Enigma 45

219 23 17
                                    

Cerita ini murni dari hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!
.
.
.
.
.

"Tuan Shen, jangan lari-lari! Nanti jatuh," teriak Loren.

Dia sedikit terseok mengejar Shen Long yang tak mau diam berlari ke sana kemari di dalam bandara selagi menunggu penerbangan.

Anak yang dipanggil Tuan Muda Shen ini sudah berusia tiga tahun dan sangat aktif. Jiwa Enigmanya telah menemaninya sejak dia lahir. Terbukti ke manapun anak itu berjalan mereka yang Alpha, Beta dan Omega sekalipun segera menjaga jarak aman. Hanya Loren, pengasuh sekaligus supir pribadi Seungri yang berani di dekatnya.

"Samchon, palliwa!" teriak Shen Long sudah agak jauh dari Loren dengan melambaikan tangannya.

"Aigoo, anak itu larinya cepat sekali," gumam Loren sembari berjalan dengan kaki pincangnya mengikuti Shen Long.

"Ada apa Tuan Shen?" tanya Loren begitu sampai dan berdiri di sebelah Shen Long.

"Sudah kubilang, jangan panggil aku Tuan. Panggil Shen Shen saja!" omel Shen Long. 

Loren tersenyum karena sudah kesekian kalinya dia kenal omel si kecil. Shen Long tidak suka dipanggil Tuan oleh orang terdekatnya, namun melihat dia adalah keturunan langsung Kwon Jiyong dan Lee Seungri, maka para pengikutnya tentu saja akan menyebutnya Tuan.

"Baiklah, Shen Shen kenapa berlari? Samchon tidak bisa lari secepat Shen," ucap Loren.

"Ah, mianhe Samchon. Shen Shen hanya senang," ujar Shen Long sambil sedikit membungkukan badannya.

"Aigoo, keponakan Samchon memang sopan. Lalu, apa yang membuat Shen Shen senang?"

"Itu ..."

Loren jadi lebih penasaran apa yang membuat anak itu senang dari biasanya. Apa karena dia akan kembali ke Seoul? Begitu Loren melihat apa yang ditunjuk Shen Long, senyum Loren bertambah saat melihat poster pemilik Peaceminusone yang sedang menggandeng Shen Long terpanjang di salah satu outlet di bandara.

"Lihat! Daddy Shen Shen tampan ya," puji si kecil dengan senyum lebarnya.

"Shen Shen lebih menggemaskan," ucap Loren lalu menggendong anak itu.

"Kenapa papa tidak mau difoto seperti itu?" tanya Shen Long.

"Papamu tidak suka wajahnya dilihat orang banyak. Shen Long akan tahu nanti kalau sudah besar," jelas Loren, "nah, itu papa dan daddymu."

"Papaaaa ... Daddyyy ...," teriak Shen Long sambil melambaikan tangan.

Seungri sedang mengelap bibirnya dengan tisu yang diberikan sang suami, lalu melihat ke arah anaknya. Jiyong menuntun Seungri untuk kembali ke kursi tunggu. Dia mengambil sebotol air mineral yang dibelikan Loren.

"Minum dulu," perintah Jiyong. Seungri minum cukup banyak.

"Papa, gwaenchana?" tanya Shen Long begitu diturunkan Loren. 

"Kalian dari mana?" Jiyong balik bertanya.

"Shen Shen melihat gambar Daddy di sana," tunjuk Shen Long.

"Jangan jauh-jauh! Kita akan segera terbang sebentar lagi," titah Jiyong.

"Ne, Daddy."

Jiyong melihat Seungri yang cukup pucat pasi hari ini. Sebenarnya dia ingin membatalkan penerbangan ke Seoul mengingat kondisinya tidak baik untuk berada di pesawat terlalu lama. Namun, Seungri menolak dan tetap pada rencana. Mereka sudah harus kembali ke tempat di mana seharusnya mereka berada. Seungri juga merasa sudah waktunya dia memperlihatkan pewaris berikutnya dari Sigma ke publik.

Enigma [End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum