11. Zen penyelamat

39 2 0
                                    

"Ah! Ay, Sakit!" Sahut Ghifari menahan perihnya cubitan kecil dari gadis itu.

"Kamu diem aja, nanti kamu tahu kalau kita udah sampai."

Sesampainya di tujuan, Ghifari melepaskan helm-nya. Ia menoleh ke belakang dimana gadis yang duduk di jok belakangnya sedang sibuk menatap kearah lain.

"Manis," gumam Ghifari sembari mengulas senyumnya yang terlihat begitu tampan dengan lesung pipi.

Menyadari tatapan dari seseorang, Ayka mengalihkan pandangannya kepada objek yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Ngapain lihat-lihat! Matanya mau aku colok?!" Sungut Ayka.

Tangan Ghifari terangkat menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Astagfirullahaladzim. Maaf ya, Ay, aku khilaf."

"Alasan," kata Ayka acuh.

"Aku mau pulang, kenapa kamu bawa aku kesini! Kamu penculik!" Sarkas Ayka. "Aku 'kan udah bilang jangan dekat-dekat sama aku lagi!" Lanjutnya.

"Udah. Jangan bicara disini. Sekarang kamu ikut aku."

Tanpa permisi, Ghifari memegang pergelangan tangan Ayka yang terhalang baju seragam panjangnya, jadi Ghifari tidak menyentuh kulit Ayka secara langsung.

Keduanya berjalan beriringan, bersama mulut Ayka yang tak bisa diam walau semenit pun.

"Aku gak mau ikut! Aku mau pulang!" Rengek Ayka mencoba melepaskan bajunya yang terus ditarik Ghifari.

Sesampainya di tempat tujuan, Ghifari menoleh menatap Ayka.

"Kita udah sampai," kata Ghifari dengan suara lembut.

Gadis itu terdiam sembari melihat sekelilingnya.

"Kita ke pantai?" Beo Ayka yang baru menyadari bahwa ia dibawa ke pantai.

"Hm," jawab Ghifari berdehem. "Gimana, suka enggak?"

Kening Ayka berkerut bingung.
"Untuk apa kamu bawa aku kesini? Aku gak mau mandi."

Mendengar lontaran gadis didepannya membuat Ghifari menyemburkan tawanya.

"Kok ketawa, sih!" Kesal Ayka. "Gak lucu!"

"Ay, denger. Aku bawa kamu kesini biar pikiran kamu adem, biar kamu enggak tertekan di rumah terus," jelas Ghifari.

Pernyataan Ghifari membuat Ayka terharu. Gadis itu menahan bulir air matanya dengan berkedip berulang kali.

"Untuk apa kamu lakuin itu? Aku dan kamu ... Bukan siapa-siapa. Kamu juga baru kenal aku beberapa bulan yang lalu," celetuk Ayka.

"Kita teman 'kan?" Tanya Ghifari. Namun, tidak mendapatkan respon apapun.

"Disana kamu gak punya sandaran. Tapi disini, dan saat ini kamu sekarang punya sandaran untuk kamu berkeluh kesah nanti. Itulah untungnya mempunyai seorang teman. Gak peduli kamu dan aku siapa. Gak peduli kita baru kenal."

"Ay, sekarang aku mau tahu alasan kamu jauhin aku karena apa," lanjut Ghifari menatap dalam manik mata gadis itu.

"Ari-"

"Stop dulu, Ay. Kita ke batu karang yang disana, biar kamu rileks saat mengeluarkan kata demi kata nanti."

Ayka mendelik tajam. "Kok kamu makin hari makin lebay?"

Cowok berlesung pipi itu tak menjawab melainkan membawa Ayka ke sebuah bebatuan tinggi yang ada dipinggir pantai.

Disana terdapat pohon kelapa juga.

Ghifari Dindar AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang