"Den, Lo gak apa-apa, kan?" Tanya Ghifari yang khawatir.

Ghifari Dindar AdamWhere stories live. Discover now