8. Feeling like there's nothing I can do

5 1 0
                                    

Seth tak pernah siap untuk mati sekalipun ia kadang-kadang dianggap terobsesi dengan mayat. Ia bukan kakeknya yang sudah sering pergi berlibur dengan sang Kematian, bukan juga ayahnya yang sukarela menyerahkan diri pada sang Keputusasaan untuk menyusul ibunya. Seth hanyalah anak kecil yang tak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan dan untuk apa ia hidup. Pikirnya, mungkin akan lebih baik jika dunia ini dibiarkan saja untuk segera berakhir dan ia bisa langsung menemui kedua orangtuanya.

Seth tak terlalu merasa kehidupan di dunia ini masih layak berlanjut, mungkin akan lebih baik jika ia biarkan saja orang yang mencuri bukunya menghancurkan dunia ini bersama dirinya juga. Toh, sejak awal kehadirannya tak diinginkan siapa pun. Jiwanya sudah terkutuk bahkan sebelum ia dilahirkan.

"Seth, kau belum mati, kan?"

Percival menepuk punggung Seth berkali-kali untuk membangunkannya sebab anak itu masih bernapas tetapi sama sekali tak bergerak.

"Belum," kata Seth lemas.

Mereka salah lokasi pendaratan sebab sepupu Seth, Cathal, mengejar mereka sampai ke dalam ruang kosong milik sang Ruang. Sang Ruang sangat marah dan mengira Seth yang membawa Cathal hingga akhirnya ia dikeluarkan dari ruang kosong ke antah berantah. Seharusnya mereka ke Institut Pascal tetapi membujuk sang Ruang sekarang sepertinya tak ada gunanya, ia terlampau marah dan tak yakin Seth bakal dimaafkan.

"Di mana ini?" Tanya Seth setelah ia mulai berusaha bangkit berdiri. Kumpulan alat berat dari logam di sekitar mereka sepanjang mata memandang, hanya beberapa meter dari laut.

"Kilang Minyak Fawley," jawab Percival setelah melihat posisi mereka dari aplikasi peta di ponselnya. "Jese bilang kita sebaiknya segera pulang, aku akan pesan Uber. Kita masih punya tiga jam sebelum makan malam."

Seth menahan tangan Percival dan segera menyeretnya bersembunyi di pilar besi terdekat. Percival segera melepas pegangan tangan Seth setelah mereka menyatukan diri dengan bayangan. "Ada apa lagi?"

"Cathal, aku merasakan baunya."

Percival mendelik tak percaya, kemudian ia ingat beberapa saat lalu mereka dibuang bersama Cathal dari ruang kosong milik sang Ruang. Masalahnya ia tak melihat sepupu Seth itu sejak tadi. Apakah mungkin ia sudah sadar lebih dulu?

"Apa masalahmu dengan Cathal?"

"Dia yang paling berbahaya, terakhir aku bertemu dengannya, ia membakar desa kecil di pelosok Irlandia."

"Seperti Reginald?" Timpal Percival.

Seth menggeleng. "Lebih buruk dari itu, dia sinting!"

"Siapa yang kau sebut sinting?"

Keduanya tercekat ketika suara berat itu terdengar dari atas mereka, ketika menoleh ke atas, Cathal melompat dari sana dan segera menindih tubuh kurus Seth sampai anak itu mengadu kesakitan. "Kau seharusnya mati saja, pecundang."

Seth berusaha melepaskan cekikan Cathal, sementara Percival mulai beringsut mundur seakan berniat meninggalkan Seth. Cathal tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan Percival. "Lihat, kau tak pernah punya siapa-siapa." Cekikannya semakin kuat.

Air mata di pelupuk mata Seth sudah nyaris mengalir diikuti irama jantungnya yang melemah. Sayup-sayup ia mendengar sirine polisi dari kejauhan, dan cekikan di lehernya mendadak longgar setelah bunyi benda keras menghantam kepala Cathal. Di belakangnya berdiri Percival yang memegang palang besi.

"Pikirmu aku tak melihatmu saat kau bangun lebih dulu tadi?" Tanya Percival pada Cathal yang pingsan di bawah kakinya.

"Pikirmu aku tak melihatmu saat kau bangun lebih dulu tadi?" Tanya Percival pada Cathal yang pingsan di bawah kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 8: fiksi mini maks 500 kata berdasarkan gacha ganbar

Day 8: fiksi mini maks 500 kata berdasarkan gacha ganbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dies Iræ [DWC NPC 2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang