Api Cemburu

6 2 10
                                    

Baru saja Emir menghentikan laju mobilnya, Ghiska sudah buru-buru turun dan bergabung dengan teman-temannya. Dia tidak mempedulikan sang suami yang masih berada di dalam mobil.

Sementara dua gadis yang tengah berdiri di teras menatap Ghiska dengan heran.

“Loh, kamu sama siapa, Ghis? Nggak dijemput Alvan?” tanya Yara celingukan mencari mobil milik Alvan.

“Iya, tumben. Terus ini kenapa lagi, pakai kerudung segala. Mau pengajian sist?” sambung Leena yang kemudian diikuti gelak tawa dia dan Yara.

“Sssttt…!”

Ghiska meletakkan jari telunjuknya di depan bibir sambil menatap kedua temannya dengan tajam. Bola matanya menunjuk ke arah pintu mobil yang terbuka dan menunjukkan sosok Emir.

Seketika dua sahabatnya itu menoleh sesuai dengan arahan Ghiska. Leena terlihat biasa saja, hanya heran kenapa Emir tidak memakai baju koko dan peci seperti biasanya. Lain halnya dengan Yara yang langsung berbinar seakan terpesona dengan penampilan Emir yang seperti sekarang.

“Tumben dia nggak jadi pria alim,” seloroh Leena sambil terkekeh.

“Iya. Tapi seperti ini malah terlihat lebih keren,” sambung Yara masih menatap lurus pada Emir.

Mendengar jawaban sahabatnya yang berbeda membuat Ghiska memperhatikan mereka satu persatu. Netra gadis itu memicing saat melihat tingkah Yara yang bahkan tidak mengedipkan mata memandangi Emir.

‘Sialan si Yara. Jangan bilang diam-diam dia suka sama suamiku,’ batin Ghiska tidak terima.

Beberapa detik kemudian sang putri sultan itu menggelengkan kepala dengan cepat. ‘Sejak kapan aku mengakui pria matre ini suamiku? Ish, ada-ada saja.’

Kata hati dan otak Ghiska benar-benar sedang beradu, entah mana yang akan memenangkan perdebatan itu. Yang jelas kini dia mulai goyah hanya karena penampilan Emir yang berbeda.

‘Lagian dia kenapa merubah penampilan segala sih? Jadi bikin gagal fokus.’ Masih suara hati Ghiska yang berbicara.

Setelah kembali tersadar, Ghiska segera mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar kesal karena tiba-tiba saja jadi memikirkan pria yang begitu dia benci.

Sementara itu Emir terlihat kebingungan saat mendapati dirinya sedang menjadi pusat perhatian ketiga wanita. Belum lagi dengan tatapan mereka yang berbeda-beda.

“Ada apa ya?” tanya Emir memecah keheningan.

Pertanyaan Gus muda itu cukup membuat ketiga wanita tersebut gelagapan. Ghiska langsung pura-pura menatap gerbang rumah Yara sambil sesekali melihat jarum jam di pergelangan tangannya. Leena pura-pura mengecek isi tasnya, khawatir ada yang tertinggal. Sementara Yara sibuk mematut diri di kaca jendela, memastikan penampilannya sudah oke.

Kebetulan sekali saat itu hal yang ditunggu-tunggu datang, yakni Alvan dan kedua temannya dengan menaiki mobil Alvan tentunya.

Saat itu juga Ghiska memiliki ide agar tidak diikuti terus oleh sang suami. Dia menarik kedua sahabatnya ke dalam rumah Yara dan memberikan sebuah instruksi.

“Gimana?” tanya Ghiska setelah berbisik kepada kedua temannya itu.

Tidak langsung menjawab, Yara dan Leena saling pandang sebentar hingga akhirnya mereka mengangguk setuju sambil memaksakan seulas senyum dan mengacungkan jempol.

Imam untuk Putri Sultan Where stories live. Discover now