40. Perkara Mobil Jemputan

Start from the beginning
                                    

"Bukde Laksmi emang dari dulu begitu. Kalau kamu mau tau, Bukde itu mantannya Bapak. Makanya mereka kadang suka bersaing lewat anak-anak mereka," ucap Jea memberikan penjelasan agar Caska bisa sedikit lebih tenang.

"Oh iya?" Caska terkejut.

"Iya, makanya Ibu selalu jadi sasaran empuk kalau ngumpul keluarga."

Caska berdecak sebal, "Meskipun keluargaku termasuk yang suka kumpul makan malam bersama. Tapi mereka gak sampai berkata-kata dengan jelas seperti itu."

"Namanya juga orang desa."

Caska cemberut, kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu Jea dengan posisi menyamping, kemudian tangannya mengelus pelan perut buncit Jea.

"Kasian Dedek, belum lahir udah dikata-katain."

"Tenang ya dek, besok Papa beli mulut orang yang berani ngejek kamu," tambah Caska yang membuat Jea tidak bisa menahan tawanya.

"Berati besok fix pulang ya?" Tanya Jea untuk mengkonfirmasi biar besok subuh bisa siap-siap.

"Iya, besok pamitan aja sama Bapak dan Ibu."

"Terus kita kesana pake?"

Caska menjauh sejenak kemudian mengernyitkan dahinya bingung setelah mendengar ucapan Jea, "Pake nanya!"

"Oh pake nanya?"

Caska gemas sendiri, "Maksudnya tuh, kamu pake nanya? Tentu kita kesana pake mobil. Masa pake motor, kamu lagi hamil gede gini," omel Caska.

Jea menahan senyum, "Yaudah santai dong, aku kan cuma tanya."

"Tuhkan anak kita jadi kaget!" Ujar Jea ketika merasakan tendangan kecil dari dalam perutnya.

"Oalah kaget ya dedeknya." Caska kembali mengelus perut buncit Jea.

Setidaknya setelah tujuh bulanan kemarin. Jea yang semula masih sungkan sama Caska, berubah mendekat sedikit demi sedikit. Apalagi Nenek sudah welcome dengan kehadiran Jea, maka tidak ada yang perlu Jea khawatirkan lagi bukan?

***

"Pasti tadi malam begadang lagi nonton Bola?!" Wanita paruh baya itu mengomel saat hendak keluar rumah.

Dia harus pergi membeli sayur dan daging yang akan dia masak untuk Prita, putri kesayangannya yang paling sukses menurutnya. Apalagi setelah sekian lama Prita tidak pulang, dia sekarang akan kembali untuk berkunjung.

Sayangnya sang suami malah bersikap acuh dan begadang nonton bola sehabis pulang judi semalam. Sebenarnya Laksmi juga lelah sama keadaan, kalau gak ingat Prita dan Harga dirinya yang tinggi, mungkin dari lama Laksmi udah cerai sama suaminya.

Kebetulan abang-abang jual sayurnya ada di rumah dekat rumah Jea. Jadi dia melihat langsung ada mobil mewah yang terparkir di depan. Padahal ini jam tujuh pagi, tapi kenapa bisa ada orang yang datang berkunjung kesana?

"Eh bu, siapa yang datang pagi-pagi untuk bertamu?"

"Aduh Bu Laksmi teh naon atuh, kan Pak Jaelani iparnya situ, kok tanya saya," jawab Ibu-ibu di sebelahnya.

"Saya gak kontekan, mau kesana juga gak enak. Siapa tau beneran ada tamu kan?"

"Katanya sih itu mobil menantunya Pak Jaelani." Abang jualan sayur yang sedari tadi hanya menjadi pendengar, kini mulai buka suara.

"Hah? Yang bener atuh, Menantunya Pak Jaelani yang mana?"

"Menantu bungsu katanya," jawab Abang-abang tersebut.

Laksmi jadi panas sendiri mendengarnya. Toh juga gak mungkin suaminya Jea yang punya mobil mewah itu. Pekerja suaminya aja gak jelas apa? Begitulah kira-kira isi pemikiran Laksmi.

"Jangan-jangan suaminya Jea itu orang kaya lagi? Dilihat dari mobil dan Neneknya yang kemarin datang pas acara tujuh bulanan, memang terlihat seperti bukan orang sembarangan," celetuk salah satu ibu-ibu yang buat Laksmi agak gimana gitu ....

"Biasa gitu ibu, kadang ada yang pura-pura kaya. Siapa tau mobil itu mobil rent car," ucap Laksmi yang membuat suasana sekitar berubah hening.

"Aduh Bu Laksmi kayanya takut kalah saing nih. Apalagi Prita juga nikah sama bule kaya kan?"

Laksmi berdecih pelan, "Takut kalah saing gimana? Wong jelas-jelas kalau emang mobil itu punya suaminya Jea, kenapa dari kemarin gak mejeng disana? Kenapa baru ada sekarang?" Alibi Bu Laksmi kuat juga rupanya.

"Eh bener tuh kata bu Laksmi. Orang beberapa hari yang lalu saya masih lihat suaminya Jea pakai kaos partai."

Ibu-ibu lainnya menggelengkan kepala, sementara Abang penjual sayurnya hanya bisa menghela nafas, "Udah bu, mending sekarang fokus belanja sayur. Ngomongin orang terus itu dosa lho."

Sementara disisi lain ada Jea dan Caska yang siap pamitan kepada Ibu dan Bapak. Rencananya Mbak Ayu mau titip Riris biar sekalian ikut, tapi Ibu larang.

Riris itu gak bisa diem dan anaknya lumayan aktif. Takutnya Jea kerepotan karena harus jaga Riris apalagi sedang hamil besar.

Saat sampai di depan pagar rumah, kedua orang tua Jea tampak asing melihat mobil Fortuner berwarna hitam yang parkir tepat di depan pagar. Bahkan ada seorang pria yang berdiri di samping mobil tersebut.

"Barang-barang lainnya gak ada tuan?" Tanya pria tersebut, sementara Caska menggelengkan kepalanya sembari memberikan beberapa oleh-oleh alami dari kedua mertuanya.

"Ka, ini mobilnya siapa?" Tanya Bapak.

"Mobil Cas---"

"Mobil rent car, Pak." Ucapan Caska kepotong karena Jea langsung menjawabnya sendiri.

Caska tampak terkejut, "Kok mobil rent car sih sayang?" Bisik Caska pada Jea.

Jea gak jawab, "Oalah rent car toh. Keren sih, mobil rent carnya bisa dapet yang mewah."

"Sudah semua tuan, mau berangkat sekarang?"

Bapak menoleh ke arah Pria yang kini memandang mereka dengan bingung, "Supirnya di rental juga?"

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLEWhere stories live. Discover now