Alsya Masuk Pesantren

Start from the beginning
                                    

Dan satu yang paling menarik, entah apa sebabnya Alsya secara tiba-tiba meminta orang tuanya memindahkan dirinya ke pesantren milik Kyai Daris.

Gadis itu beralasan bahwa ia ingin memulai hidup baru di sana, ia juga memutuskan untuk tinggal di asrama ponpes.

Sepertinya semua itu hanyalah alasan pemanis saja, alasan yang sebenarnya pasti ada udang di balik batu.

Orang tua Alsya yang tak tahu apa-apa, merasa sangat bahagia dengan keputusan putri mereka itu.

Flashback off

* * *

Pagi yang cerah, bersenandung kicau merdu burung di sekeliling rumah.

Ada kyai Daris dan kedua putranya yang baru saja memasuki mobil.

Entah kenapa sang kyai hari ini tidak mengizinkan anaknya mengendarai motor masing-masing ke sekolah.

Apa karena Kaivan baru bercerai? Mana mungkin. Lagian, apa juga hubungannya.

Kedua Gus tampan itu lalu memasuki mobil sang ayah dengan suasana wajah bertolak belakang, Kaizan terlihat cerah sekali di pagi ini, sementara Kaivan teramat kusut, bak tiada gairah hidup.

Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mobil tiba di ponpes. Kaizan akan segera turun, lalu Kaivan akan diantar sang ayah ke sekolahnya.

"Kaizzz,"

Saat Gus Kaizan turun dari mobil, ada seorang perempuan yang menyambut riang di dekat pagar.

"Heii," balas sapa Kaizan terlihat jauh lebih riang.

Kaivan yang merasa aneh, langsung mencoba mengintip dari kaca mobil.

Deg ...

Layaknya ranting yang patah, hati Kaivan tiba-tiba berdernyit sedikit sakit menyaksikan pemandangan di hadapannya.

Iya, ternyata benar jika Alsya hari ini jadi pindah ke pesantren.

Gadis itu terlihat sangat anggun dengan seragam santriwati yang ia kenakan. Hal itu membuat perasaan Kaivan semakin berkecamuk karena mengingatkannya akan seseorang.

"Huh," terdengar Kaivan menghela napas berat, seraya ia bersender lesu di bangku mobil.

Kyai Daris menggelengkan samar kepalanya. Sepertinya ia paham dengan apa yang Kaivan rasakan.

Tak mau berpikir lama, kyai Daris lekas membawa Kaivan pergi dari sana.

Gus Kaizan dan Alsya pun berjalan berdua masuk ke dalam. Kini semua pandangan orang sekeliling tertuju pada mereka berdua. Pasalnya selama ini Kaizan terkenal sebagai santriwan yang dingin dan irit bersosialisasi.

Ditambah lagi Gus Kaizan adalah sosok yang dikagumi banyak para santri putri. Jadi, wajar saja jika sekarang mereka menatap bak singa kelaparan.

"Perlengkapan kamu udah diantar?" tanya Kaivan sedikit canggung.

"Udah dong, tadi diantar sama papa," balas Alsya begitu riang, seolah ia bukanlah orang yang teriak-teriak heboh kemarin di rumah sakit.

"Bagus, berarti nanti malam kamu tidur di sini dong," lanjut Kaizan mulai mencairkan suasana.

"Tapi kamu pulang, aku jadi takut karena belum kenal siapa-siapa," Alsya sontak memasang wajah sedih yang sengaja dibuat-buat.

Perasaan Gus tampan itu semakin tak karuan, setiap kalimat Alsya berhasil membuatnya seolah dibutuhkan.

Kaizan memang menyukai orang yang bergantung padanya, layaknya Kaivan yang selalu merengek terhadapnya.

"Kalau gitu, aku gak usah pulang aja malam ini. Takut kamu kenapa-napa juga," ucap Kaizan kemudian.

"Yaeyyy," Alsya tiba-tiba melompat kegirangan dan berniat memeluk Kaizan.

Tapi untung saja Gus tampan itu sigap menghindar, lalu memberitahu jika banyak orang yang melihat ke arah mereka.

Barulah Alsya tersadar, dan lekas menjaga sikapnya kembali.

"Berarti kalau gak ada yang lihat, kita boleh pelukan," bisik Alsya terlihat serius.

"Astagfirullah! Sama aja, gak boleh juga," bantah Kaizan menahan tawa, lalu memukul pelan kepala Alsya menggunakan buku di tangannya.

"Assalamualaikum, Gus,"

Tiba-tiba Mutia dan beberapa temannya menghadang Gus Kaizan dan Alsya yang tengah asik berjalan.

"Waalaikumsalam," balas Gus Kaizan sopan dan ramah, merasa biasa saja. Sedangkan Alsya menatap bingung ke arah para perempuan itu.







Gus KembarWhere stories live. Discover now