22. Uang untuk beli mayat

4 1 1
                                    

Hal paling bodoh yang pernah dilakukan Seth adalah mengajak teman-temannya kabur dari asrama, padahal dia tahu mereka tak punya uang sama sekali. Alasan kaburnya sangat sepele, tak ada mayat bagus di sekolah untuk praktik pembangkitan mayatnya.

"Kau mau beli mayat untuk percobaan itu?" Seth mengangguk ketika teman-temannya bertanya.

Karena hari itu sudah memdekati hari libur dan mereka harus pulang ke rumah masing-masing saat natal, maka mereka memutuskan untuk mencari uang sendiri dengan cara apa pun. Setelah berpikir bahwa bisnis Jese mungkin masih kurang cukup menghasilkan, mereka pun mulai melakukan banyak hal agar uang cepat terkumpul. Seperti memanfaatkan popularitas Reginald untuk berdagang kue, Percival membuka tutor, dan Seth membuka jasa baca tarot.

Dan setiap sore mereka akan mengamen di pusat Westmeinster dengan topeng hello kitty. Reginald memainkan seruling, Percival biola, Seth piano dan Jese dengan kepercayaan dirinya menjadi vokalis.

Semua sudah berada di posisinya masing-masing sementara orang masih berlalu-lalang melewati jalanan bersalju seraya merapatkan pakaian dingin mereka. Biasanya mereka baru akan berbalik kala band dadakan itu mulai bersuara.

Jese menarik napas, mendengar harmoni yang mulai dimainkan teman-temanya, menunggu waktunya menyayikan lagu yang mereka buat.

"Hidupilah hidupmu
Nikmati saja semua ini
selagi masih hidup
Bunga mekar lusa
Kita mungkin tak tahu itu
Bunga layu esok
Kita sudah pasti akan tahu."

Suara merdu Jese sebenarnya sudah dibantu kekuatan entitas sang Suara agar dapat mendatangkan lebih banyak penonton untuk pertunjukan kecil mereka. Ah, sebenarnya suara Jese juga tak bagus-bagus amat, dan menurut Percival lirik yang dibuat Reginald sangat aneh, tetapi Seth setuju-setuju saja.

Dies Iræ [DWC NPC 2024]Where stories live. Discover now