Perang Sosial Media

7 2 5
                                    

“Katanya sih Gus, suka ceramah dan mengajarkan kebenaran. Nggak taunya sama aja kaya pria pada umumnya.”

Pasca melihat postingan sahabatnya yang mencuri kesempatan bersandar pada Emir, Ghiska terus saja berceloteh sendiri. Bahkan moodnya mendadak hilang.

Alvan yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Ghiska pun mengernyit heran. Tidak biasanya disaat bersamanya Ghiska banyak pikiran dan terlihat badmood seperti itu.

“Sayang, kamu kenapa sih?” tanya Alvan sembari membelai rambut Ghiska yang terurai.

Yap. Jadi begitu masuk mobil Alvan, Ghiska langsung melepas kerudung dan cardigannya. Dia tidak ingin usaha mencatok rambut selama dua jam sia-sia karena ditutupi. Dia ingin tampil cantik paripurna di hadapan sang kekasih.

“Ah?” Ghiska tersentak kaget. “Ng-nggak papa kok. Nggak papa,” sahutnya terbata dan menggeleng cepat.

Merasa panas dengan tindakan Yara dan Emir, Ghiska pun berinisiatif untuk melakukan hal yang sama. Bahkan mungkin lebih gila lagi. Si tuan putri ini meminta Alvan untuk menghentikan mobilnya dan berfoto sebentar.

Karena berfoto bersama dimanapun berada dan sedang apa saja merupakan kebiasaan mereka berdua, Alvan pun dengan senang hati menurutinya.

“Mmmm… kita jadi nyamuk ini, Dav,” ucap Chand dengan malas.

“Iya. Parah banget sih kalian. Bermesraannya nanti aja bisa nggak sih?”

Dua pria ini berkomentar demikian karena pose foto yang diambil Ghiska dan Alvan begitu mesra dan intim, hingga siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa risih.

“Yee… sirik aja kalian. Kalau nggak suka mending turun aja sana, naik taksi atau ojek kek.”

Memang kebiasaan Alvan, disaat bersama Ghiska pasti teman-temannya bakal diusir atau dicuekin. Sebenarnya sebuah prinsip pria yang bagus, hanya saja dia salah orang karena bersama wanita yang sudah bersuami. Tidak peduli pernikahan tersebut didasarkan perjodohan. Intinya yang dilakukan mereka tetap saja salah.

“Sialan, kamu Van. Dah yuk, kita turun aja, Dav.”

Sepertinya Chand sedang cukup sensitif, dia benar-benar mengajak Dava turun dan naik taksi yang saat itu kebetulan lewat. Sementara Alvan hanya terkekeh melihat hal itu.

“Dasar cowok pms, bentar-bentar baper. Mending jadi cewek aja deh,” seloroh Alvan.

“Ish, sayang nggak boleh gitu,” sambung Ghiska membela.

Walau bagaimanapun, Chand dan Dava begitu berjasa untuk hubungan dua sejoli yang terlarang ini. Rumah kedua cowok keturunan bule ini sering jadi markas untuk ketemuan, mengingat orang tua mereka yang seringkali keluar negeri.

Tak begitu memperdulikan masalah dua sahabat cowoknya, Ghiska lebih fokus dalam aksi balas dendamnya. Dengan sengaja gadis yang memiliki bibir tipis ini mengirim foto mesranya kepada Emir, suaminya.

“Nggak usah nyariin aku, udah ada yang jaga kok,” tulis Ghiska di bawah foto mesranya bersama Alvan.

Senyum penuh kemenangan terpancar jelas dari wajah Ghiska. Dia penasaran apa reaksi Emir setelah melihat foto mesranya dengan Alvan. Pasalnya Emir yang katanya suami sahnya saja belum pernah menyentuh atau bermesraan dengannya.

Apakah Emir akan cemburu? Atau mengeluarkan jurus andalannya, yakni berceramah yang membuat telinga Ghiska sakit.

Di sisi lain, Emir tersentak kaget saat tersadar dia ketiduran dan begitu bangun mendapati Yara tengah bersandar di bahunya sambil berfoto ria. Sontak saja pria berahang tegas itu menegakkan badan.

“Astaghfirullah… kamu apa-apaan sih Yara? Kita ini bukan muhrim, kenapa kamu mencuri kesempatan seperti itu?”

Beberapa kali mendengar nama-nama teman Ghiska, membuat Emir cukup hafal. Terlebih jumlah mereka yang memang orangnya itu itu saja.

Yara benar-benar gelagapan saat ketahuan, belum lagi ceramahnya Gus Emir bukan menasehati, tapi lebih ke arah marah.

Leena yang masih asik di jok belakang hanya memutar matanya dengan malas. Dia tahu betul jika Yara sedikit tertarik pada suami Ghiska, tapi dia tidak menegur mengingat Ghiskanya sendiri juga tidak suka pada Emir. Malah sedang berduaan mesra dengan Alvan.

Rupanya selain mengirim foto pada Emir secara langsung, Ghiska juga terang-terangan menjadikan foto mesranya bersama Alvan sebagai status di media sosial.

“Kalian berisik banget sih. Yang satu gatel, yang satu sok alim dan sok setia. Tutup mata kalau istrinya lebih cinta pria lain.” Merasa cukup terganggu dengan keributan Emir dan Yara, akhirnya Leena bersuara.

“Diam!”

Secara kompak Emir dan Yara mendiamkan Leena yang tidak tau apa-apa. Bagi Emir ini adalah kesalahan besar karena seorang wanita menggunakan kesempatan saat sang pria tertidur untuk bersandar. Apalagi sang pria adalah suami dari sahabatnya.

“Istrinya lebih cinta pria lain? Maksudnya apa?” ulang Emir.

“Mmm… ini nih, nggak tau bucin, sok alim atau bego. Liat storynya Ghiska dong.”

Leena geleng-geleng kepala karena ternyata masih ada pria yang polos seperti Emir. Pada intinya Emir bukanlah polos, jika mengedepankan perasaan dan egi mungkin dia sudah pergi dan menyerah. Akan tetapi tujuan dia menikahi Ghiska saja untuk merubah perilaku sang putri sultan itu menjadi lebih baik lagi. Tentunya ini merupakan salah satu rintangan dari banyaknya rintangan yang ada.

Segera Emir membuka gawainya, melihat status Ghiska di media sosial. Netranya terbelalak saat menyaksikan foto mesra Ghiska bersama Alvan. Hal yang lebih mengagetkan lagi, terlihat jelas Ghiska telah melepas kerudungnya dan membiarkan sebagian dari auratnya menjadi tontonan publik.

“Astaghfirullah… ini kalau orang awam melihat bagaimana?” gumam Emir sambil geleng-geleng kepala.

Beruntung sosial media Ghiska diprivasi dan hanya berteman dengan orang-orang di sekelilingnya saja. Mana mungkin dia berani mempublikasikan aibnya sendiri. Yang ada malah dipecat jadi anggota keluarga Luzman.

Tak pakai pikir panjang lagi, Emir segera menancap gas. Hal itu membuat Yara dan Leena terkejut.

“Woy, kamu mau bawa kita kemana?” tanya Leena bersungut-sungut.

“Iya, Gus. Kita mau kemana sih? Aku minta maaf karena sudah lancang. Tapi jangan ngebut-ngebut begini dong. Aku takut.”

Setelah diam seribu bahasa akibat kepergok mencuri kesempatan, kini Yara baru berani bersuara kembali saking merasa takutnya. Terlebih wajah Emir yang biasanya begitu ramah dan tenang, kini terlihat berbeda. Seperti ada aura kemarahan, hanya saja tidak ditunjukkan secara terang-terangan.

“Maaf, aku masih ada urusan penting. Jadi aku akan antar kalian pulang lagi saja.” Emir menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.

“Terimakasih, Gus. Ma—

Emir mengangkat telapak tangannya saat Yara berucap, bahkan dia belum selesai mengungkapkan permintaan maaf. Berbeda dengan Leena yang langsung turun begitu saja saat mobil berhenti.

“Aku sudah memaafkanmu, tapi saya minta hapus foto tersebut. Hapus dari sosmed yang telah kamu bagikan juga.”

Yara terbelalak mendengarnya. Dia tidak berteman dengan Emir dalam sosial media, bagaimana bisa Gus muda itu tau dia menjadi foto tersebut story?

“Bisakan Yara? Kamu tidak ingin masalah sepele seperti ini berakibat panjang bukan? Belajarlah jadi wanita yang punya harga diri.”

Plakkk…

Ucapan Gus Emir benar-benar membuat Yara merasa tertampar. Bahkan gadis itu tidak berani menatap wajah Emir lagi. Dia turun dari mobil dengan wajah yang ditundukkan.

****

Imam untuk Putri Sultan Where stories live. Discover now