sembilan belas

Mulai dari awal
                                    

"Di jalan, Sayang. Kenapa?" suara mendayu khas orang mabuk terdengar.

"Jangan bohong, Regan."

Suara tawa pelan Regan terdengar.

"Gue lagi nge-club, Sayang. Kenapa?" suara Regan terdengar sedikit berteriak.

"Pulang."

"Hm? Gak mau!" Hanna mendengus mendengar jawaban Regan yang terdengar sedikit lucu baginya.

"Pulang, Reg. Aku tunggu di kamar kamu."

"Haha. Oki doki, Sayangku. Regan pulang abis ini. Muwahh."

Tut!

Suara sambungan telepon yang dimatikan terdengar. Hanna menahan bibirnya untuk tidak tersenyum mendengar kalimat terakhir cowok itu.

Regan yang mabuk adalah sosok yang berbeda dengan biasanya. Regan mabuk memiliki tingkah yang lebih lucu dan menggemaskan.

Tapi, tentu saja ia tidak boleh luluh begitu saja. Ia harus setidaknya marah ketika cowok itu tiba di rumah, agar mabuk-mabukan tidak menjadi kebiasaan.

Gadis itu meletakkan ponselnya di samping bantal, kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar menuju kamar Regan.

Cukup lama menunggu, Regan akhirnya datang. Cowok itu langsung memeluk tubuh Hanna yang duduk di pinggir kasur erat dan menduselkan wajahnya di ceruk leher Hanna.

"Lepas, Reg!"

Hanna berusaha melepaskan lengan besar yang melingkari tubuhnya erat. Ia harus pura-pura marah.

"Gak mau!" jawabnya cepat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih bersarang di leher Hanna.

"Lepas. Aku gak suka bau alkohol!" ucap Hanna lagi, lebih tegas.

"Oke!"

Hanna mengerutkan keningnya bingung mendengar jawaban Regan yang diluar ekspektasinya.

Pelukan Regan terlepas, cowok itu beralih melepas jaket dan juga kaosnya. Menyisakan celana panjang berwarna hitam.

Seluruh gerak gerik Regan tidak lepas dari mata Hanna. Ia sedikit mundur saat Regan kembali mendekat.

Tubuh besar itu kembali mendekap tubuh kecil Hanna yang diam saja.

"Udah gak bau, kan?" Hanna mendengus mendegar perkataan Regan.

"Aku gak mau lihat kamu teler kayak gini. Kalau tetep kayak gini, aku gak mau ketemu kamu lagi!"

Regan menjauhkan tubuhnya mendengar perkataan Hanna. Cowok itu menatap bingung Hanna dengan wajah tidak karuan karena mabuk.

"Kok gitu sih ngomongnya? Jahat banget!" Regan beralih duduk di pinggir kasur sisi lainnya, tidak ingin menatap Hanna.

"Kalau emang masih mau ketemu aku, gausah mabuk-mabukan. Buat apaan sih kayak gitu?" Hanna menatap tidak suka Regan.

"Diajak Gading, Sayang," Regan menoleh menatap Hanna dengan raut sedih.

"Ya kan bisa nolak," Regan memejamkan matanya dan beralih membuang pandangannya.

"Iya, aku minta maaf ya, Sayangku. Gak lagi, kok. Udah yuk, kita tidur," Regan naik ke kasur, memeluk tubuh Hanna dari belakang dan membawanya untuk tidur di ranjang.

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang